53

10K 1.1K 37
                                    

_53_

"Jika aku menjadi Minhee aku tidak akan mengatakan hal memalukan seperti apa yang dia ucapkan pada Jaemin tadi." ujar seorang siswa.

"Kau benar, aku juga tidak akan mengatakan hal seperti itu." sahut teman sebangkunya.

"Dia sepertinya tidak pernah belajar bagaimana hidup susah dan terlalu bergantung pada kedua orangtuanya, tidakkah dia begitu manja?" tanya teman kedua orang tersebut.

"Jika dipikir lagi tidakkah dia memang seperti itu, kau ingat saat dia dipukul Haechan, lukanya hanya kecil tapi orang tuanya langsung datang ke sekolah, bahkan dengan para orang tua lainnya." ujar siswa pertama tadi.

"Ah ne, Jaemin dia berubah tidak sih? Benar-benar seperti orang yang berbeda." ujar siswa kedua tadi.

"Kau benar, jangan buat masalah dengannya, Oh ssaem bisa langsung turun tangan." ujar siswa ketiga.

"Hey, tidakkah mereka berdua, Minhee dan Jaemin sama saja? Tidak bisa melakukan apapun sendiri? Semuanya harus bergantung pada orang tua mereka, bukankah begitu? Ah ne, tidakkah ini ganjal? Setelah Jaemin tidak menjadi bagian dari keluarga Na lagi, semua kebusukan keluarga Na terbongkar, apa itu semua ulah Jaemin?" tanya siswa kedua.

"Woahh~ jika memang begitu tidakkah dia tidak tahu diri? Menjatuhkan keluarga yang sudah membesarkannya? Kenapa dia mengerikan sekali? Bisa-bisanya dia melakukan itu pada keluarganya." timpal siswa pertama.

"Dia bermuka dua tidak sih? Sok tersakiti tapi sebenarnya dia yang jahat?" tanya siswa ketiga.

"Woaahh~ kenapa sekolah ini menerima anak-anak yang bisanya hanya bergosip mengenai sesuatu yang tidak mereka ketahui dengan benar?" Jaemin berkata dengan nada keras, tidak hanya membuat tiga siswa yang tadi membicarakannya terdiam kaget, tapi membuat satu kelas dan beberapa siswa yang ada di luar kelas terdiam, merasa tersindir. Mereka berbalik menatap Jaemin yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, dan menatap mereka dengan pandangan datar.

"J-Jaemin?" Jaemin menyeringai tipis.

"Wae? Kenapa gagap begitu? Kalian tadi begitu lancar mengataiku mengerikan, bermuka dua, dan tidak tahu diri, kenapa memanggil namaku sekarang kalian gagap?" tanya Jaemin.

"K-Kami... M-Maaf" Jaemin tertawa, lalu berhanti dan menatap ketiganya.

"Mudah sekali kalian mengatakan maaf setelah menggosipkan sesuatu yang tidak benar mengenai orang lain, huh? Bagaimana jika orang lain dengar dan menyebarkan berita sesuai apa yang kalian gosipkan padahal berita itu tidak benar? Apa kalian mau bertanggungjawab atas berita itu nantinya jika ternyata berita itu malah membawa masalah di kemudian hari?" mereka bertiga terdiam.

"Kau mengatakan aku dan Minhee sama-sama tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang tua kami, hey tuan-tuan, bukankah kalian juga sama saja? Kalian juga tidak akan bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang tua kalian, jangan merasa kalian sudah melakukan hal yang benar padahal nyatanya kalian sama saja." ujar Jaemin. Para sahabat Jaemin tidak berniat melerai pemuda manis itu, mereka hanya duduk menonton, lagipula seru kok melihat Jaemin seperti itu, sesuatu yang sudah lama mereka ingin lihat, karena mereka tahu sebenarnya Jaemin itu bukan orang lemah, hanya menunggu waktu sampai dia lelah menjadi orang baik dan menunjukkan sisi dirinya yang satu ini.

"Sepertinya berkencan dengan Jaehyun hyung membuatnya menjadi lebih berani." komentar Haechan.

"Sifatnya yang ini malah mengingatkanku pada Jaehyun hyung itu sendiri." ujar Jeno sembari menghela nafas, Hyunjin di sebelahnya mengangguk setuju.

"Benarkah?" tanya Seungmin.

"Ne, tapi setidaknya Jaemin terkadang masih mempunyai hati, kalau Jaehyun hyung jangan harap ketiga anak itu masih akan hidup, hari ini masih hidup besok sudah tinggal nama. Beruntung kita semua adalah kenalan dekat orang-orang yang Jaehyun hyung kenal." ujar Hyunjin.

[2JAE/JAEJAE] ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang