[ Acha menangis ]

1.2K 48 0
                                    


"Suami terpaksaku, lama banget si ?!" gerutu Acha, karena sudah lama menunggu Ravano namun belum juga datang menghampiri, sesekali Acha mengintip arlogi cantik melingkar di pergelangan tangannya.

06:45

" Apa aku susul aja dia ke kamar?" lirih Acha sambil menggigit ujung kukuhnya. "Yaudah deh aku susul," sambungnya lagi setelah mendapat kan keyakinan.

_

"Suami terpaksaku ... kamu ngapain si, lama banget ? Lho, orang nya mana?" heran Acha setelah puas mulutnya mengoceh ternyata objek yang dituju tidak ada didalam kamar.

"Kemana dia?" Acha celingak-celinguk mencari keberadaannya, Acha menemukan sepucuk surat diatas nakas,ia perlahan mengambil dan membuka lipatannya lalu membaca.

"Saat kamu baca ini, saya sudah ada dalam perjalanan, selamat menikmati hari burukmu Istriku," Acha meremas surat tersebut. Oh, rupanya suaminya mengerjai dirinya. Ia tadi disuruh untuk menunggu namun yang ditunggu nya malah diam-diam sudah pergi ke sekolah.

"Ravano! Sialan!"

Mata Acha memerah, karena marah, kesal dan sebagainya. Ia meraih tas punggungnya dan segera berlari keluar rumah.
Semoga saja Taxi lewat dan dapat mengantarnya ke sekolah, mengingat sebentar lagi akan masuk.

____________________

"Kamu tau'kan ? hukuman yang akan saya berikan kepada siswa/i yang telat seperti kamu, " ujar seorang guru bertubuh gemuk

Acha hanya menunduk, dia sudah telat 10 menit lamanya. Tentu saja, membuat ibu guru itu murka ditambah pagi ini dikelasnya ia sedang mengadakan ulangan harian.

"Maafkan saya Bu, tadi --"

"Cukup! saya tidak perlu alasan apapun, sekarang kamu keluar dan ulangan harian kamu nol. Sekarang, kamu keluar jangan masuk kedalam pelajaran saya lagi !"

"Tapi Bu, sa--"

"Keluar !"

Acha berlalu dari kelas, betapa ia sangat sedih bercampur marah sekarang. Ingin sekali ia berteriak dan menggumpal satu nama orang yang telah membuat ia seperti sekarang. Ravano Andriano ? ya, benar sekali.

"Aldo, Aldo ...!" panggil Acha karena melihat Aldo yang keluar dari kelas, mungkin hendak ketoilet.

Bruk

"Temenin aku ya?" pinta Acha sambil memeluk Aldo. Membuat baju Aldo basah karena Acha yang menangis dibajunya.

"Cha, kamu tau'kan kita ulangan harian pagi ini, kenapa kamu telat?" tanya Aldo

"ada sesuatu yang bikin aku telat, aku sedih Do, ini gak adil buat aku, tolong temenin aku dulu," pinta Acha.

"Tapi, Cha ... aku masih harus kerjain soal-soal dikelas," kata Aldo

"bentar doang, aku juga kangen sama kamu karena akhir ini kita jarang berkomunikasi dengan baik,"

"Oh, yaudah ... baiklah, ayo duduk " Ajaknya

_

Acha dapat merasakan ada perbedaan pada Aldo- kekasihnya itu, Aldo terlihat gelisah saat bersama dengannya.
Bahkan Acha hanya bicara dan terabaikan begitu saja.

"Do, kamu kenapa si? " tanya Acha

"Gak apa, "

Ponsel Aldo berbunyi pertanda ada yang menghubunginya. Setelah mengetahui si pemanggil Aldo buru-buru mematikannya.

"Ko gak diangkat, siapa Do?"

"Bukan siapa siapa, kamu tenangin diri kamu ya ... dan semoga ibu guru membatalkan ucapannya tadi, aku mau ke toilet dulu dan langsung ke kelas nanti," Aldo mengusap rambut Acha lalu pergi meninggalkannya.

Mata Acha menangkap sosok yang di carinya sejak tadi, Acha bangkit dari kursi dan berlari menghampiri nya.

"Ikut aku!" Acha menarik tangan Vano

"Eh, kemana? kalau ada murid yang liat gimana?"

Acha menuliskan ucapan Vano, ia terus menarik sekuat tenaga agar Vano mengikutinya. Sampai lah mereka kebelakang kelas yang Sudah lama tidak terpakai.

"Kenapa kamu narik saya?"

"Kamu sadar gak, kamu keterlaluan !"

"Apa maksudmu Cha?"

"Ya, kamu keterlaluan ... gara gara kamu, aku dimarahin sama ibu guru aku dilarang untuk ikut ulangan harian, ini semua gara gara kamu!" maki Acha dengan segenap kekesalannya.

Depak!
Depuk!

Acha juga memukul bertubi-tubi tubuh Ravano yang diam saja, karena mendengar semua ucapan Acha dan ditambah Acha juga menangis karena terluka dengan kejadian pagi ini.

Pukulan Acha melemah karena ia terlalu bertenaga tadi. Vano menahan tangannya lalu menariknya mendekat hingga mereka berpelukan sepihak karena Acha berontak untuk dilepaskan.

"Jangan peluk! "

"Maaf ya, saya tidak tau kalau kamu ulangan harian pagi ini, saya akan bilang sama ibu gurumu agar kamu dimaafkan, saya berjanji ... jangan menangis lagi, " jelas Vano

"Kamu pasti berbohong, iyakan?"

Vano melepas pelukannya lalu menangkup pipi chubby Acha. Mereka saling menatap.

"Saya tidak bohong, saya merasa bersalah sudah mengerjai kamu pagi ini, kamu jangan menangis lagi ?" Peringatnya tangan Vano mengahpus jejak air mata Acha dengan pelan.

Acha cukup terhipnotis dengan suaminya itu, jika di liat dengan seksama siapa si yang tidak akan jatuh cinta pada pesona nya.

"Sekarang, kamu ikut saya " ajak Vano

"Kemana?"

Vano menyelipkan  jari tangannya mengapit kesela-sela jari Acha lalu mereka berjalan berdampingan.

Bersambung

My Husband Is A Teacher [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang