Reksa duduk bersandar di atas ranjangnya yang besar sambil memeluk tubuh Elmira yang sama telanjangnya dengan dirinya.
Mereka baru saja menyelesaikan satu sesi percintaan mereka, bahkan nafas mereka pun masih tersengal."Aku menyukai Sabrina. Dia gadis kecil yang ceria," ucap Elmira.
"Aku jadi ingin anak perempuan yang cantik dan lucu, terlihat menggemaskan bukan," sambung Elmira.
Reksa mengusap perut telanjang Elmira. "Di sini sebentar lagi, aku yakin akan tumbuh seorang putra untukku." Kata Reksa sambil mengecup bahu telanjang Elmira.
"Bukankah lebih menyenangkan jika anak kita seorang perempuan?" sahut Elmira dengan nada ceria.
"Aku membutuhkan seorang putra untuk kelak menjadi pewarisku." Sahut Reksa dengan nada tak terbantahkan membuat Elmira sedikit takut.
"Tentu aku akan melahirkan seorang putra untukmu," sahut Elmira.
"Aku sudah mendaftarkanmu ke perguruan tinggi terbaik di kota ini." Ucap Reksa membuat Elmira menoleh padanya.
"Benarkah?!" tanya Elmira begitu antusias dengan kabar yang di dengarnya.
"Apa kau senang?" tanya Reksa.
Elmira mengangguk. "Aku begitu mencintaimu, Reksa." Ucap Elmira lalu mencium bibir Reksa.
"Aku juga mencintaimu, Elmira." Sahut Reksa kembali meraup bibir Elmira.
***
Andini mondar-mandir di dalam kamarnya, kedua tangannya saling meremas. Membuat Margi bingung dibuatnya.
"Sudahlah Nona, sebaiknya Anda tidur. Ini sudah lewat tengah malam." Ucap Margi sambil menguap.
"Bagaimana aku bisa tidur jika suamiku saat ini mungkin sedang memadu cinta dengan wanita desa itu!" seru Andini gusar.
"Dulu Anda tidak seperti ini saat Juragan Reksa menghabiskan malamnya dengan Nona Delia." Ucap Margi yang sudah frustasi karena sudah merasa begitu ngantuk dan lelah.
"Wanita ini membahayakan posisiku. Dia bisa saja menyingkirkan aku kalau sampai dia melahirkan seorang putra untuk Juragan Reksa," sahut Andini cemas.
"Saya rasa Nyonya Elmira tidak sejahat itu, Nona." Sahut Margi membuat Andini melotot padanya.
"Jangan sebut wanita itu nyonya jika kau sedang berada di depanku, Margi. Sudah, kembalilah ke kamarmu. Keberadaanmu membuatku menjadi tambah pusing!" seru Andini.
Margi segera keluar dari kamar Andini sebelum majikannya itu tambah marah padanya.
***
Pagi hari, Andini menuju ruang makan. Di sana sudah ada semua anggota keluarga yang duduk menunggu Andini, karena hanya Andini yang belum hadir. Andini tersenyum canggung kepada Ibu Yasinta dan Reksa. "Maafkan keterlambatan saya," ucapnya.
"Baiklah sudah berkumpul semua, mari kita mulai sarapannya," ucap Reksa.
Yasinta, Elmira, Delia dan Sabrina langsung menyantap makan pagi mereka yang sudah disiapkan oleh para juru masak handal.
"Aku harus segera pergi, ada banyak pertemuan penting hari ini." Ucap Reksa saat menyelesaikan makannya.
Delia dan Andini mengangguk sopan pada Reksa.
"Ayo Elmira, aku akan mengantarmu ke sekolah perguruan tinggimu," ucap Reksa pada Elmira.
Elmira mengangguk patuh, lalu undur diri dari hadapan Yasinta dan kedua selir Reksa.
"Apa kau sakit Andini?!" Tanya Ibu Yasinta setelah kepergian Reksa dan Elmira.
"Tidak, Ibu," sahut Andini.
"Lalu kenapa kantung matamu menghitam?"
"Saya hanya kurang tidur saja, Ibu," sahut Andini.
"Aku harap kau tetap menjaga kesehatanmu. Kau masih memiliki seorang putri untuk kau rawat." Sahut Yasinta lalu pergi meninggalkan meja makan.
"Ibu ... aku sudah selesai." Ucap Sabrina hendak turun dari kursinya.
"Pergilah bersama Bibi Harti," ucap Andini pada putrinya. Sabrina pun segera pergi bersama Bibi Harti pengasuhnya.
"Ada apa, Andini? Apa ada kabar buruk dari keluargamu?" tanya Delia pada Andini yang tengah murung.
"Tidak," sahut Andini.
"Apa ... kau tidak merasa risau sedikit pun?" selidik Andini pada Delia.
"Risau untuk sebab apa?"
"Sudah, lupakan saja. Aku akan kembali ke kamarku." Sahut Andini lalu pergi meninggalkan ruang makan.
Delia menggendikan bahunya saat Andini meninggalkannya di ruang makan.
***
Elmira sampai rumah saat hari suduh mulai petang. Ia pulang bersama Reksa karena pulang dari kuliah Reksa langsung menjemputnya dan membawa Elmira untuk menemui para kolega dari luar negri. Tak banyak yang Elmira bicarakan karena ia sendiri juga tidak bisa berbahasa asing. Reksa memperkenalkan Elmira sebagai istri sah, sang nyonya muda dari keluarga Dhanuar.
Banyak yang memuji kecantikan dan kesopanan tingkah laku Elmira, mereka tak ada yang menyangka bahwa Elmira hanya gadis desa biasa yang beruntung di nikahi secara sah oleh juragan Reksa."Sudah larut malam," bisik Elmira karena sudah merasa lelah.
"Sebentar lagi kita akan pulang," sahut Reksa di balas anggukan oleh Elmira.
Inti berlari tergopoh saat mengetahui nyonya mudanya datang. Ia sedikit membungkuk hormat kala berhadapan dengan Reksa dan Elmira.
Dengan sigap Inti membawakan tas milik Elmira."Kau pergilah ke kamar, aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu," ucap Reksa membuat bibir Elmira mengerucut.
"Bersiaplah dulu, nanti aku akan menyusul. Hemm ...." Bisik Reksa membuat Elmira tersenyum malu.
Reksa berjalan menuju ruang kerjanya diikuti oleh Haris. Sedangkan Elmira berjalan anggun menuju kamarnya. Kamar istimewa, kamar yang begitu besar yang dulunya hanya ditempati oleh Reksa. Sedangkan Andini dan Delia menempati kamar lain. Jika dulu Reksa sedang ingin memadu kasih, maka ia akan menghampiri kamar para selirnya bergantian. Tapi tidak untuk dibawa ke kamar pribadinya. Dilihat dari penempatan kamar saja Elmira sudah terlihat begitu di istimewakan.
***
.......bersambung.....
Semarang, 20 Mei 2020
Salam
Silvia Dhaka
Repost 4 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu
RomanceDewasa +18 Kisah seorang gadis biasa bernama Elmira Amaria anak seorang petani dari desa terpencil di sebuah pulau yang menjadi ratu di hati sang bangsawan muda nan tampan bernama Raka Reksa Dhanuar. Baru diketahui jika sebenarnya Reksa sudah memil...