57. Licik

1.3K 158 72
                                    


Delia menatap sengit ke arah Elmira yang dengan santainya duduk di bangku taman bersama Reksa dan juga putra mereka. Pemandangan itu membuatnya begitu iri, mereka memang terlihat seperti keluarga harmonis. Benar apa yang tadi Elmira katakan padanya.
Ah, tidak ... tidak ... ini hanya rekayasa Elmira saja. Gara-gara ulah Elmira, ia jadi terjebak di tengah perkebunan teh. Ia terjebak oleh rencananya sendiri. Hampir setengah jam ia menunggu di tengah perkebunan teh menunggu Haris datang menjemput.

"Kau sudah datang rupanya, kalau begitu aku akan ke dalam," ucap Elmira saat Delia berdiri di hadapannya.

"Aku tak mau mengganggu waktumu bersama istri tercintamu." Ucap Elmira mengambil Shaka dari pangkuan Reksa, lalu melangkah memasuki villa, membuat Reksa tertegun dengan sikapnya.

Delia duduk di sebelah Reksa. "Saya tadi terlalu lama menunggu seseorang menjemput saya, Juragan," ucap Delia.

Reksa diam, tak menyahuti ucapan Delia. Ia masih memikirkan Elmira, kenapa sikap Elmira berubah padanya. Istrinya itu tak lagi seperti yang dulu, wanita manja dan manis. Entah, semakin lama Reksa semakin tak mengenali istrinya itu. Masih sibuk dengan pemikirannya, ia merasa tangannya lebih berat dari sebelumnya. Ternyata ada Delia yang bergelayut manja di lengan kokohnya.

"Untung saja di sana tak ada orang yang berbuat jahat pada saya. Coba kalau ada, saya pasti--"

"Di sini tidak ada orang jahat, Delia. Jika pun ada, mereka pasti akan berpikir ulang untuk menyakitimu karena mereka tahu kau adalah istriku. Ya sudah, aku ingin masuk," ucap Reksa memotong ucapan Delia. Ia lalu melangkah masuk ke villa.

"Juragan ... tunggu!" Delia berlari menyusul Reksa yang sudah mulai menjauh.

***

Pulang dari jalan-jalan Shaka terus saja menangis. Hal itu membuat Elmira panik. "Shaka kenapa, Sayang ...." Elmira mencoba menenangkan putranya.

Tampak wajah Shaka yang memerah. Wajahnya basah oleh keringat dan air mata. Untuk itu Elmira memutuskan membuka pakaian Shaka.
Elmira terbelalak saat mendapati tubuh Shaka yang berbintik-bintik kecil dan berwarna merah.

"Shaka ... kau kenapa, Sayang ...." Elmira panik melihat banyak bintik merah di tubuh putranya. Ia langsung melepas semua kain yang menempel di tubuh Shaka, dengan telaten ia mengoleskan minyak telon lalu menaburkan bedak bayi di sekujur tubuh mungil putranya.

"Inti, cepat panggilkan dokter!" seru Elmira masih dengan nada yang panik.

Inti langsung bergegas menghubungi dokter keluarga Dhanuar. Sedangkan Elmira mengganti pakaian Shaka dengan pakaian yang baru.

"Sayang, tenang ya. Sebentar lagi Shaka diperiksa, hem ...." Elmira mengendong Shaka dan mengayunkannya agar putranya itu sedikit tenang dan berhenti menangis.

Yasinta melihat ada yang aneh dengan pelayan pribadi Elmira yang tampak panik. Ia memutuskan untuk menghampiri Inti.

"Inti," sapa Yasinta.

"Iya, Nyonya," sahut Inti.

"Ada apa, kau tampak panik?" tanya Yasinta sembari menelisik muka Inti yang tegang.

"Juragan kecil sakit, Nyonya," sahut Inti.

"Apa?!" seru Yasinta.

"Iya, Nyonya. Tubuhnya berbintik merah. Dari tadi Juragan kecil terus saja menangis. Kasian Juragan kecil, Nyonya," sahut Inti sedih.

Yasinta langsung berlari menuju kamar Elmira, dan diikuti Inti.

"Elmira, bagaimana keadaan cucuku?" Yasinta berjalan menghampiri Elmira yang menggendong Shaka.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang