9. Pinangan

1.5K 116 4
                                    

Siang hari Gustaf dan Mirai pulang ke rumah lebih awal karena putri cantiknya sedang tak enak badan.
Sampai di halaman depan rumahnya yang luas,  Gustaf dan Mirai saling pandang karena ada sebuah mobil mewah terparkir di halamannya.
Gustaf dan Mirai sudah sering melihat pemandangan ini karena tak jarang para pria kaya datang untuk meminang putrinya.

"Kali ini Juragan mana lagi yang akan meminang putri kita, Mirai?" ucap Gustaf.

Mirai mengendikan bahunya pertanda tak mengerti. Mirai tersenyum pada suaminya. "Siapkan saja kata-kata untuk menolaknya. Kita hanya akan menikahkan putri kita apa bila putri kita sendiri yang berkenan menerima pinangan dari salah satu mereka," sambung Mirai.

"Iya, aku mengerti," sahut Gustaf.

Gustaf dan Mirai masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu mereka melihat seorang pria tampan sedang mengobrol bersama Elmira.

"Elmira ...."

"Ayah ... Ibu ...!" Seru Elmira senang menghampiri ayah dan ibunya.

"Ada tamu rupanya ...." Ucap Gustaf menyalami Reksa. Begitu juga dengan Mirai. Mereka lalu duduk di bangku kayu yang ada di ruang tengah rumah mereka.

Gustaf dan Mirai saling pandang mana kala mereka melihat gurat ceria di wajah cantik putrinya.

"Perkenalkan nama saya Raka Reksa Dhanuar," ucap Reksa.

"Saya sepertinya tidak pernah melihat Anda menjadi warga di desa ini," kata Gustaf.

"Saya memang bukan warga desa sini, Tuan. Saya dari Ibu kota yang sedang membuka usaha di desa ini juga di desa sebelah," sahut Reksa dengan penuh rasa hormat.

"Lantas ada perlu apa Anda datang ke rumah saya? tanya Gustaf.

Reksa menelan ludahnya susah payah. Pasalnya ini kali pertama ia melamar seorang gadis.
"Saya di sini bermaksud untuk meminang putri Tuan dan Nyonya untuk saya peristri," ucap Reksa.

"Begitu kah ... bagaimana Elmira, apakah kamu menerima pinangan Juragan Raka?" tanya Gustaf melirik pada putrinya.

Elmira tersenyum, lalu menunduk malu menyembunyikan wajahnya. "Iya Ayah, aku menerimanya." Sahut Elmira tampak sedikit malu.

"Syukurlah ...." Gustaf dan Mirai tersenyum melihat Elmira menerima pinangan dari juragan kota ini.

"Tuan dan Nyonya bisa memanggil saya Reksa," ucap Reksa.

"Ohh ... begitu. Jika Anda berkenan, Anda juga bisa memanggil kami dengan sebutan ayah dan ibu, sama seperti Elmira," sahut Gustaf.

"Apa sebelum ini kalian sudah sering bertemu?" tanya Gustaf. Pasalnya ia merasa curiga dengan kedekatan putrinya dengan pria yang sedang duduk di hasapannya ini.

"Seminggu ini kami sudah menjalin kasih." Sahut Reksa membuat Elmira tersenyum malu. Gustaf dan Mirai saling pandang, tak menyangka mereka tak tahu tentang putri mereka selama seminggu ini.

Reksa tersenyum. "Rencananya saya akan menikahi Elmira sebelum saya pulang ke kota agar saya bisa memboyong Elmira tinggal di kota bersama saya," sambung Reksa.

"Berarti aku akan jauh dari putriku?" gumam Gustaf bersedih.

"Maafkan saya Ayah, Ibu, tapi saya di sini memang hanya sementara," sahut Reksa.

Raut muka Gustaf dan Mirai berubah cemas. "Elmira tak pernah sekalipun jauh dari kami," Mirai angkat bicara. Matanya sudah berkaca-kaca membayangkan suatu saat ia akan terpisah dari putri kesayangannya.

"Ibu ... Ayah ...." Elmira menatap penuh permohonan pada Gustaf dan Mirai.

"Baiklah ...." Sahut Gustaf pada putrinya. Ia mengalah, ia ingin melihat putri mereka bahagia.

"Tapi ada sesuatu hal yang akan saya sampaikan pada Ayah dan Ibu," ucap Reksa.

"Perihal apa itu?"

Reksa berdeham untuk menormalkan suaranya. "Sebelumnya saya minta maaf, saya sudah memiliki dua selir dari gadis yang dijodohkan Ibu saya. Dan saya juga sudah memiliki seorang putri dari selir saya yang pertama." Ucap Reksa membuat Gustaf dan Mirai terkejut.

"Lalu? Putri kami juga akan Anda jadikan selir yang ketiga?!" seru Gustaf tak terima.

"Tidak, Ayah. Elmira akan saya jadikan satu-satunya istri resmi saya tanpa menceraikan kedua selir saya," sahut Reksa.

"Biar pun kami hanya petani, tapi kami selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak kami. Terutama pada putri kami. Tentu Anda tahu apa maksud saya," kata Gustaf.

"Saya tidak rela jika putri saya hanya akan menjadi yang ketiga. Terlebih hanya menjadi selir," sambung Mirai.

"Saya tidak akan menjadikan Elmira yang ketiga. Saya berjanji akan menjadikan Elmira yang utama. Elmira bukan menjadi selir, melainkan menjadi istri." Sahut Reksa penuh keyakinan membuat Gustaf dan Mirai sedikit lega.

"Baiklah jika seperti itu. Pesta pernikahan bisa dilangsungkan minggu depan," ucap Gustaf.

Elmira berdiri memeluk tubuh ayah dan ibunya. "Terima kasih, Ayah ... Ibu ... aku sayang kalian."

***

.......bersambung......

Semarang, 9 Mei 2020

Salam

Silvia Dhaka

Cerita selengkapnya bisa dibaca di aplikasi KBM.

Repost 2 Juli 2021

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang