31

7.5K 482 26
                                    

Jadi Eneng itu Kanza yah, jadi jangan bingung.

Eneng baru saja menginjaki halaman rumahNya. MataNya yang jeli karena selalu maling, segera membawa tubuhNya bersembunyi.

"Cari bocah itu, dan dapatkan kembali emas yang dia curi."

Syukur untung keadaan sekitar gelap kayak hidupNya yang gelap. Minggu lalu ia menipu kepala preman kompleks seberang. Mana emasNya sudah ia jual. Siapa suruh tuh preman bego, mana mau aja ia tipu. Eneng mengendap-endap perlahan, ia harus kabur. Biar saja rumahnya kosong malam ini. Toh sudah biasa, ia bisa tidur di jalanan. 

Ini bukan apa-apa baginya. Kehidupannya begitu sulit.

"Itu dia bos."

Eneng berhenti seketika, sedikit berbalik. Dan betul saja ia langsung gas kabur. Gak siang gak malam ia dikejar. Hidupnya seberat dosa tetangga. Eneng berlarian melewati gang. Sekumpulan para pria dengan tato di tubuh itu mengejar Eneng dari belakang sana.

Eneng menjatuhkan apa yang ada di hadapanya, menghalang para preman itu. Jika sampai ketangkap berakhir sudah hidupnya. Bisa diperkosa dan dijual ke tempat pelacuran.

Bruuuaaak.

Rem mendadak dari mobil ferari hitam di hadapannya membuat tubuhnya sedikit terpental. Baru saja pemilik mobil keluar, melihat para preman dari kejauhan ia langsung masuk ke mobil tanpa melirik pemiliknya yang terus memperhatikannya dan ikut masuk.

Eneng masih memperhatikan sekelompok preman yang celinguk sana-sini mencarinya. Walau siku dan lututnya tergores aspal, ia harus selamat dulu.

Setelah para preman itu pergi ia bisa bernafas legah. Ia membalikkan kepalanya. Jantungnya seperti lari maraton.

"Om detektif."

Pria di sampingnya terus menatapnya dengan tatapan aneh.

"Jelaskan pada saya!"

Eneng menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bagaimana caranya bercerita? Mulai dari ia yang menipu dan mencuri emas kepala preman gang sebelah. Man mungkin.

"Dimana rumah kamu?"

"Saya gak punya rumah om."

Rega sontak langsung berbalik menatap Eneng. Menatap mata itu mengingatkannya pada Kanza. Sempat ia berpikir bahwa Eneng adalah Kanza. Tapi Kanza sosok yang tidak banyak bicara. Tapi siapa yang tahu sekarang? Kanza hilang bagai ditelan bumi. Alasan kenapa ia memilih menjadi detektif dari pada melanjutkan perusahaan sang papa adalah karena Kanza. Cinta pertamanya.  Rega melajukan mobilnya pergi.

**
Rega masih menatap Eneng yang begitu lahapnya makan. Perempuan ini tidak jaim.

"Saya punya tawaran untuk kamu."

Eneng menelan makannya lalu meminum air.

"Jadilah kekasih saya."

Byuuuur

Nah mencratkan. Eneng menatap detektif di hadapannya ini dengan sangat amat terkejut. Seganteng ini? Memintanya untuk menjadi kekasihnya?

Eneng masih terbengong-bengong.

"Maksudnya menjadi pacar pura-pura saya. Saya tidak ingin menikah."
Rega melanjutkan kalimatnya agar gadis kecil di depannya paham.

"Gak salah nih om? Umur saya dengan Om jauh banget."

Eneng masih tak habis pikir dengan pria satu ini. Bukankah orang tampan punya pacar banyak, setitdaknya kenalan cewe cantik banyak. Masa mendadak menjadikan dirinya pacar pura-pura. 

"Kamu boleh tinggal dengan saya. Saya lihat kamu dikejar oleh para preman, kamu pasti bikin ulah."

Eneng memanyunkan bibirnya tak suka dengan kalimat detetktif muda satu ini. Tapi setelah dipikir-pikir terima tawaran ini lebih baik. Bukankah tawaran yang menggiurkan, biar bisa hidup hedon.

"Diberi makan enak om?"

Rega hanya mengangguk membenarkan.

"Makanan apa aja? Yang mahal-mahal?" Rega mengangguk lagi.

"Okey fiks. Deal om."

Eneng menjabat tangan Rega, ia tersenyum lebar. Yang penting makan enak. Gak perlu maling lagikan. Duh, gimana mau nolak, udah jadi pacar pura-pura, bakal terbebas dari kemiskinan. Ia yakin detektif ini akan menepati janjinya. 

Sedangkan Rega, hanya terkekeh pelan, masih terlalu polos. Ia pikir perempuan ini akan bilang, Boleh belanja sepuasnya? Biasanyakan perempuan gitu, shopping sesuka mereka. 

Lucu rasanya. Semua karena makan. Ia menatap lamat wajah Eneng. Jika diamati mirip, atau hanya perasaannya. Mungkin ia rindu Kanza.

Sepertinya ia tidak perlu memikirkan perjodohan lagi. Mama dan papanya pikir ini Zaman sity Nurbaya apa main jodoh-jodohan. Masa itu udah lewat. Sekarang cari calon sendiri. Belum tahu aja banyak yang gagal dalam pernikahan karena tidak ada cinta dan mental yang terbentuk. Untung tadi ia menabrak Eneng. Rega tersadar dari pemikirannya. Mata tajamnya menatap pada siku dan kaki Eneng. Perempuan ini memakai baju yang sama seperti di rumah sakit. Pakai celana selutut dan kaus hitam lengan pendek. 

"Kita pulang dan obatin luka kamu."

Kalimat kita pulang entah kenapa membuat eneng tersenyum lebar, ia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Seperti bocah kecil yang dijemput papanya pulang sekolah, Eneng mengulurkan tangannya ke arah Rega dengan girangnya. Hal yang tak pernah ia dapatkan selama ini.

"Cih, dasar bocah."

Rega hanya menggeleng pelan dengan tingkah Eneng, tapi tetap menerima uluran tangannya. 

"Makasih om dedektif."

**

Eneng pikir rumah Rega hanya kecil, bisa-bisanya seorang detektif punya rumah sebesar ini. 

"Om tinggal sendiri?"

Eneng menatap rumah besar ini dengan takjub. Inimah namanya rumah mewah orang kaya.

"Gak, sama mama dan papa. Tapi mereka sekarang tinggal di kota lain."

Eneng mengangguk paham.
Sekilas menatap rumah mewah di sebelahnya. Ini mah kompleks orang berduit.

*

Pagi itu Eneng menyiram tanaman. Rega telah pergi bekerja. Sambil bernyanyi kecil ia menyiram dengan semangat.

Mata indahnya melirik sekilas dengan  buah mangga di sampingnya. Eneng menatap tergiur.

Dengan pasti ia melangkah menuju pohon mangga tetangga sebelah, rumah ini di batasi tembok pagar, yang lumayan tinggi.

Eneng terkekeh senang mangga tetangga lebih nikmat di mata. Dengan cekatan ia memanjat pagar langsung naik ke pohon. Ia yakin Rega pasti pernah mencuri mangga ini.

Eneng membelakkan matanya saat seekor anjing besar tertidur di bawah pohon mangga ini. Gila nih tetangga. Pintar banget buat jagain pohon mangganya. Matanya melihat sebentar ke arah taman yang tidak jauh darinya. Seorang wanita berambut sebahu sedang memeluk boneka. Eneng pikir wanita itu bukan anak kecil. Sepertinya orang dewasa, tapi kenapa bermain boneka. Di sebelahnya seorang perempuan paru baya setia membujuknya makan.

Sekilas mata mereka bertemu. Ia tercekat saat mata mereka bertemu. Kenapa hatinya jadi sakit?

......Bersambung...







Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang