Udah aku up yah. Duh aku sibuk banget, banyak tugas yang menumpuk. Jangan lupa vote dan commentnya. Biar aku semangat nulisnya. Banyak typo bertebaran.😁Setelah kejadian puterinya memukul teman sebayanya. Di sini Rani berada. Ia tersenyum lebar ketika puteri kecilnya melambaikan tangan, menandakan perpisahan. Rani masih menatap punggung Kanza yang perlahan menjauh. Ia harap kedepannya Kanza bisa mengikuti pelajaran dan bermain dengan teman-temannya, tanpa memperlihatkan status sosial mereka. Semoga puterinya tidak dibully karena tidak punya papa. Ia takut mental puterinya terganggu.
Rani melangkah pergi. Mungkin ia terlihat tegar, tapi nyatanya ia begitu rapuh. Ia pernah berfikir untuk mengakhiri hidupnya, lalu ia ingat puterinya sendirian. Demi Kanza ia harus kuat. Jika ia mati, bagaimana hidup puterinya? Siapa yang akan melihat tumbuh kembangnya? Ia akan menjadi wanita paling jahat, ibu paling jahat di dunia ini karena rela menelantarkan darah dagingnya sendiri.
Ia sempat berfikir bukankah ia harus membenci Kanza, karena menghancurkan masa depannya yang masih panjang. Bukankah ia harus melampiaskan segala emosinya dengan memukul Kanza? Membalas semua kekesalannya pada pria itu. Tapi dirinya tidak sekejam itu. Walau Kanza terlahir karena ia diperkosa, gadis malang itu tetap puterinya. Darah dagingnya sendiri. Walau awal-awal berat ia terima, pada akhirnya ia menerima dengan ikhlas. Lihatlah sekarang puterinya yang sangat cantik. Bagaimana bisa ia membenci gadis mungil yang menjadi penghibur dikalah semua orang meninggalkannya. Kanza adalah pelita hidupnya.
Rani menghembuskan nafasnya pelan. Tetap senyum apapun yang terjadi. Tetap harus bahagia. Tetap harus bersyukur.
Rani menyapa dan memberi senyum pada teman-teman kerjanya. Ia hanya seoarang pelayan kafe. Ia hanya tamatan SMA bisa kerja apa lagi. Kerja seperti ini saja ia sudah bersyukur. Walau mama dan papanya meninggalkan uang secukupnya, tapi semua itu untuk Kanza. Puterinya harus sukses dikemudian hari. Sukses dan membungkam mulut-mulut semua orang yang menyinyir puterinya. Itu janjinya pada Tuhan untuk puterinya.
*
"Ayo Kanza perkenalkan nama kamu."
Kanza hanya diam menatap sekeliling. Mengamati satu persatu teman-temannya."Siapa namanya sayang?" Tanya ibu guru baru Kanza dengan sabar, senyumnya begitu lebar. Ia tahu, Kanza adalah anak berkebutuhan khusus, khususnya untuk mental. Rani telah menceritakan masalah mental puterinya.
"Kanza Anindiya." Kanza menatap sekeliling dengan wajah datarnya.
"Dipanggil Kanza." Setelah itu Kanza kembali diam.
"Ayo tepuk tangan untuk Kanza. Wah pintar ya Kanza bisa hafal nama lengkapnya tanpa salah, atau lupa."
Kanza bersyukur teman-teman barunya menanggapi perkenalanya dengan tepuk tangan meriah. Mengingat dulu ia jadi murung, teman-temannya selalu mengejeknya.
Kanza memilih duduk di belakang, menatap anak perempuan cantik seperti berbie di sampingnya Yang terus memanggil namanya."Hay Kanza. Aku Melodi."
Kanza mengangguk pelan. Memilih acuh dengan sekeliling. Ia tak ingin berharap punya teman lagi. Dulu ia mencoba berteman, tapi setelah tahu ia tidak punya papa, mereka mengejek dan membulinya.
**
"Kerja yang becus dong."
Rani beberapa kali menunduk meminta maaf. Ini memang keteledorannya, tidak hati-hati.Gelas berisi jus yang ia bawakan tumpah di baju salah satu pelanggan.
"Bisa kerja gak sih kamu." Rani menunduk dalam. Jika ia melawan maka nasibnya dan puterinya akan berakhir kelaparan, walau saat meninggal orangtuanya sempat meninggalkan uang yang lumayan banyak. Tapi ia tidak boleh boros. Puterinya harus sukses, tidak boleh sepertinya. Biaya sekolah puterinya lebih penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate And Love(END)
RomanceAku dan segala kenangan di kota metropolitan. Segala pergaulan anak muda. Membawaku pada rumah kecil di kota ini. Dengan pelitaku yang cantik. Buah hatiku yang hadir tanpa sosok ayah. Tentu saja sampai detik ini aku sendiri tidak tahu siapa ayah bay...