(Pertengkaran)

723 59 6
                                    

Vote dulu dong




Udah vote?







Selamat membaca!

Acha memasuki ruang cctv lalu mengotak Atik salah satu komputer disana lalu memeriksa keadaan di kelasnya. Tepat pagi-pagi buta.

Ada seorang gadis yang tidak Acha kenal. Acha sangat yakin gadis itu adalah suruhan Ara untuk menaruh kertas contekan.

Acha dengan sigap menyalin hal yang penting itu untuk menjadi bukti pembelaan atas dirinya. Ini belum cukup, Acha harus mencari siapa gadis bertopi itu. Dan Acha menebaknya dia memang bukan Ara. Tapi dia yakin itu suruhan Ara.
Saat tugas nya dirasa sudah selesai ia ingin mematikan  cctv itu namun ia melihat sebuah pertunjukan yang mengejutkan baginya. Dipastikan itu dari roftop sedang berlangsung saat ini. Ara dengan teman pria kelas sebelah sedang berciuman

"Wah, ini akan jadi senjata tambahan untukku ... bagus sekali, lihatlah Ara apa yang bisa aku tunjukkan kepadamu nanti!" gumam Acha dengan senyuman miring.

Suara langkah kaki akan memasuki ruangan cctv terdengar semakin mendekat. Buru-buru Acha sembunyi dibelakang lemari besar.

Penjaga cctv kembali bekerja sambil menyantap Kopi mereka. Lalu Acha berjalan cara jongkok perlahan hingga sampai kedepan pintu.

"Siapa itu?!" seru mereka

Dengan cepat Acha berlari keluar dan mencari tempat yang aman untuknya

Acha meraih laptopnya lalu menyalin semuanya kedalam sana. Setelah semua terasa aman ia tersenyum puas.

"Kamu kenapa disini? Kamu tidak masuk kelas?" tanya Vano

Acha berdiri dari duduknya dan menatap sekilas Ravano kemudian meninggalkannya. Panggilan Ravano diabaikan oleh Acha karena tentunya Acha masih kecewa dan sangat marah pada Ravano. Puasa bicara akan berlaku sampai Acha melihat penyesalan Vano nanti.

______________________

Tok!

Tok!

Tok!

"Acha buka pintunya Cha, saya mau bicara sama kamu." suara yang lembut terdengar.

Acha mengeraskan volume music dari earphone nya sehingga ia tidak mendengar suara Ravano diluar.

"O-iya aku punya kunci duplikatnya," kata Ravano sambil mengambil kunci duplikat. lalu berhasil membuka pintu kamar Tamu yang jadi tempat Acha tidur selama dua hari dan dua malam ini.

Vano duduk dipinggir ranjang. Acha yang merasa ada Vano segera menarik selimutnya untuk menutup seluruh kepalahnya.

"Cha, kenapa kamu ini harus semarah ini? " kata Vano

"Saya mengatakan hal yang baik semua itu juga untuk kamu, Acha ayo kita bicara sayang," ajak Vano seraya menarik selimut Acha namun Acha mempertahankannya.

"Mari kita bicarakan semuanya dari hati ke hati, jangan mendiamkanku begini Cha, ayo kita bicara biar semuanya jadi jelas."

Acha menurunkan selimutnya lalu meletak ponselnya di nakas lalu melirik Vano yang menatap penuh harap kepadanya.

"Keluar," suruh Acha sambil menunjuk pintu kamarnya.

Vano menggeleng. "Tidak, aku akan disini ... karena kita harus menyelesaikan permasalahan sepeleh ini," kata Vano

"Sepeleh? kamu bilang ini sepeleh, kamu benar tidak mengerti aku. sama sekali tidak ! sebaiknya kamu pergi karena kehadiran kamu ini membuat aku semakin muak dengan segalanya," kata Acha

"Acha berhentilah untuk bersikap kekanakan ... kamu ini sudah menjadi seorang istri, disekolah kamu memnag seorang murid namun dirumah kamu adalah istri saya," kata Vano

"Aku memang istri kamu, apa aku harus selemah itu dan menerima tuduhan yang tidak pernah aku lakukan sama sekali. Apakah itu adil buat aku? Dimana letak keadilan buat aku yang jadi istri kamu, kamu bilang aku istri kamu? tapi kamu tidak percaya sedikitpun dengan ucapanku... kamu lebih percaya dengan Ara itu dan kamu mengecewakan aku." Jelas Acha mengeluarkan unek-unek dihatinya.

"Dengar Cha, perbuatan kamu yang mencontek itu masih bisa di maafkan namun tindakan kasar kamu terhadap Ara itu tidak bisa dibenarkan itu adalah kejahatan Cha, nama kamu bisa tercoreng disekolah. Akan sulit untuk kamu bisa masuk kedalam universitas yang kamu inginkan nanti," terang Vano

"Haha, kamu tetap percaya kalau aku mencontek ? saat semut terinjak apa semut diam saja ?! Tidak 'kan?  sudah pasti dia akan menggigit, begitulah aku ... jika tidak ada yang menganggu ... aku tidak akan seperti ini, kita sudah hidup bersama hampir setahun dan kamu tidak pernah mengerti aku sama sekali, dan kamu dengan mudahnya percaya sama Ara."

"Kebenaran tidak bisa di sembunyikan Cha,
Apa salahnya kamu mengakui kesalahan kamu itu dan tidak mengulanginya lagi, semua masalah selesai. Jangan memperpanjang urusan dengan hal yang tidak penting Cha."

"Tidak penting? Aku emang enggak penting buat kamu Vano karena yang penting adalah Ara, makanya kamu menganggap semuanya aku yang bersalah dan Ara tidak salah. O-ya aku hampir lupa, dulu kalian sering pergi bersama nyaman kamu sama dia?"

"Acha berhentilah membahas hal tidak ada kaitannya dengan permasalahan mu yang mencontek di kelas, hal itu sudah lalu. Untuk apa kamu bahas ?"

"Terus kenapa kamu membela Ara dan mengambil embel-embel dari permasalahnku yang mencontek? itu tidak masuk akal sama sekali, kamu memberikan peringatan padaku seolah aku ini sangat menakutkan bagi Ara mu itu !" seru Acha

"ACHA!" bentak Vano

"Bahkan kamu membentak aku atas nama Ara, istri kamu itu aku atau Ara?!" teriak Acha

Vano menyadari kesalahannya yakni membentak Acha padahal dia sangat tau Acha tidak perna dibentak seperti itu. Lihatlah mata Acha berkaca-kaca.

"Cha, maafkan saya ... saya salah sudah membentak kamu," lirih Vano

Vano ingin memeluk Acha namun Acha mengangkat kelima jarinya. "Jangan peluk aku dan jangan pedulikan aku, pergi kamu dari sini, aku benci sama kamu!"

"Cha--"

"Pergi!"

Vano menunduk lalu melangkah keluar dari kamar tamu. Lalu Acha menutup pintu dengan keras.

Bersambung

My Husband Is A Teacher [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang