59. Dua Kabar Baik (Buruk)

1.4K 158 92
                                    


Berita kehamilan Delia langsung cepat menyebar. Kini Yasinta datang ke kamar Reksa untuk melihat keadaan Delia. Ia terpaksa tak mengungkit perihal kabar yang tak Delia sampaikan pada Reksa mengenai keadaan Shaka. Ia mencoba melupakan masalah tadi karena ia tak tega merusak kebahagiaan anak dan menantunya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Yasinta.

"Baik, Ibu." Sahut Delia sembari tersenyum.

"Selamat atas kehamilanmu," ucap Yasinta.

"Terima kasih, Ibu. Saya sangat bersyukur, akhirnya penantian saya tak sia-sia." Ucap Delia dengan linangan air mata di pipinya.

Yasinta menganguk, ia lalu memeluk Delia. Tanggannya mengelus punggung menantunya itu.

Dari ambang pintu, Andini menatap penuh rasa iri dan benci pada Delia. Disaat ia menderita, Delia malah mendapat kabar bahagia. Sepertinya Sang Kuasa sedang tak adil padanya. Ia pun kembali ke kamar dengan berlinang air mata.

***

Kabar kehamilan Delia tentu membuat hati Elmira terluka. Inti terus saja mendampingi Elmira untuk menghibur nyonya majikannya itu. Ia merasa bingung dan sedih karena sang majikan terlihat biasa, tak menangis atau menampilkan muka sedih. Padahal ia tahu di balik ketenangan nyonya-nya ini tersimpan setumpuk rasa sedih dan kecewa.

"Nyonya, Anda tidak apa-apa?" Inti mendekati Elmira.

"Tentu aku baik-baik saja. Memangnya ada apa?" tanya Elmira.

Inti tersenyum pada Elmira, "semoga Anda tetap kuat menghadapi segala cobaan di hidup Anda, Nyonya," ucap Inti.

Elmira tersenyum pada Inti. Pelayan ini begitu setia padanya.

***

Andini mengamuk setelah sampai di kamarnya. Ia melempar barang-barang yang bisa ia jangkau. Ia menangis dan berteriak seperti orang kesetanan. Bahkan make up dan tatanan rambutnya sudah tak beraturan lagi.

"Mengapa nasib baik selalu tak mau berpihak kepadaku. Salah apa aku sehingga hidupku semenderita ini ...." Teriak Andini sembari menangis terisak.

"Aku istri pertama, tapi aku selalu tak dianggap. Mereka selalu menyepelekanku. Aarrgghh!!" Andini sudah tak bisa mengendalikan dirinya.

Tindakan Andini membuat Margi kalang kabut mendekat ke arah Andini. "Nona ... Nona, sadar Nona. Anda sudah merusak barang-barang di sini." Ucap Margi mengikuti langkah Andini.

"Mereka menjahatiku, Margi ...." Andini mengadu pada Margi. Bak anak kecil yang mengadu pada ibunya. Ia menangis lalu mendudukan dirinya di lantai.

Margi ikut merasa sedih melihat nona majikannya yang hacur seperti ini. Ia duduk mensejajarkan tubuhnya di sebelah Andini. Dengan inisiatifnya sendiri ia memeluk Andini yang terus menangis dengan niat agar majikannya ini merasa lebih tenang.

"Sabar, Nona .... Tenanglah ...." Ucap Margi mengusap-usap punggung Andini setelah ia membawa tubuh nona majikannya ini ke dalam dekapannga.

Setelah merasa lebih tenang, Margi membawa Andini berdiri lalu berjalan menuju ranjang.
"Anda tunggulah di sini. Saya akan membuatkan teh hangat untuk Anda." Ucap Margi yang di balas anggukan oleh Andini.

Andini duduk bersender di kepala ranjang, pandangannya kosong menatap lurus ke depan.

"Nona ... minumlah teh ini." Margi datang menyodorkan secangkir teh pada Andini. Andini menerima lalu menengguk tehya perlahan.

"Terima kasih, Margi," ucap Andini.
Margi meletakan cangkir di atas nakas.

'Huk ... hueekk ....'

Andini langsung berlari menuju kamar mandi. Ia menumpahkan semua isi dalam perutnya.

'Huueekk ... huueekk ....'

"Nona ... Anda kenapa?" Margi menyusul Andini ke kamar mandi. Ia begitu cemas melihat Andini yang muntah-muntah.

Andini menyender pada dinding di kamar mandi. Tubuhnya menjadi lemah. Ia berjalan tertatih sambil dipapah oleh Margi menuju ranjang.

"Saya balurkan minyak angin, Nona. Anda pasti masuk angin." Ucap Margi mengoleskan minyak angin di perut Andini.

Andini teringat sesuatu. Ia mencekal tangan Margi yang berada di atas perut ratanya.
"Margi ...." Andini mendelik pada Margi.

"Iya, Nona ...," sahut Margi.

"Mungkinkah aku hamil?" Tanya Andini bimbang, lalu sedetik kemudian ia tersenyum.

"Iya, aku yakin. Aku pasti hamil, aku muntah-muntah, kepalaku juga pusing. Iya, benar," ucap Andini antusias. Ia mendadak melupakan rasa lemas di tubuhnya.

"Margi, cepat kau panggilkan dokter untukku. Aku harus segera memastikannya," sambung Andini.

"Iya, Nona." Sahut Margi lalu bergegas menghubungi dokter.

Andini meremas tangannya sendiri. Rasa gugup menderanya. Ia tak sabar menunggu kedatangan dokter.

"Nona, dokternya sudah datang." Ucap Margi saat memasuki kamar Andini.

Andini langsung menegakan tubuhnya, "Dokter ... cepat periksa saya. Saya sudah terlambat datang bulan. Saya mengalami semua gelaja awal kehamilan. Saya yakin jika saya sedang hamil," Andini menyambut dokter dengan rancauannya.

"Baik, Nona. Saya akan periksa Anda terlebih dahulu," ucap Dokter.

"Bagaimana, Dokter?!" tanya Andini antusias.

"Iya. Selamat Nona, Anda positif hamil," ucap Dokter setelah memeriksa Andini.

Andini tersenyum senang, ia lega.
Satu kalimat yang akan menjadi jimat untuk memperbaiki hubungannya dengan pria yang di cintainya.

"Margi, cepat panggilkan Juragan untuk ke mari. Biar Juragan mendengar dari mulut Dokter sendiri kabar bahagia ini," ucap Andini pada Margi.

"Iya, Nona." Sahut Margi tersenyum lalu bergegas menemui Reksa.

"Tolong tunggu di sini sebentar, Dokter," ucap Andini.

"Baik, Nona. Tidak masalah, saya senang bisa memberi tahu kabar bahagia pada banyak orang," sahut Dokter.

Sesaat kemudian Reksa datang dan diikuti Margi di belakangnga.
"Dokter, ada apa ini?" tanya Reksa.

"Selamat, Juragan. Istri Anda positif hamil," ucap Dokter.

"Apa?!" seru Reksa tak percaya.

"Iya Juragan, saya hamil. Saya mengandung anak kedua kita." Sambung Andini dengan senyum menghiasi bibirnya.

"Hahaa ... saya sangat merasa tersanjung karena dua kali dalam sehari saya memberi kabar bahagia untuk keluarga Dhanuar. Saya merasa tersanjung," ucap sang dokter.

"Saya permisi pulang, Juragan," pamit dokter. Dokter keluar dengan diantar oleh Margi.

"Juragan ... saya hamil," ucap Andini.

"Iya ... kau harus jaga kesehatan. Jangan bersikap sembrono yang akan membahayakan dirimu dan anak kita." Sahut Reksa mendekat ke arah Andini.

Andini langsung meneluk tubuh Reksa untuk menumpahkan rasa bahagia sekaligus rasa rindunya pada prianya ini.

Reksa mendekap Andini dalam diam. Ia masih syok dengan kabar bahagia yang ia terima hari ini. Kedua istri sirihnya mengandung di saat yang bersamaan. Ia tak tahu apa yang kini ia rasakan. Ia merasa bingung dengan situasi ini.

***

Wkkwwkk tambah seneng ya kalian😆😆
Bentar lagi dapet ponakan juga dari Andini.

Btw, aku beneran mau tanya.
Kalian pada suka Elmira dapat suami baru apa tetep sama Reksa aja?? Beneran aku bingung mau nulis kisahnya Elmira.

Yang pengen Elmira tetep sama Reksa, yuk ☝

Yang pengen Elmira punya suami baru, yuk ☝

Yuk, ikuti juga jejak Elmira yang minggat ke KBM biar dapat juragan kaya.
Kasih bintang, review dan suscribe kamu ya.


-Silvia Dhaka-

Repost 16 Agustus 2021

Sang RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang