(Di-bully)

738 47 3
                                    

Ke'esokan harinya.

Acha enggan untuk sarapan dirumah sehingga tawaran Vano terabaikan begitu saja.

Vano segera menyelesaikan sarapan pagi langsung meraih tas kerjanya kemudian berlari menyusul Acha yang sudah keluar rumah.

"Acha! Masuk," suruh Vano

"Aku naik taxi saja," balas Acha

"Acha ... jangan membuat suamimu marah pagi-pagi ini, bisa?" tanya Vano seraya menarik tangan Acha lalu membantunya untuk masuk kedalam mobil.

Setelah itu Ravano menuju kursi kemudi lalu mereka menuju sekolah. Tanpa adany obrolan di sepanjang perjalanan ... Acha terlihat menyibukkan diri dengan lamunan sedangkan Vano konsentrasi pada jalanan supaya mereka selamat sampai tujuan.

Setibanya di sekolah Acha melepaskan sabuk pengaman lalu tangannya ingin membuka pintu tetapi tidak bisa. Acha menoleh pada Ravano yang berada disebelahnya.

"Kenapa dikunci?" tanya Acha

Ravano menarik tangan Acha hingga mereka berdekatan. Ravano menatap mata Acha dalam.

"Kamu harus janji padaku Acha," kata Ravano

"Janji apa?" kata Acha

"Janji untuk tidak menyakiti atau berbuat kasar pada Ara lagi," kata Ravano

Bibir Acha cengo beberapa saat lalu hatinya dengan cepat merespon rasa sakit. Bagaimana bisa ia bisa menerima permintaan setulus itu dari mulut suaminya sendiri. Bukan apa, Ara adalah orang yang jelas menyukai suaminya dan kemarin sampai sekarang Ravano tetap membela Ara walaupun memang Acha juga salah. Tapi, pagi ini Ravano menunjukan rasa sayang dan perduli terhadap orang lain sampai dia memperingati Acha, seolah Acha adalah orang yang paling berbahaya.

Acha mendorong Ravano hingga mereka berjarak seperti semula.

"Buka pintunya," suruh Acha

"Janji dulu Acha, kamu tidak boleh seperti kamrin," kata Ravano

"Buka pintunya. aku bilang ... buka pintunya!" seru Acha

"Tidak, sebelum kamu mau janji tidak akan mengulang kesalahan kemarin, karena kamu salah--"

"Iya aku salah, aku udah ngaku dari kemarin kalau aku ini salah! apa aku harus berteriak supaya telinga kamu denger ?!" seru Acha

Ravano memijat dahinya sekilas kemudian membuka kunci mobil lalu Acha keluar dari dalam sana

Acha menjatuhkan air matanya, luka yang kemarin belum sepenuhnya kering kini bertambah lagi. Pria memang tidak bisa mengerti perasaan wanita, seharusnya dirinya dibujuk atau dibuat momen yang bagus ini malah menurunkan moodnya secara kejam.

Acha menghapus air matanya lalu ke kelasnya dengan berlari.

Di kelas pun semua temannya mejauhkan dirinya. Itu karena kesalahannya yang kedapatan mencontek kemarin.

Ara tampak senang dengan kehadiran Acha yang di abaikan oleh semua orang.

'rasain kamu Acha,' batin Ara

'ini belum seberapa, tapi liat nanti permainanku belum berakhir' batin Ara

___________________

"Kasian banget kamu ya, di jauhin teman sekelas terus juga enggak dibelain suami kamu juga, sial banget kamu Cha ... Oya,mata kamu sembab pasti kamu dari kemarin nangis ya? cengeng banget si," ejek Ara

Acha mengabaikan ucapan Ara ia berhasil melewati Ara, berupaya meredam emosi nya yang hampir akan meledak. Acha tidak bisa melawan musuhnya dengan sekedar berbicara sengit dia pasti akan menggunakan tangannya untuk melampiaskan kemarahannya.

Ara kembali dan menghadang Acha lagi.
"Takut kamu Cha ? dasar payah!"

Acha menggepalkan tangannya lalu menarik kerah baju Ara lalu mendorongnya ketembok

Brak!

"Mau kamu apa si! tidak puas kamu bikin drama kebohongan seperti ini ?! Hah!" seru Acha

"Awh, lepaskan ...!" Ara benar merasa kesakitan sekarang. Ingin juga ia membalas perbuatan Acha namun ia memiliki ide lain

"Hiks, tolong ! kenapa kamu kaya gini Cha, kamu dendam banget sama aku, " Ara terlihat begitu tersakiti ditambah memang posisinya sangat mendukung

Teman-teman disekitar langsung datang

"Ada apa ini?" tanya salah satu dari mereka.

"Lihatlah Acha mau menyakiti aku hiks, sakit banget ... Lepaskan aku Cha," tangis Ara

"Lepaskan Ara !"

"Dasar tukang contek!"

"Tukang bohong!"

Acha melepaskan  tangannya dari kerah baju Ara lalu menutup kedua telinganya.

"Aku enggak bohong ! aku bukan seorang pembohong !" bantah Acha

"Halah, mana ada maling ngaku ...!"

"Udah guys, kita lempar aja dia sama makanan kita ," usul mereka

Berbagai macam makanan dilempari ketubuh Ara, dari coklat dan jenis makanan lainnya.

"Kalian jahat!" seru Ara sambil berlari menangis

Bruk!

"Ada apa sama kamu Cha, kenapa keadaan kamu seperti ini?" tanya Vano

Acha tidak merespon ia melanjutkan larinya menuju toilet untuk membersihkan noda yang melekat dibaju juga rambutnya.

"Ara! kamu bener enggak tau diri banget, aku akan buktiin kesemuanya aku enggak salah, kamu gunain dengan cara licik aku juga bisa kok," gumam Acha

____________________

My Husband Is A Teacher [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang