Keesokan harinya Reksa dan Elmira baru keluar kamar. Keduanya ikut sarapan bersama sebelum memulai aktifitas mereka seperti biasa.
Elmira seolah tak perduli ketika ada dua pasang mata tajam yang siap menghunusnya. Siapa lagi kalau bukan ibu mertuanya dan juga Andini.Yasinta menatap sebal ke arah Elmira. Bagaimana bisa dia mengacuhkan tatapan matanya. Sepulang dari kuliah ia harus memanggil menantunya itu agar menghadapnya. Ia harus menegur dan memperingatkannya. Tapi tidak untuk sekarang karena saat ini masih ada putranya yang pasti akan membela Elmira habis-habisan.
"Aku sudah selesai." Reksa berdiri bersiap akan pergi. Diikuti oleh Elmira yang juga berdiri. Hal itu tak luput dari pengawasan ketiga orang dewasa di hadapannya ini. Sedangkan satu bocah lagi tampak tak acuh karena sedang asik meminum susunya.
"Saya juga sudah selesai ...." Ucap Elmira tersenyum canggung. Ia harus segera pergi mengikuti suaminya sebelum ada dua singa betina yang akan memangsanya hidup-hidup.
"Sabrina ... ayah berangkat kerja dulu," pamit Reksa pada putri kecilnya.
Sabrina mendongak memperhatikan ayahnya. "Iya, Ayah."
Reksa dan Elmira lalu berjalan keluar dari rumah.
"Wanita itu benar-benar keterlaluan." Ucap Andini dengan tawa sumbangnya.
Delia pun juga sependapat dengan Andini tapi dirinya tak mau terlalu terbawa emosi. Ia lebih memilih mengalah dan diam karena ia pikir ini adalah jalan terbaik untuknya jika ia masih tetap mau tinggal di sini menjadi istri Reksa.
"Ibu ... lakukanlah sesuatu. Wanita itu sungguh keterlaluan." Andini merengek pada Yasinta yang sedari tadi hanya diam.
"Diamlah Andini. Ibu tahu apa yang harus ibu lakukan!" Seru Yasinta membuat Andini terkejut. Yasinta pun lalu meninggalkan ruang makan dengan keadaan hati yang buruk.
"Ya Tuhan ... ada apa dengan dirinya," guman Andini sambil mengelus dadanya karena ia begitu terkejut dengan reaksi ibu mertuanya itu.
"Lama-lama dia juga sama menyebalkannya dengan wanita desa itu." Ucap Andini.
"Apa kau sudah kehilangan rasa hormatmu pada ibu mertua kita, Andini?!" tegur Delia.
Andini memutar bola matanya saat mendengar teguran dari Delia."Kupikir Ibu telah salah menyayangimu dan memilihmu menjadi menantu kesayangannya," sambung Delia.
"Ck. Kau ini bicara apa Delia. Apa kau tak merasa semuanya berubah seperti neraka sejak wanita itu datang di hidup kita?"
"Tapi tak seharusnya kau berucap seperti itu." Sahut Delia lalu pergi meninggalkan ruang makan.
***
Saat sore hari tiba, Elmira berjalan masuk rumah dengan rasa lelah ditubuhnya karena kegiatannya di kampus seharian.
Elmira terpaksa menghentikan langkahnya saat ada seorang pelayan yang menghadangnya."Selamat sore, Nyonya." Sapa seorang pelayan pada Elmira.
"Sore," sahut Elmira.
"Nyonya Yasinta meminta anda menghadap beliau, Nyonya." Elmira membeku di tempatnya. Ia tahu pasti ibu mertuanya tak akan melepaskannya begitu saja.
"Apa harus sekarang?"
"Iya, Nyonya."
"Baiklah ... terima kasih." Sahut Elmira lalu berjalan menuju kamar ibu mertuanya.
Sampai di depan pintu, Elmira menarik nafasnya dalam sebelum mengetuk pintu kamar Yasinta.
Pintu kamar Yasinta terbuka, muncul seorang pelayan yang mempersilakan dirinya masuk."Selamat sore, Ibu." Sapa Elmira ketika dirinya melihat ibu mertuanya berdiri membelakanginya.
"Duduklah," ucap Yasinta tanpa memutar tubuhnya.
"Iya." Elmira mengangguk walau dia tahu ibu mertuanya kini tak menatapnya. Dengan dada yang bergemuruh Elmira mencoba tetap tenang.
"Elmira ...."
"Iya ...." Sahut Elmira mendongak menatap punggung Yasinta.
"Kau tahu bukan jika putraku memiliki istri lain selain dirimu." Yasinta mulai membuka percakapan.
"I-iya, Ibu."
"Lalu kenapa sikapmu seolah-olah kau adalah istri tunggal dari putraku." Yasinta membalikan tubuhnya dan berjalan menuju sofa kosong yang ada di depan Elmira.
Elmira menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tak tahu harus memberi jawaban seperti apa agar tak membuat ibu mertuanya ini semakin murka padanya.
"Saya ... bukan begitu maksud saya, Ibu. Saya hanya ingin lebih diperhatikan oleh Reksa," sahut Elmira.
"Kau membuat Reksa mengabaikan kedua istrinya yang lain," ucap Yasinta.
"Bukan begitu maksud saya, Ibu ...," sanggah Elmira.
"Lalu apa? Bukankah beberapa waktu lalu kau juga pernah marah lantaran putraku menghabiskan malamnya bersama istrinya yang lain?" Elmira mendelik karena terkejut. Bagaimana ibu mertunya bisa tahu, padahal ia tak pernah cerita pada siapapun.
"Seharusnya kau tak perlu bersikap seperti itu. Andini dan Delia juga mendapatkan hak yang sama dengan dirimu. Kau tak boleh merasa berkuasa atas diri putraku."
"Jangan karena putraku menjadikanmu istri resmi lalu kau bersikap semaumu, Elmira. Dan yang paling penting Reksa punya banyak tanggung jawab. Dia harus menjalankan bisnis keluarga yang tagung jawabnya begitu besar." Ucap Yasinta setelah duduk di sofa depan Elmira.
"Yang seharusnya kau lakukan adalah bagaimana caranya membuat dirimu agar menjadi lebih baik sebagai pendamping putraku. Nantinya kau akan mendampingi Reksa bertemu dengan banyak orang terhormat dan terpelajar. Jangan pernah mempermalukan Reksa dan keluarga Dhanuar. Kau mengerti?"
"I-iya, Ibu. Saya mengerti," sahut Elmira.
"Sekarang pergilah. Kuharap kau mengerti tentang keadaan ini," sambung Yasinta. Sebenarnya ia merasa sangat marah pada Elmira, tapi melihat wajah Elmira tiba-tiba ia merasa tak tega saat ia akan lebih meluapkan amarahnya.
"Iya Ibu, saya mengerti. Maafkan saya." Sahut Elmira lalu berpamitan meninggalkan kamar Yasinta.
***
.......bersambung......
Semarang, 23 Juli 2020
Salam
Silvia Dhaka
Repost 11 Juli 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/222135077-288-k610323.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
RomanceDewasa +18 Kisah seorang gadis biasa bernama Elmira Amaria anak seorang petani dari desa terpencil di sebuah pulau yang menjadi ratu di hati sang bangsawan muda nan tampan bernama Raka Reksa Dhanuar. Baru diketahui jika sebenarnya Reksa sudah memil...