Pernyataan Hati

2.4K 44 0
                                    

_________________

Acha hanya bisa bengong, dengan apa yang terjadi pagi ini. Diatas meja sudah tersedia makanan, siapa yang memasak? Mencium aroma makanan yang baru selesai dimasak. Membuat Acha terpikat untuk duduk disana.

"Pagi sayang," sapa Vano dari kamar kecil yang ada di dapur.

"Kamu, kamu masak? enggak pada bi--"ucapan Acha terhenti karena Vano menarik kursinya dan mendorong pelan Acha agar duduk.

Acha menjadi kikuk, lalu matanya menelusuri beberapa masakan siap untuk ia santap pagi ini.

" Keliatannya enak," ucap Acha meneguk air liur dalam tenggorokannya.

"Tentu saja, makanlah ...!" suruh Vano sambil tersenyum manis, sejenak Acha terpaku melihat  manisnya senyuman itu dan ditambah dengan ketampanan yang tercipta secara alami dari paras suaminya. Semua kekaguman itu menghilang, ia fikir pasti suaminya ada maksud lain.

"Kamu pasti lagi ngerjain aku'kan? kamu naruh sesuatu dimakann ini? ngaku aja deh," tuduh Acha sembari hendak berdiri dari tempat duduknya.

Vano menahan tangan Acha.

"Bisa tidak buang fikiran burukmu terhadap suamimu?" tanya Vano dengan mata menatap serius Acha. Jika begini Acha luluh jga dan akhirnya kembali duduk.

"Kalau gitu, kamu makan duluan ... kalau tidak ada apa-apa baru aku makan" jelas Acha

"Oke," Vano mulai makan lebih dulu dan benar tidak ada apa-apa dimakanannya. "Sekarang kamu percaya'kan?" tanya Vano

Acha mengangguk dan mulai ikut makan dengan lahapnya, karena memang masakan dari Vano sangat lezat.

_

"Ayo, kita berangkat bersama!" ajak Vano sembari menenteng tas Acha lalu memberikan pada sang empuh.

Acha menerima tas nya, lalu menyampirkan kepunggungnya dan menatap Vano dengan tatapan heran. Langkah kakinya mendekati, lalu menaruh tangan di jidat Vano.

"Apa kamu sakit? aku melihat kamu seperti orang yang berbeda sekarang," kata Acha dengan perlahan menurunkan tangannya itu namun Vano menggenggam tangan Acha dan menarik tubuhnya agar lebih dekat dengannya. Mata mereka bertemu cukup lama.
Usapan lembut dipipinya membuat Acha memejamkan matanya beberapa saat.
Mata Acha membelak sempurna karena bibirnya dikecup singkat oleh Vano pastinya, lalu Vano membisikkan ditelinga ya.
"Sudah ku bilang, ada banyak kejutan untukmu mulai pagi ini, kamu tidak lupa apa yang dikatakan olehku malam tadi bukan?" tanya Vano

Glek!

Menelan  paksa liurnya dan matanya masih membelak, tubuhnya menegang ditempat tidak tau kenapa. Entah mengapa tanganya tidak bekerja saat ini, pada biasanya ia akan langsung menampar siapa saja yang berbuat seintim ini dengannya.

Vano meninggalkan Acha yang berdiri dengan rasa ketidakpercayaannya. Vano mengode agar masuk kedalam mobil.

_

"Acha, kamu dipanggil pak Vano tuh," kata teman Acha.

"Ngapain coba, ada ada aja ini orang," gumam Acha menatap tajam kedepan kelasnya.

Acha maju dan Vano menyuruhnya untuk mendiktekan semua materi pada teman-temannya.

"Mau kemana kamu?" tanya Vano

"Ya, katanya disuruh buat dikte'in ke temen-temen, ya duduk ditempat Acha lagi lah," jawab Acha.

Langkah Acha terhenti, karena Vano merangkul pinggangnya untung meja guru sangat tinggi hingga tidak ada yang bisa melihat perbuatan Vano itu.

"Apaan ini," bisik Acha menatap horor

"Duduklah disini, atau --" Vano menggantungkan ucapannya dan tangannya meremas pelan bokong Acha dan menatap nakal kearahnya.

Brak!

"Kenapa Acha?" tanya temannya

"Aku tidak apa-apa," Acha meninggalkan kelas setelah melempar buku diatas meja guru.

____________________________

Acha pulang terlambat kerumah. Karena ia berjalan-jalan sendiri untuk menenangkan fikirannya dan juga menghindari suaminya, ia takut Vano melakukan hal berbahaya karena sikap Vano mulai mencurigakan.
Terlintas kenangan manisnya bersama Aldo disekitar jalanan ini, dan dimana mata Acha tertuju maka ia seolah melihat Aldo.

"Aldo, kenapa susah sekali melupakanmu ... aku rasa tidak akan pernah, " ucap Acha sembari meloloskan air matanya.

Mobil berhenti disamping nya. Karena larut dalam fikirannya hingga tidak menyadari hal itu  untung saja pemilik nya adalah orang baik.

"Ku cari dimana,mana rupanya disini." kata Vano

"Kamu, kenapa kamu selalu menganggu ketenanganku?"

"Apa yang membuatmu mencari ketenangan sampai membuat aku cemas?"

"Kau cemas? omong kosong! lebih tepatnya kau meledekiku, iyakan?"

Vano mengacak rambutnya prustasi apa yang harus ia katakan pada Acha , bagaimana cara menunjukkan rasa sayangnya itu. Semuanya dianggap palsu oleh Acha.

"Terserah kau saja, sekarang pulang lah." Suruh Vano

"Aku bisa pulang sendiri, bagaimana tadi aku kesini maka seperti itulah aku akan pulang," jawab Acha.

"Baiklah, terserah kau saja ... kau membuatku pusing, diperhatikan malah seperti ini apa yang salah dengan sikapku, aku berusaha menjadi suami yang baik dan kau tidak ada apresiasi sedikitpun? Oh, kau hanya memikirkan orang lain. " Jelas Vano dengan kata penuh kekesalan

"Kamu sudah tau, untuk apa kamu lakukan semua ini? "

Vano mencengram kedua bahu Acha.

"Karena aku mencintaimu! kau dengar itu? lupakan Aldo itu, karena dia tidak akan bisa menjadi milikmu. Dan sadarlah aku ini suamimu, dan kau adalah istriku !" Jelas Vano dengan nada tinggi

" K---kau mencintaiku?" lirih Acha

"Apa sikapku kurang jelas selama ini? sudah cukup kamu menangisi pria lain, sekarang sadarilah ada aku, aku yang mencintaimu dan perduli padamu, aku tidak memaksamu untuk membalas perasaanku tapi, hargai aku sebagai suamimu," jelas dan berakhir pinta dari seorang Vano.

Bruk!

Vano mengembangkan senyuman dibibirnya dan tangannya dengan cepat membalas pelukan Acha

"Maaf, a--aku tidak menyadari hal itu, aku minta maaf ... membuatmu cemas," ucap Acha seperti menahan air matanya.

"Iya, sekarang kita pulang ya?"

"Iya,"

Bersambung

My Husband Is A Teacher [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang