30. Sepenggal Risau

1.3K 102 6
                                    

Delia berada dalam dekapan hangat Reksa. Sampai saat ini dirinya masih tak menyangka jika tadi ia bertemu dengan Reksa hingga kini mereka berakhir seperti ini,  berbagi selimut dengan keadaan tubuh yang sama-sama tanpa busana. Setelah mereka puas melepas rindu.

Reksa bangkit dari ranjang karena sebentar lagi fajar akan menyingsing, dan mungkin Elmira akan mencari keberadaannya.

"Juragan ...." Delia terheran karena mendadak suaminya itu bangun lalu kembali memakai pakaiannya.

Delia mendudukan dirinya, menyender di kepala ranjang dengan mengapit selimut di sela lengannya agar tubuh telanjangnya tak terekspose.

"Maafkan aku, aku harus kembali ke kamar. Aku takut Elmira mencariku." Ucap Reksa mendekati Delia lalu mencium kening selirnya itu.
Delia memejamkan mata saat bibir Reksa mengecup keningnya. Ia menikmati setiap sentuhan yang Reksa berikan.

"Kau tak apa kan?" Tanya Reksa lalu mendapat gelengen dari kepala Delia.

"Pergilah, Juragan." Ucap Delia dengan sedikit senyuman di bibirnya.

"Maafkan aku." Ucap Reksa lalu pergi dari kamar Delia.

Delia tak merasa marah atau kecewa. Kembali disentuh suaminya saja ia sudah merasa sangat bersyukur dan bahagia. Ia tak akan serakah karena dirinya sadar suaminya memiliki dua istri lain selain dirinya.
Teringat saat tadi Reksa memperlakukannya dengan lembut membuat dirinya melayang.

Delia kembali merebahkan tubuhnya lalu mulai memejamkan matanya karena tubuhnya terasa begitu lelah setelah pergulatan panas yang dirinya dan suaminya lakukan.

***

Reksa mengendap masuk ke kamarnya. Ia bernafas lega saat Elmira masih tetap terlelap saat ia tinggal. Perlahan ia merebahkan tubuhnya di samping Elmira.

Reksa tersenyum menertawakan dirinya sendiri. Dirinya bagaikan seorang peselingkuh yang  diam-diam mendatangi kamar wanita selingkuhannya. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya juga harus melakukan kewajibannya sebagai suami pada dua selirnya walaupun hanya Elmira yang ia cintai.

Reksa pura-pura terpejam saat ia merasakan pergerakan dari Elmira. Ia merasakan ranjang sedikit bergoyang. Mengintip dari celah matanya, ternyata Elmira turun dari ranjang lalu mengenakan kembali pakaiannya kemudian istrinya itu berjalan menuju kamar mandi. Ia bernafas lega karena istri tercintanya itu tak menyadari dirinya yang baru datang dari perginya dan tak sadar jika ia sekarang ini tengah terjaga.

Elmira mengeluarkan semua isi perutnya saat sudah sampai di kamar mandi. Setelah tak ada lagi yang ia muntahkan, ia lalu keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lemas. Setidaknya beginilah yang ia rasakan saat beberapa bulan terakhir ini.

Elmira duduk di atas ranjang, kepalanya ia senderkan di kepala ranjang. Ia mengelus sayang perutnya yang sudah mulai membuncit. Kini usia kehamilannya sudah berjalan lima bulan. Tak terasa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu. Mengingat itu bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Rasanya ia tak sabar menunggu hari itu tiba, apakah ia akan melahirkan seorang putra atau seorang putri. Tapi tiba-tiba senyum di bibirnya menghilang, ia didera rasa cemas kala  teringat jika suaminya menginginkan seorang putra darinya. Putra yang akan meneruskan semua usaha yang suaminya itu miliki.

Tanpa Elmira sadari, Reksa tengah memperhatikannya dari sebelum masuk kamar mandi hingga kini Elmira mengelus perut buncitnya dengan wajah yang berubah murung.

Elmira terkesiap saat tiba-tiba tangan Reksa mengelus lembut permukaan perutnya.
"Kau terbangun?" tanya Elmira.

Reksa tersenyum dengan tetap mengelus permukaan perut Elmira yang tertutupi oleh gaun tidurnya.
"Ada apa denganmu, Sayang. Kau terlihat murung," ucap Reksa.

Elmira tersenyum. "Tak apa. Kau kembalilah tidur. Masih terlalu gelap untuk bersiap berangkat ke kantor," ucap Elmira.

Reksa mendudukan dirinya menghadap Elmira. "Katakan saja semua yang menjadi risaumu, Elmira. Jangan kau pendam sendiri dan malah menjadikanmu tertekan. Bukankah aku suamimu?" ucap Reksa.

Elmira mengangguk samar. "Aku ... aku hanya teringat tentang dirimu yang menginginkan anak laki-laki," sahut Elmira.

"Iya, aku memang begitu menginginkan anak laki-laki agar kelak kita bisa bermain bersama, berkuda bersama, dia akan mewarisi semua usahaku dan akan kuajarkan semua kemampuan yang kupunya," sahut Reksa menerawang jauh entah ke mana.

"Maksudmu kemampuan memiliki tiga istri, begitu?" Sindir Elmira membuat Reksa terkekeh karena geli.

"Apa kau tak setuju jika putra kita kelak memiliki tiga istri seperti ayahnya?" tanya Reksa sambil terkekeh.

"Bukankah rumah ini akan menjadi ramai, karena kita memiliki tiga menantu dan banyak cucu," sambung Reksa.

"Kau ini," desis Elmira.

"Jika aku memiliki putra, tentu aku akan menasehati putraku agar tak memiliki istri lebih dari satu," ucap Elmira.

Kalimat Elmira tentu saja membuat Reksa menjadi tak nyaman.

"Walaupun dia berusaha adil, tapi dia akan tetap menyakiti hati wanita yang menjadi istrinya. Karena sesungguhnya perasaan seorang wanita di dunia ini sama. Sama-sama ingin menjadi utama dan menjadi satu-satunya. Tak ada perempuan yang ingin berbagi apa yang ia miliki, terutama suami." Ucap Elmira sambil menatap manik mata Reksa.

Reksa gelagapan mendengar kata perkata yang keluar dari bibir istrinya ini. Sepertinya Elmira sengaja membuatnya terpojok.

"Sayang ... aku merasa terhakimi dengan kalimatmu," ucap Reksa.

Elmira berdeham. "Lalu bagaimana jika bayi dalam kandunganku ini seorang perempuan?" tanya Elmira. Ia harus bertanya, agar dirinya tak lagi risau.

"Jika dia perempuan, dia akan secantik dirimu. Jika dia perempuan,  maka aku akan sangat menyayanginya. Tak kan kubiarkan dia disakiti oleh siapa pun. Dengan segenap tenaga yang kupunya, aku akan melindunginya." Sahut Reksa sambil mengelus perut Elmira yang kini sudah mulai ada pergerakan.

Elmira terperangah mendengar penuturan Reksa.
"Kau ... kau tak masalah jika aku melahirkan seorang putri?!" tanya Elmira untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Tentu. Laki-laki atau perempuan bagiku tak masalah karena dia darah dagingku," sahut Reksa.

"Tapi waktu itu kau bilang kau ingin seorang putra." Sahut Elmira mengingatkan apa yang dulu pernah Reksa ucapkan.

"Iya, aku memang sangat ingin seorang putra. Tapi jika dia terlahir perempuan maka kita akan membuatkan banyak adik laki-laki untuknya, bukan?!" ucap Reksa membuat perasaan Elmira sedikit lega.

Elmira tersenyum lebar. "Terima kasih." Elmira memeluk tubuh Reksa. Saat ini bebannya sedikit terangkat. Ia lega, setidaknya Reksa akan menerima apapun jenis kelamin bayinya kelak.

***

13 Agustus 2020
-Silvia Dhaka-

Repost 17 April 2021
Temukan cerita selengkapnya di aplikasi KBM.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang