15. Persaingan

1.2K 112 0
                                    

Langkah Elmira terhenti ketika ia berpapasan dengan Andini. Elmira tersenyum menyapa Andini, "belum tidur?"

"Apa kuliahmu sampai larut malam seperti ini?" ucap Andini sinis.

Elmira menggeleng. "Tadi  Reksa mengajakku menemui para koleganya yang datang dari luar negri," sahut Elmira.

Mata Andini memicing. "Bertemu kolega?! Dan apa, kau memanggil Juragan Reksa hanya dengan sebutan nama?! Kau tak sopan sekali!"

"Iya ... Reksa sendiri yang menyuruhku seperti itu," sahut Elmira membuat Andini tersenyum sinis ke arahnya.

"Bagaimana bisa Juragan Reksa mengajakmu bertemu kolega dari luar negri. Apa kau sudah lancar berbahasa asing?!" tanya Andini sedikit meremehkan.

Elmira menggeleng, "saat ini aku belum bisa, tapi aku akan giat belajar agar cepat bisa," ucapnya optimis.

"Bahkan seharusnya kau pun tak pantas dijadikan sebagai selir. Bagaimana bisa Juragan Reksa memungutmu dari sebuah desa terpencil dan menjadikanmu seorang istri. Ini sungguh aneh." Ucap Andini penuh keangkuhan lalu pergi berjalan meninggalkan Elmira.

"Ada apa dengan dia?!" gumam Elmira.

"Sebaiknya Nyonya kembali ke kamar," saran Inti.

Elmira dan Inti akhirnya meneruskan perjalanan mereka.

"Sepertinya dia tidak suka padaku." Ucap Elmira saat sampai di kamarnya langsung mulai membersihkan dirinya.

"Mungkin Nona Andini merasa iri pada Anda, Nyonya," sahut Inti.

Elmira menyerngit, "apa yang membuat dia menjadi iri padaku?" tanya Elmira yak mengerti

"Semua yang ada pada diri Anda, Nyonya," sahut Inti.

Elmira membuang nafasnya perlahan, "Inti, apa kau bisa memijit kakiku? Kakiku begitu pegal karena seharian berjalan ke sana ke sini."

"Tentu Nyonya, berbaringlah. Saya akan memijat kaki Anda," ucap Inti.

***

Andini melihat pria yang begitu ia cintai sedang serius dengan alat tulisnya di atas meja kerjanya.
Lima tahun yang lalu ia begitu senang dan bahagia  saat pinangan datang dari keluarga Dhanuar meski akhirnya ia harus sedikit menelan kekecewaan lantaran ia hanya dijadikan istri siri atau biasa juga disebut selir. Namun ia tak patah semangat karena ia selalu berusaha dan berdoa suatu hari nanti Juragan Reksa mau menikahinya secara sah di mata negara.

"Masuklah, Andini!" seru Reksa tanpa melihat ke arah Andini.

Andini tersenyum menyapa Reksa yang tak kunjung menoleh padanya. Andini mendekat, berdiri di belakang Reksa untuk memijat kedua pundaknya.

"Apa Anda lelah, Juragan?" Ucap Andini lembut sambil memijit pundak Reksa.

Reksa begitu menikmati sentuhan demi sentuhan jari lentik Andini. Andini sedikit membungkuk agar ia bisa berbisik di telinga Reksa, "saya begitu merindukan Anda, Juragan."

Reksa menarik tangan Andini, membawanya duduk dipangkuannya. Dengan tak sabar Reksa melumat bibir Andini membuat Andini bersorak senang dalam hatinya.
Tangan Andini mulai meraba dada bidang Reksa, selesai berciuman Andini memberi kecupan dan gigitan di leher jenjang Reksa membuat Reksa semakin terangsang.

"Saya sungguh merindukan Anda, Juragan. Saya begitu mencintai Anda. Malam ini ijinkan saya melayani Anda, Juragan," bisik Andini dengan suara seraknya.

Reksa tak menyahuti bisikan dari selir cantiknya itu, namun kini Reksa sudah mulai melucuti pakaian Andini dan pakaiannya sendiri. Malam itu menjadi malam panas untuk Andini dan Reksa kembali memadu kasih setelah lebih dari satu bulan mereka tak bertemu.
Kini hanya suara decapan, erangan, dan lenguhan kepuasan yang terdengar di ruang kerja Reksa.
Menikmati tubuh Andini di ruang kerjanya,  membuat Reksa melupakan Elmira untuk sesaat.

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang