36. Laki-laki

1.4K 139 35
                                    

Reksa mondar mandir menunggu kabar dari Elmira yang sekarang sedang diperiksa oleh dokter.

"Dokter Yus!" seru Yasinta lalu mendekat begitu ia melihat pria berjas putih keluar dari ruang IGD.

Reksa mengentikan langkahnya tepat di depan Dokter Yus. Begitu juga dengan Delia dan Inti yang mendekat ke arah dokter yang sedang menangani Elmira tersebut.

"Kita harus melakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya," ucap Dokter Yus.

"Operasi?" gumam Reksa.

"Keadaan tidak memungkinkan untuk melahirkan normal karena sang ibu tak sadarkan diri dan sudah banyak mengeluarkan darah," sambung Dokter Yus.

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa istri dan anak saya, Dokter," ucap Reksa.

"Tekanan darahnya tinggi. Ini jauh diatas normal untuk ukuran ibu hamil. Fisiknya juga semakin drop." Sambung Dokter Yus lalu pergi untuk menyiapkan langkah selanjutnya.

Tubuh Reksa jatuh meluruh setelah mendengar penjelasan dari dokter. Ibu Yasinta berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Reksa, lalu memeluk putranya yang sedang terguncang itu.

Dokter Yus meminta para suster untuk segera menyiapkan semua peralatan medis, lalu tangan Elmira mulai dipasangi infus, kateter dan juga alat medis lainnya.

Reksa menagis pilu di depan ruang operasi dengan duduk di lantai tanpa rasa malu. Di sampingnya ada sang ibu yang mencoba menenangkannya.

Delia tak berani mendekati Reksa, karena ia merasa semua ini terjadi karenanya. Dalam hati ia terus mendoakan yang terbaik untuk Elmira dan bayinya. Namun ia juga merutuki kebodohannya hingga membuat Elmira terbaring lemah tak sadarkan diri seperti sekarang ini.

"Kita hanya bisa berdoa untuk keselamatan Elmira dan bayi yang dikandungnya," ucap Ibu Yasinta.

Bayangan pertemuannya dengan Elmira kembali memenuhi pikirannya. Semua bagai film yang diputar kembali dari awal pertemuan hingga sebelum kejadian ini terjadi. Apalagi mengingat tiga hari ini ia malah mengabaikan Elmira, padahal istrinya itu sedang tak baik-baik saja. Hal itu membuat rasa takut kehilangan istrinya semakin tambah besar. Seharusnya ia lebih bisa merawat Elmira dan menjaga perasaan Elmira sehingga istrinya itu tak harus mengalami tekanan darah tinggi. Ini pasti karena Elmira terlalu tertekan. Sudah berulang kali istrinya itu mengeluh tertekan, tapi dengan bodohnya ia tak mampu menghilangkan rasa tak nyaman yang istrinya rasakan.

***

Team dokter menyelesaikan tugasnya dengan baik. Sesorang suster keluar dengan seorang bayi dalam gendongannya.
Reksa, Yasinta, dan Delia berhambur mendekati suster.

"Selamat Tuan, istri Anda melahirkan seorang putra yang tampan." Ucap suster tersebut sambil memberikan sang bayi pada Reksa.

Yasinta dan Delia tersenyum lega sekaligus bahagia melihat bayi mungil itu.

Reksa menangis haru seraya mengambil alih putranya dari gendongan suster. "Ibu, aku memiliki seorang putra." Reksa menciumi wajah putranya.

Tak lama kemudian, Dokter Yus keluar dari ruang operasi.

"Dokter Yus!" seru Yasinta saat menyadari kehadiran Dokter Yus.

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Reksa panik karena melihat raut muka dokter tampak sayu.

"Maaf Tuan, istri Anda belum sadarkan diri," sahut Dokter Yus.

"Bagaimana bisa?" gumam Reksa.

"Apa saya bisa menemuinya?" tanya Reksa.

"Bisa, tapi tunggu dibersihkan dulu dan setelah ini istri Anda akan dipindah ke ruang perawatan. Saya permisi." Ucap Dokter Yus lalu berjalan meninggalkan keluarga pasiennya itu.

"Maaf Tuan, putra Anda tidak boleh terlalu lama berada di luar. Kami akan membawanya ke ruang bayi." Ucap seorang suster yang tadi menggendong bayi Reksa.

Reksa mengangguk lalu memberikan putranya pada sang suster. Suster itupun langsung pergi membawa bayi mungil yang baru lahir itu.

"Sekarang tinggal menunggu Elmira sadar. Kita harus banyak-banyak berdoa untuk kesembuhan Elmira." Ucap Yasinta lalu diangguki oleh Delia dan Inti.

Beberapa suster keluar dengan mendorong meja berisi satu set peralatan medis dan ranjang dengan Elmira yang tak sadarkan diri di atasnya.

"Elmira." Gumam Reksa saat melihat tubuh lemah istrinya yang terbaring di ranjang.

Reksa, Yasinta, Delia serta Inti berjalan mengikuti para suster yang membawa Elmira hingga sampai di sebuah ruangan.
Satu persatu perempuan berbaju putih itu keluar dari ruangan Elmira ketika tugas mereka sudah selesai.

Kini Reksa duduk termenung di sebelah ranjang Elmira. Ia menggenggam tangan Elmira. Sesekali tangan istrinya itu ia bawa ke permukaan bibirnya untuk ia kecup.
"Bangun Sayang, anak kita laki-laki. Apa kau tak ingin melihat dan menggendongnya. Dia tampan, persis seperti aku. Sudah kubilang jika anak kita akan setampan aku kan." Lirih Reksa menatap tubuh istrinya yang tak berdaya. Bahkan dirinya sampai tak kuasa menahan air matanya.

Delia menangis melihat Reksa yang kacau. Ia juga sedih melihat tubuh Elmira yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena ia merasa ikut andil atas apa yang menimpa Elmira sekarang ini.

Tak kuasa menahan perasaan bersalahnya, Delia keluar meninggalkan ruangan Elmira.

***

"Sudah malam, sebaiknya Ibu dan Delia pulang saja. Aku akan menjaga Elmira di sini." Ucap Reksa pada ibunya yang saat ini duduk di luar kamar bersama Delia dan Inti.

"Iya ... tapi kau tak apa di sini sendiri?" tanya Ibu Yasinta.

"Iya. Kalian kembalilah ke rumah," sahut Reksa.

Saat akan beranjak, tiba-tiba Delia membuka suaranya. "Maafkan saya." Ucap Delia membuat Reksa menyerngit.

"Beberapa waktu yang lalu saya mengatakan pada Elmira tentang hubungan kita yang sudah membaik." Ucap Delia sambil terisak.

"Apa?" gumam Reksa.

"Saya pikir tak akan bermasalah karena waktu itu Elmira tak marah pada saya. Saya lalu meminta pengertian Elmira tentang hubungan kita," sambung Delia.

Plaakk

"Astaga!" seru Yasinta.

Wajah Delia terlempar karena tamparan dari Reksa. Dirinya semakin terisak setelah tahu reaksi dari suaminya ini. Ia takut hubungannya yang sudah membaik kini malah menjadi memburuk. Ia tahu jika Reksa akan marah besar padanya.

"Lancang!" sentak Reksa membuat Delia semakin takut.

"Maafkan saya, Juragan hiks ...." Kini Delia sudah bersimpuh di kaki suaminya itu.

"Pergilah." Desis Reksa lalu meninggalkan Delia yang masih tertunduk dengan tangisan pilunya. Ia tak mau semakin kalap jika terus melihat wajah Delia di saat suasana hatinya yang sedang memburuk.

"Bangun, Delia. Sudah, berhentilah menangis. Sebaiknya kita pulang dan beristirahat. Tenangkanlah dirimu." Ibu Yasinta membantu Delia berdiri.

"Maafkan saya, Ibu ...," ucap Delia.

Yasinta mengangguk agar menantunya ini merasa lebih tenang. Dirinya dan Inti lalu menuntun Delia yang berjalan terseok keluar dari rumah sakit.

***

Kasih vote dong😞

3 September 2020

-Silvia Dhaka-

Repost 24 Juli 2021

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang