Reksa menatap Elmira yang sudah terlelap setelah sesi percintaan mereka. Ia membenarkan letak selimut dan mengecup kening istrinya itu. Malam ini rasanya dirinya tak bisa memejamkan matanya. Ia turun dari ranjang lalu menenakan pakaiannya kembali. Sepertinya ia butuh angin segar. Lalu ia putuskan untuk keluar kamar.
Berjalan menyusuri lorong yang sepi, akhirnya Reksa memutuskan untuk menuju teras belakang. Namun dirinya terkejut saat indra penglihatannya menangkap sosok wanita sedang duduk di sofa membelakanginya. Reksa bertanya dalam hati, siapakah gerangan yang duduk sendiri di sana. Dengan langkah ragu Reksa mendekati wanita itu."Delia?" Reksa terkejut, ternyata selir keduanyalah yang duduk sendiri di teras belakang.
"Juragan?" Delia terheran melihat Reksa berdiri di depannya selarut ini. Bukankah seharusnya Reksa sedang tidur nyenyak bersama istri sahnya.
"Boleh aku duduk?" sedikit berbasa basi, Reksa mulai membuka pembicaraan.
"Tentu, silakan." Sahut Delia sedikit menggeser tubuhnya, memberi ruang agar Reksa bisa duduk nyaman di sisinya. Dirinya juga tak ingin terlalu berdekatan dengan Reksa karena dirinya tak mau sampai dianggap menggoda. Bukankah itu hal yang memalukan. Sepertinya tak apa jika Reksa mau digoda, tapi jika tidak dirinya sendirilah yang akan menanggung malu.
"Kau ... apa yang kau lakukan?" tanya Reksa.
Delia tersenyum lalu memperlihatkan benda yang ada di tangannya pada Reksa."Saya sedang merajut, Juragan," sahut Delia.
"Tengah malam seperti ini, di sini?!" tanya Reksa disahuti Delia dengan anggukan.
"Saya tidak bisa tidur, lalu saya ke sini. Tadi saya bersama pelayan, tapi saya baru saja menyuruhnya istirahat," sahut Delia.
"Kau bisa melakukannya di kamarmu, bukan. Angin malam tak bagus untuk kesehatan," ucap Reksa.
"Anda tidak beristirahat?" Tanya Delia masih tetap meneruskan rajutannya.
"Aku ingin mencari udara segar." Sahut Reksa sambil mendongakan kepalanya, melihat langit malam dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajah tampannya.
Delia mengangguk mengerti dengan ucapan Reksa. Ia bingung haruskah dirinya tetap di sini ataukah lebih baik dirinya kembali ke kamar saja. "Emm mungkin Anda sedang ingin sendiri. Saya ... lebih baik saya kembali ke kamar." Ucap Delia lalu membereskan perlengkapan merajutnya.
Saat hendak berdiri tiba-tiba Reksa mencekal pergelangan tangan Delia. Delia refleks menoleh ke arah Reksa.
"Aku ingin bicara. Duduklah," ucap Reksa.
Delia kembali duduk, menunggu Reksa kembali membuka suara."Apa kau nyaman tinggal di sini?"
Delia tersenyum. "Tentu. Ada Sabrina yang menggemaskan dan ada Ibu yang sayang pada saya," sahut Delia.
"Saya senang bisa menemani Ibu di saat ada waktu luang," sambung Delia.
"Apa hanya itu?" tanya Reksa.
"Maaf, maksud Anda apa. Saya tidak mengerti." Ucap Delia memandang lekat ke arah Reksa.
"Apa hanya dengan keberadaan Sabrina dan Ibuku bisa membuatmu betah tinggal di sini?" tanya Reksa tanpa memandang ke arah Delia.
"Apa kau tak ingin meminta perpisahan dariku?!" Tanya Reksa yang kini sudah beralih menatap Delia.
Kedua mata Delia sudah berkaca-kaca. Berbulan-bulan ia tak dianggap dan sekarang apakah sudah waktunya Juragan Reksa menginginkan sebuah perpisahan.
"Ap ... apa Anda ingin menceraikan saya?" tanya Delia lirih. Kini air matanya sudah tak lagi bisa ia bendung.
"Tidak bisakah Anda berbelas kasih pada saya dengan membiarkan saya tetap di sini, menjadi istri siri Anda. Meski tak dianggap sekalipun." Sambung Delia sambil menunduk dalam. Ia merasa bahwa inilah akhir hidupnya. Kini kebahagiaannya sudah terenggut semua dari hidupnya. Kenapa kemalangan terus saja berpihak padanya.
"Apa alasanmu ingin tetap tinggal di sini?" tanya Reksa.
"Hanya dengan melihat Anda setiap hari sudah membuat saya begitu bahagia," sahut Delia.
"Apa kau mencintaiku?"
Delia mengangguk, meski dirinya masih tetap menunduk.
"Tapi maafkan aku. Bertahun-tahun kita bersama tapi sampai sekarangpun aku tetap tak bisa mencintaimu." Ucap Reksa membuat Delia semakin bersedih hingga air mata Delia tak mau berhenti keluar.
"Saya tahu, Juragan," sahut Delia.
"Aku tahu kau wanita baik. Jadi mana mungkin aku bisa menyia-nyiakanmu bahkan melepaskanmu." Ucap Reksa membuat Delia seketika mendongakkan kepalanya, memandang manik mata Reksa.
Delia tak mengerti apa maksud ucapan dari suaminya ini. Belum sempat ia bertanya tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh Reksa, hingga kini tubuh mereka berhimpitan. Tubuh Delia menegang mendapat perlakukan seperti ini dari Reksa.
Reksa menarik tengkuk Delia lalu bibirnya bertemu dengan bibir Delia yang tengah terbuka. Reksa melumat dan mencecap setiap inci bibir istri sirinya ini. Tangannya meraih tangan Delia agar mengalung di lehernya.
Reksa memperdalam ciumannya meminta Delia agar membalas tak kalah agresifnya.Delia mengerang tertahan kala tangan Reksa sudah mulai menjelajahi tubuhnya.
Tautan bibir mereka terlepas kala keduanya sudah kehabisan nafas. Dengan masih terengah-engah mereka menempelkan kening mereka.Reksa menatap manik mata Delia, membuat wanita itu menurunkan pandangannya agar pandangan mata mereka tak bertemu.
"Apa kita akan melakukannya di sini?" Pertanyaan Reksa membuat Delia membulatkan matanya. Tentu ia tahu apa yang dimaksud suaminya ini.
Dengan wajah tersipu malu Delia menggeleng. "Di kamar saja, Juragan," sahut Delia.
Reksa terkekeh melihat Reaksi Delia yang seperti baru pertama kali ia jamah. Sedikit membungkuk, Reksa menggendong Delia menuju kamar milik Delia. Sedangkan Delia menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Reksa.
***
11 Agustus 2020
-Silvia Dhaka-Repost 17 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
RomanceDewasa +18 Kisah seorang gadis biasa bernama Elmira Amaria anak seorang petani dari desa terpencil di sebuah pulau yang menjadi ratu di hati sang bangsawan muda nan tampan bernama Raka Reksa Dhanuar. Baru diketahui jika sebenarnya Reksa sudah memil...