43

9.2K 1.1K 151
                                    

_43_

Selepas pembicaraan Minhee yang memancing emosi Jaemin, suasana kelas menjadi terasa berat. Siswa sekelas kini tahu, jika Jaemin bisa begitu mengerikan saat marah. Beda dengan teman sekelas lainnya yang terlihat nampak ketakutan pada Jaemin, para sahabatnya malah cemas pada Jaemin, Jaemin butuh sesuatu untuk bisa menjadi bahan pelampiasan amarah yang sudah lama dipendam, begitulah pikir para sahabatnya. Mereka justru mencemaskan kesehatan mental Jaemin, emosi Jaemin yang selama ini dipendam akhirnya meledak juga. Tatapan merendahkan yang bukan Jaemin sekali itu, menandakan jika Jaemin sudah tidak bisa menahan diri dari amarah yang sudah begitu lama ia pendam, ditambah hari ini Jaemin dalam keadaan mood yang jelek entah mengapa, hari ini Jaemin terlihat begitu malas dan nampak sangat tidak ingin diganggu, lalu Minhee datang dan menyiram bensin pada sumbu pendek Jaemin hari ini, hingga akhirnya meledak, dan Jaemin mengeluarkan semua perkataan yang terdengar 'kejam' di telinga beberapa orang.

Sepanjang hari di sekolah, tidak ada satu pun yang berani mengusik Jaemin. Menyapanya saja tidak ada yang berani, hanya para sahabat Jaemin saja yang bisa bicara pada si manis.

Saat pulang sekolah, Jaemin sudah bersiap hendak pulang, Sehun sendiri juga sudah berdiri di depan kelasnya, tapi-

"Jaemin" Minhee kembali memanggil, Jaemin menoleh dan menatapnya malas.

"Apalagi?" tanya Jaemin yang sudah sangat jengah. Para sahabat Jaemin dan beberapa siswa masih duduk di kursi mereka, berbeda dengan Sehun yang mulai berdiri di dekat papan tulis.

"Aku benar-benar minta tolong padamu, tidakkah bisakah kau membantu kami? Appa bilang keluarga Jaena juga tidak mau membantu, aku-"

"Gunakan otakmu, anak pintar." potong Jaemin, dia malas berurusan dengan Minhee lagi. Entah mengapa, sepertinya setelah keluar dengan Jaehyun kemarin dan bermain biola bersama Henry, otaknya jauh lebih terbuka, dan dia baru sadar, jika selama ini dia hanya diam saja saat mereka melukai fisik dan mentalnya. Jaemin tiba-tiba merasa muak pada dirinya sendiri yang ternyata begitu lemah.

"Jaemin-" Jaemin menatap Minhee dan kini ia berdiri, di depan saudaranya, oh? masihkah aku bisa menyebutnya saudara? pikir Jaemin.

"Appa dan eomma bangga padamu karena kau cerdas, bukan begitu? Orang-orang di keluarga Na juga menyukaimu dan selalu membanggakan kecerdasanmu, jadi? Kenapa tidak kau manfaatkan otakmu itu untuk membangun kembali ekonomi keluarga Na daripada memohon padaku yang jelas-jelas tidak akan mau melakukannya, hm?" Jaemin menatap Minhee sembari menaikkan satu alisnya, bagi Minhee, Jaemin saat ini begitu mengintimidasi.

"A-Aku-" Jaemin berdecak.

"Aku mau pulang, minggir! Kasihan daddyku sudah menunggu." Jaemin berjalan dan menubruk pundak Minhee, berjalan santai menuju daddynya.

"Sudah?" tanya Sehun.

"Sudah, ayo pulang, kasihan mommy sendirian, aku mau peluk mommy hari ini." Sehun hanya mengangguk, lalu pergi sembari merangkul Jaemin.

Minhee segera meraih tasnya dan berjalan pulang. Rencana membujuk Jaemin tidak berhasil, dia malah dibuat shock dengan perubahan saudaranya.

Johnny melihat Minhee yang tergesa pulang, dia bisa melihat siapa yang menjemput Minhee. Supir pribadi keluarga Na. Johnny menatap bingung.

'Ini keluarga udah bangkrut belum sih? Kok masih pakai jasa supir? Masih bisa membiayai memang?' batin Johnny heran. Tapi Johnny dibuat semakin heran saat seseorang, yang ia kenal dengan baik itu siapa datang dan menghampiri Minhee, tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Johnny ingin meminta kejelasan dari Jaehyun.

'Apa yang dilakukan Jeongin? Kenapa dia mendekati Minhee?' Johnny segera meraih ponselnya dan pergi dari sana.

Di tempat Minhee, dia terdiam saat seseorang yang merupakan adik kelas tiba-tiba datang dan mengatakan akan membantu mengembalikan kestabilan ekonomi keluarga Na, asal mau menjadi temannya selama sekolah di sini. Dan ya, adik kelas itu bernama Yang Jeongin.

[2JAE/JAEJAE] ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang