59

7.3K 977 121
                                    

_59_

Hari Selasa datang, dan kabar tujuh guru dipecat langsung menyebar ke seluruh sekolah. Tidak hanya guru yang dipecat, tapi kabar mengenai guru baru yang masuk ke sekolah itu juga langsung menyebar cepat. Para siswa dibuat heran, karena tidak ada kabar apa-apa tapi tiba-tiba para guru itu dipecat.

Jaemin yang mendengar kabar itu hanya mengendikan bahunya acuh, dia tidak peduli juga mau guru itu dipecat atau tidak. Kalau bisa Jaemin berharap mereka menghilang saja dari dunia selamanya.

"Apa yang kau lakukan pada para guru itu?" tanya Hyunjin padanya. Jaemin menatap sahabatnya itu dengan satu alis terangkat.

"Kau berpikir itu aku yang melakukannya?" Hyunjin mengangguk.

"Guru-guru yang keluar dari sekolah itu adalah guru-guru yang ingin aku keluar dari sekolah. Jadi, sebelum itu terjadi, daddy yang bertindak, aku tidak ikut campur apapun. Daddy yang tahu itu lebih dulu." ujar Jaemin.

"Ada alasan kenapa mereka ingin kau keluar dari sekolah?" tanya Felix.

"Mudah, karena mereka terintimidasi olehku, begitu katanya." jawab Jaemin.

"Alasan tidak berkelas sekali." ujar Haechan.

"Tapi aku bersyukur Oh ssaem mengeluarkan ketujuh guru itu, dua diantaranya sudah cari masalah denganku, sialan! Gara-gara mereka guru aku jadi tidak bisa bertindak sembarang, mereka akan melaporkan penyerangan siswa nanti jika aku menyerang mereka." ujar Renjun.

"Memang apa yang mereka lakukan padamu, Renjun-ah?" tanya Han penasaran.

"Mereka hampir melecehkanku." ujar Renjun.

"Lalu kau kabur dari mereka bagaimana caranya?" tanya Jeno.

"Saat kau dan Seungmin memanggilku, mencariku di ruang loker saat itu, aku menggunakan itu untuk pergi dari mereka dan keluar ruang loker." Jeno dan Seungmin saling pandang, mencoba mengingat hari dimana mereka mencari Renjun.

"Ah, kami ingat." ujar Seungmin saat dia ingat kapan kejadian itu terjadi. Tepat seminggu sebelum libur semester dua saat mereka kelas satu.

"Gomawo Jaeminnie" Jaemin terkekeh dan mengangguk saja.

"Ah, Jaeminnie, hubunganmu dan Jaehyun hyung bagaimana?" tanya Haechan tiba-tiba.

"Kenapa tanya begitu?" tanya Jaemin.

"Tanya saja, aku penasaran tiba-tiba." ujar Haechan.

"Daripada kau penasaran padaku, kenapa kau tidak penasaran kenapa kemarin Mark hyung terlihat pergi bersama seorang yeoja, yang kita tahu jelas itu adalah Kang Mina, orang yang bersaing denganmu untuk mencari perhatian Mark hyung." Haechan langsung terdiam, mengingat kejadian saat pulang sekolah dia melihat Mark pergi bersama Kang Mina, wakil ketua dewan siswa yang dipimpin oleh Mark.

"Aku kemarin bicara padanya tapi dia tidak mengatakan apapun dan pergi ke kamar, Taeyong hyung dan Ten hyung saja diabaikan olehnya." ujar Jeno.

"Aku tidak bisa menghubunginya sejak kemarin." ujar Haechan, Jeno mengernyit.

"Tapi kemarin dia seperti berbicara dengan seseorang lewat telepon, aku kira itu denganmu." mereka semua saling pandang, sebelum-

"Lee Jeno, izinkan aku membunuh Mark hyung." 

"PUTUS DENGAN JAEHYUN HYUNG SEGERAA!! KAU MENGERIKAN OH JAEMINNNN!!!!"

***

"Hatchim!" Younghoon tersentak kaget saat tiba-tiba Jaehyun bersin dengan suara keras tidak jauh darinya.

"Kau oke, boss?" tanya Younghoon.

"Sepertinya ada yang membicarakanku, sudahlah, bagaimana laporan keungana perusahaan?" Younghoon mendekat dan segera memberikan laporan yang baru saja selesai dia cek. Winwin tidak masuk karena dia katanya tidak bisa bangun dari tempat tidur, lemas karena morning sickness.

TOK TOK TOK

"Masuk" Younghoon dan Jaehyun sama-sama menatap orang yang baru masuk ke ruangan Jaehyun. Seorang sekretaris pengganti sementara masuk membawa seseorang di belakangnya.

"Jung Sungchan?" pemuda tinggi itu mengangguk kecil.

"Younghoon keluarlah" Younghoon mengangguk dan membiarkan Jung bersaudara itu berbicara.

"Duduklah, ada apa kau datang kemari?" tanya Jaehyun langsung, Sungchan terdiam beberapa saat.

"Aku... ingin memberikan ini pada hyung." Sungchan mengeluarkan sesuatu dari tas yang dibawanya, lalu menyodorkannya pada Jaehyun.

"Pertunangan? Kau?" Sungchan mengangguk.

"Dengan siapa?" tanya Jaehyun.

"Kim Min Jeong, Winter, wanita pilihan eomma." Jaehyun tertawa mendengar itu.

"Kau menurut apapun perkataan kedua orangtuamu?" tanya Jaehyun.

"Aku sudah menolaknya, tapi mereka bahkan tidak mau mendengarkanku." ujar Sungchan. Jaehyun mendengus pelan.

"Aku akan pulang hari ini."

***

"HAH?! SUDAH BERANGKAT KE KOREA?!" Kris menatap Luhan yang kini terdiam di sisinya. Suho bersama Lay duduk di hadapan mereka.

"Aku akan hubungi yang lain, segeralah pulang." dan sambungan Kris putus.

"Park Joon sudah bergerak, Chanyeol bilang mereka datang ke Korea menggunakan pesawat, mereka berangkat dari Manila." ujar Kris.

"Sepertinya mereka bergerak cepat, kita tidak ada persiapan apapun, bagaimana dengan Park Eun Ae sendiri?" tanya Suho.

"Jaehyun bilang Jaemin tetap ingin menahannya." ujar Kris.

"Kita perlu memberitahu mereka segera, perjalanan itu memakan waktu sekitar dua hari. Kita juga tidak tahu apa mereka langsung menyerang atau mau berdiam diri dulu." ujar Suho.

"Lebih baik memang memberi tahu mereka segera, terlebih pada Jaemin." ujar Lay.

"Chanyeol dan Baekhyun akan tetap mengawasi mereka sampai pergerakan mereka selanjutnya." ujar Kris.

"Lebih baik segera beri tahu Jaehyun atau Johnny dulu." usul Luhan.

"Sebaiknya begitu, ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini ge? Kau kan harus di sekolah saat ini." tanya Lay heran.

"Aku bolos sehari" jawab Luhan dengan santai.

"Hah?"

***

Jaemin mendengus saat melihat seorang guru wanita mencoba menggoda daddynya. Itu guru lama, yang sudah lama mengincar Oh ssaem meski dulu ada Kim ssaem yang masih menjadi dokter sekolah. Wanita itu tahu Kim ssaem pasangan Oh ssaem tapi tetap saja didekati, banyak yang sudah menegur wanita itu tapi tidak pernah didengarkan oleh wanita ular satu itu.

Jaemin berjalan mendekat mendekati meja daddynya yang masih sibuk dengan laporan sekolah.

"Ayolah Oh ssaem, ikut saja nanti makan-makan, ini adalah hari ulang tahunku, jadi aku mengundang semuanya, kepala sekolah harusnya juga ikut tapi dia menolak, sayang sekali kan?" Sehun mendengus, tentu saja hyungnya menolak, hyungnya lebih memilih makan di cafe anaknya daripada dengan mereka.

"Ahh~ jadi hari ini Go ssaem ulang tahu? Woahh~ chukkaeyo~" Jaemin berujar, ruang guru yang tadi lumayan ribut karena para guru berdiskusi satu sama lain, berubah menjadi tenang.

"Ah~ Jaeminnie, terimakasih." ujar Go ssaem, Jaemin hanya memasang senyum manis. Sehun menunggu apa yang akan dilakukan oleh anaknya.

"Ssaem, aku punya usul untuk acara ulang tahunmu hari ini." ujar Jaemin.

"Apa itu?" tamya Go ssaem. Jaemin menarik seringai tipis.

"Bagaimana kalau hari ulang tahunmu, juga menjadi hari kematianmu?"

_59_

[2JAE/JAEJAE] ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang