49. Perubahan

1.1K 138 56
                                    


Sudah lebih dari dua pekan insiden obat itu terjadi. Insiden yang membuat Elmira dikucilkan dan tak diperdulikan lagi oleh suaminya. Tak ada hukuman yang berat untuknya, tapi dengan dikucilkan semua anggota keluarga dan tak dianggap lagi oleh suaminya membuat ia merasa jika inilah hukuman untuknya. Bahkan sejak hari itu Reksa tak lagi tidur di kamar Elmira.

Pagi sekali Elmira sudah membersihkan tubuhnya. Ia juga sudah berdandan cantik. Kali ini ia lebih berani merias dirinya dengan make up yang lebih mencolok. Hari ini ia tampak sangat bersemangat, seolah-olah tak pernah ada masalah dalam hidupnya.

Inti memasuki kamar Elmira untuk melakukan tugasnya seperti biasa. Tapi dirinya dikagetkan dengan sosok cantik yang ada di dalam kamar.

"Ny--Nyonya ...." Gumam Inti lalu menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya.

Elmira tersenyum pada Inti yang masih syok setelah melihat wujudnya yang berubah seperti ini.

"Nyonya ...," gumam Inti. Antara terkejut dan senang begitulah yang Inti rasakan, setelah lebih dari dua pekan nyonya majikannya itu terpuruk dalam kesedihan.

"Bagaimana, apa aku terlihat aneh?" Tanya Elmira seraya meletakan satu tangannya di pinggangnya yang sudah kembali ramping.

Inti menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Anda terlihat sangattt sangattt cantik dan mempesona, Nyonya!" seru Inti terkagum-kagum.

"Hari baruku akan segera dimulai. Elmira yang dulu sudah mati dan sudah dikubur oleh rasa kecewa. Kini yang ada hanya Elmira Amaria, wanita kejam dan serakah yang tak kan tertindas oleh siapapun," ucap Elmira pada pantulan dirinya yang ada di cermin. Ia sendiri juga takjub melihat perubahan yang dilakukannya sendiri.

"Aku akan menemui mereka. Aku titip Shaka padamu," ucap Elmira.

"Baik, Nyonya," sahut Inti.

Elmira berjalan berlenggok menuju ruang makan. Ia sengaja datang terlambat agar semua anggota keluarga berkumpul terlebih dahulu. Ini kali pertamanya dirinya ikut makan bersama setelah insiden bubuk obat itu, karena selama ini ia lebih suka makan di kamar dan tak bertemu seorangpun.

"Selamat pagi semua," sapa Elmira penuh ceria.

Semua orang tertegun melihat sosok cantik Elmira yang baru. Reksa bahkan sampai menjatuhkan sendoknya sangking terkejutnya.
Tak ada yang membalas ucapan selamat paginya. Meski begitu Elmira tetap duduk di kursi biasanya ia duduk dan mulai menikmati sarapannya. Sedangkan semua orang kini melihat ke arahnya tanpa berkedip dan dengan penuh pertanyaan.

Melihat Reksa yang terus saja memperhatikan Elmira membuat Delia cemburu dan marah hingga ia berdiri hendak meninggalkan meja makan.

"Duduk kembali!" ucap Reksa tanpa melihat pada Delia.

Delia mendelik pada Reksa, ia membuka bibirnya untuk mengeluarkan protesannya. Namum Reksa mendongak menatapnya, membuat nyalinya menciut dan Delia pun kembali mendudukan dirinya di kursi.

"Lanjutkan makan kalian," ucap Reksa.

Elmira tersenyum miring dan menatap mencemooh pada Andini dan Delia. Hal itu membuat Andini naik darah hingga rasanya kepalanya  hampir pecah. Sedangkan Delia hanya diam tak mau ambil pusing dengan senyuman mencemooh yang ditujukan untuknya.

Setelah  makan selesai, Elmira langsung kembali melangkah melenggak-lenggok menuju kamarnya. Ia tak mau lagi mengantar kepergian Reksa sampai di depan pintu. Hal itu membuat anggota keluarga yang lain menjadi heran.

"Apa maksudnya?! Dia bahkan tak ikut mengantar Juragan sampai di depan pintu," gumam Andini namun masih bisa di dengar oleh Delia dan Reksa.

Reksa sendiri juga heran dengan sikap Elmira, tapi ia lebih memilih diam. Ia lalu bergegas masuk ke mobil. Lebih baik ia segera berangkat ke kantor.

***

Hari ini Elmira merasa bahagia sekali. Ia bahkan merasa seperti dilahirkan kembali. Ia bagaikan narapidana yang baru bisa menghirup udara bebas.
Mulai saat ini, ia tak kan memperdulikan perasaan orang lain. Yang ia harus perdulikan ialah dirinya sendiri dan putranya.

Elmira menghampiri putranya di ranjang mungil milik putranya. Ternyata putranya itu sudah terbangun dari tidurnya.

"Sayang, anak Ibu ... Shaka." Sapa Elmira seraya mengelus pipi gembul sang putra.

Elmira tersenyum ketika sapaannya di balas dengan senyuman oleh Shaka.
Bayi berumur satu bulan itu tiba-tiba merengek dan menggerakan tangan dan kakinya tak beraturan.

"Sssttt ... anak Ibu ingin digendong ya. Tahu jika Ibumu ini sedang bahagia, Shaka pasti ikut bahagia yah, iyah ...." Elmira bermonolog sendiri seraya membawa Shaka ke dalam gendongannya.

Elmira membawa Shaka duduk di balkon kamar. Inti mengikutinya.

"Udaranya sejuk ya, Sayang ...," Elmira mengajak bicara Shaka. Ia lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya perlahan. Senyum tak pudar dari bibirnya.

"Lebih sejuk lagi udara di desa tempat kelahiran Ibu," sambung  Elmira.

"Akan lebih bahagia jika kita tinggal bersama kakek dan nenek di desa. Heemm ... kau setuju kan, Sayang. Kita bisa memulai kehidupan baru di sana," gumam Elmira.

Inti mendelik menatap Elmira, "Nyonya akan pergi dari rumah ini?" tanya Inti.

"Iyaa, jika situasinya mendukung. Sepertinya suamiku sudah tak menginginkanku ada di sini. Aku hanya menunggu waktu didepak dari tempat ini. Tempat yang menjunjungku menjadi seorang nyonya dan menjadi seorang wanita yang paling di cintai. Dan tempat ini pula yang membuatku merasa terbuang dan terhina hingga merasa tak dicintai," ucap Elmira memandang lurus pada langit cerah.

"Nyonya ...," gumam Inti.

Elmira menoleh ke arah Inti. Ia tersenyum pada pelayan yang sudah setia pada dirinya. Inti jugalah satu-satunya orang yang percaya pada dirinya.

"Apa Anda tak kan mempertahankan posisi Anda, Nyonya?" tanya Inti.

Elmira menggeleng, "aku sudah tak menginginkannya lagi. Sikap Reksa membuat aku tersadar, jika dia tak seutuhnya mencintaiku. Lalu untuk apa aku tetap mempertahankan posisiku di sini, toh di hatinya aku pun sudah tak ada," sahut Elmira.

Inti menggeleng, "jika Anda keluar dari tempat ini, saya pun juga akan mengikuti Anda," ucap Inti.

Elmira tersenyum pada Inti, "kau tak bisa mengikutiku seperti itu. Kehidupanmu akan jauh lebih baik di sini dari pada mengikutiku tinggal di desa. Lagipula aku tak sanggup membayarmu sebesar gaji yang kau dapat di sini," ucap Elmira.

Inti menggeleng, "saya tak memerlukan gaji besar. Saya tak bisa membayangkan bagaimana selanjutnya saat Anda benar pergi dari rumah ini, Nyonya," ucap Inti.

"Apa maksudmu?"

"Jika Anda pergi dari rumah ini, maka Nona Andini akan berlagak menguasai rumah ini. Entah bagaimana jadinya, tapi pasti dia akan semena-mena dengan rakyat kecil seperti kami, para pelayan," sambung Inti yang sudah menerawang jauh.

"Kau berpikir terlalu jauh, Inti." Elmira  terkekeh mendengar ucapan Inti.

***

Hai para penggemar Reksa dan Delia👋👋

Hai para penggemar Reksa dan Andini👋👋

Siap aja yang pengen Elmira jadi jendes?? Jaahhaaatttttt😩

Ohh iya, aku juga mau ngumpulin orang-orang yang pada mau pasang CCTV di rumah juragan Reksa. Mana hayo orangnya😆😆

Salam cinta untuk kalian semua😘

26 September 2020

-Silvia Dhaka-

Repost 7 Agustus 2021

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang