Di pagi yang cerah ini Mirai harus menemani Gustaf pergi ke ladang karena hari ini adalah waktunya mereka membayarkan upah kepada para pekerja yang bekerja mengerjakan ladang luas mereka. Setelah sarapan dan berpamitan mereka lekas menuju ladang.
Seperti biasa, setelah Mirai dan Gustaf pergi ke ladang lalu Lukman dan Fandi yang berangkat ke sekolah mereka, kini di dalam rumah hanya tinggal Elmira dan Inti yang akan menjaga Shaka. Di waktu luang seperti ini biasanya Elmira dan Inti akan membuat masakan ataupun camilan.
"Nyonya, daun bawang dan cabainya sudah habis ternyata," ucap Inti.
"Biar aku saja yang ke halaman samping. Aku akan memetiknya," ucap Elmira.
"Baiklah."
Elmira berjalan menuju halaman bekalang dengan membawa keranjang anyaman yang terbuat dari bambu, sedangkan Inti masih berada di dapur untuk mempersiapkan bumbu yang akan ia pergunakan untuk memasak. Saat ini mereka bisa memasak dengan tenang karena Shaka sudah tertidur setelah balita itu kenyang setelah disuapi makan.
Elmira memetik cukup banyak cabai dan daun bawang. Tak hanya itu, ia juga memetik buah tomat, buah jeruk dan buah jambu. Kebetulan buah-buah yang ia petik juga sudah matang. Halaman rumah milik orang tuanya ini memanglah terbilang luas, karena itu di sekeliling rumah ini telah ditanami beberapa tanaman sayur, buah dan juga bunga.
Karena terlalu asik memetik hasil tanamannya, Elmira sampai tak sadar bahwa ia sudah terlalu jauh melangkah. Tadi saat keluar ia lewat dari pintu belakang, sekarang tanpa sadar ia sudah sampai di halaman depan. Tanpa ingin membuang waktu dan tenaga lagi untuk kembali berjalan memutar, akhirnya ia berjalan menuju pintu depan rumah. Namun ia tertegun saat indra penglihatannya menangkap sosok pria yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Permisi Tuan, Anda sedang mencari siapa?" tanya Elmira. Masih dengan membopong keranjang anyaman bambunya, ia berdiri tepat di belakang pria itu.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Elmira, pria itupun membalikkan tubuhnya menghadap Elmira. Mata Elmira terbelalak, sontak ia sangat terkejut depan apa yang sekarang ini sedang ia lihat tepat di depan mata kepalanya sendiri. Tanpa sadar ia melepas keranjang anyaman bambu yang ada di tangannya hingga hasil petikannya tadi berhamburan di lantai.
"Kau ...." Guman Elmira seraya melangkahkan kakinya mundur menjauhi pria di hadapannya. Jantungnya berdebar begitu kencang persis saat pertama kali dulu ia mulai merasakan cinta pada pria itu.
"Elmira ...." Pria itu mendekat dengan tangan yang terulur hendak menjangkau tangan Elmira. Tapi sayangya Elmira malah semakin memundurkan tubuhnya hingga membentur tembok.
"Tuan Reksa?!" seru Inti. ia juga sama terkejutnya dengan Elmira saat tahu siapakah yang sedang berdiri di depan pintu saat kini ia membuka pintunya. Tapi reaksi Elmira-lah yang paling membuatnya terkejut. Ia tak menyangka jika nyonya-nya itu akan menolak uluran tangan Tuannya. Sebenarnya tadi ia mendengar ada seseorang yang sedang mengetuk pintu rumah, tapi ia harus mematikan kompornya dan mencuci tangannya terlebih dulu barulah ia berjalan keluar untuk membukakan pintu. Tapi ia tak menyangka jika ternyata Elmira-lah yang menemui tamunya terlebih dahulu.
Reksa dan Elmira sama-sama menoleh ke arah Inti. Setelah sadar dari keterkejutannya, Elmira langsung melangkah nerobos memasuki rumah meninggalkan Inti dengan Reksa yang masih mematung berdiri di ambang pintu.
Reksa memperhatikan pergerakan Elmira yang masuk ke dalam rumah untuk meninggalkannya."Tu-an, silakan masuk." Ucap Inti membuka pintunya lebih lebar lagi.
Reksa mengangguk, ia lalu duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ia mengamati sekeliling rumah. Rumah mertuanya ini ternyata sudah banyak mengalami perubahan. Sudah lama semenjak ia dulu membawa Elmira ke kota untuk ikut dengannya tinggal di rumah keluarganya, baru kali ini ia menginjakkan kakinya lagi di rumah mertuanya ini. Ia tertawa masam, ini hanya tentang rumah. Belum lagi yang lainnya, terkhusus perubahan yang terjadi pada Elmira dan juga Shaka. Ah Shaka, bagaimana wajah putranya itu sekarang. Dulu terakhir kali ia melihat saat putranya itu masih bayi, masih sangat kecil.
"Tuan Gustaf dan Nyonya Mirai sedang berada di ladang, Tuan. Mungkin sebentar lagi beliau akan datang. Saya permisi ke dalam untuk membuatkan Anda teh hangat," ucap Inti. Ia lalu pergi meninggalkan Reksa sendiri di ruang tamu.
Reksa tak menyahuti ucapan Inti. ia hanya membiarkan saja perempuan itu pergi meninggalkannya di ruang tamu.
Beberapa saat kemudian Inti kembali ke ruang tamu. Ia menyajikan teh hangat dan camilan hasil olahannya ke atas meja yang ada di depan Reksa.
"Silakan diminum, Tuan."
"Emm ... Shaka. Bisakah aku melihat Shaka?" tanya Reksa.
Inti terdiam, ia tak bisa menjawab pertanyaan Reksa karena tentu saja ia harus bertanya dulu pada Elmira. Melihat reaksi Elmira saat tadi bertemu Reksa untuk yang pertama kali setelah sekian lama, membuat ia takut memutuskan untuk menjawab 'iya'.
"Saya ... akan saya katakan pada Nyonya Elmira jika Anda ingin menemui Shaka. Tapi sepertinya saat ini Shaka masih tidur," ucap Inti.
"Baiklah kau katakan dulu pada Elmira. Aku akan menunggu di sini," ucap Reksa.
Inti mengangguk ragu, ia lalu berjalan menuju kamar Elmira.
"Nyonya ...." Inti berjalan memasuki kamar. Tentu saja setelah ia mengetuk pintu terlebih dahulu.
Elmira tak menyahuti panggilan dari Inti maupun menoleh ke arah Inti. Ia masih tetap dalam posisinya duduk di pingir ranjang seraya memeluk Shaka yang masih tertidur lelap.
"Nyonya, apa Anda baik-baik saja?" tanya Inti. Ia berdiri di hadapan Elmira.
"Aku tidak tahu."
"Shaka masih tertidur pulas, apa tidak sebaiknya jika Anda membaringkannya di atas ranjang?"
Elmira mengeleng, "tidak, Inti. Aku sedang ingin memeluk putraku. Hanya Shaka yang bisa membuat aku kuat menghadapi semua ini. dan aku tak akan membiarkan siapapun merebut Shaka dariku. Aku tak akan membiarkan siapapun memisahkan aku dari putraku," sahut Elmira. Ia terus saja menciumi wajah Shaka, padahal putranya itu masih tertidur pulas. Balita itu seakan tak terganggu dengan ulah ibunya."Saya yakin tidak ada orang yang akan memisahkan Anda dari Shaka, Nyonya. Tapi Nyonya, Tuan Reksa berkata beliau ingin melihat Shaka. Apa Tuan Shaka bisa melihat Shaka?" gumam Inti ragu. Ia takut jika Elmira akan marah padanya.
"Tidak!" Sentak Elmira menatap ke arah Inti dengan sorot mata tajamnya. Hal itu tentu saja membuat Inti terkejut bukan main.
"Emm maksudku adalah ... maksudku Reksa bisa menemui Shaka, tapi tidak untuk sekarang." Ucap Elmira lagi seraya melembutkan sorot matanya setelah ia menyadari bahwa Inti ketakutan mendengar sentakannya tadi.
"I-iya, Nyonya. Saya ... sa-saya akan mengatakannya pada Tuan Reksa," ucap Inti terbata.
"Saya ... saya permisi keluar," sambung Inti. Ia lalu keluar dari kamar Elmira untuk kembali menemui Reksa di ruang tamu.
"Tuan Reksa."
Reksa menoleh ke arah Inti setelah mendengar perempuan pelayan Elmira itu yang sedang menyebutkan namanya.
"Bagaimana? Apa aku sudah bisa menemui putraku sekarang?" Tanya Reksa yang memandang Inti penuh harap.
"Shaka sedang tidur, Tuan. Anda bisa menemuinya tapi Nyonya Elmira bilang tidak untuk sekarang," ucap Inti.
"Baiklah."
"Saya permisi ke dalam dulu," pamit Inti.
***
Bersambung
Maknya Shaka ketemu sama bapaknya Shaka nih😁😁
Semarang, 13 September 2021
Silvia Dhaka
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
RomanceDewasa +18 Kisah seorang gadis biasa bernama Elmira Amaria anak seorang petani dari desa terpencil di sebuah pulau yang menjadi ratu di hati sang bangsawan muda nan tampan bernama Raka Reksa Dhanuar. Baru diketahui jika sebenarnya Reksa sudah memil...