"Seandainya saja Melodi seperti Kanza." Lanjut mama Hiro tersenyum menatap Rani.
Rani yang mulanya kikuk ikut tersenyum canggung."Mau minum apa bu?"
Rani tersenyum sopan menawarkan minum pada mama Hiro.
"Saya hanya ingin bertemu Kanza. Hanya itu, silakan melanjutkan kegiatan kamu."
Rani mengerutkan keningnya bingung. Kenapa harus bertemu puterinya. Tapi semuanya hanya sekedar pertanyaan dalam hati. Rani menatap kepergian mama Hiro. Bahkan ia tidak kenal nama wanita itu.
*
Kanza menatap sekeliling, matanya menatap tergiur buah jambu air yang berlimpah di depan rumah Rega.
Rega yang sedang asyik bermain gitar di depan rumahnya dikagetkan dengan pohon jambu yang bergoyang-goyang.
Rega kaget dan berdiri, matanya melotot saat sosok nakal yang sangat ia kenali sedang berusaha menggapai buah jambu air milik mereka.
"Apa kau senang menjadi maling?"
Rega menatap dingin Kanza yang yang menatap dirinya dari atas pohon jambu air. Bagaimana gadis itu bisa berbuat seenaknya. Jika dia jatuh bagaimana? Untung pohon jambu air di depan rumahnya pendek. Kalau tinggi apa gadis nakal ini mau mati?
"Jangan melihatku. Aku tidak akan kasihan. Dasar bocah nakal. Kalau kamu jatuh gimana? Cepat turun."
Kanza menatap Rega lalu buah jambu air bergantian.
"Tidak mau. Wleee."
Rega tertawa kesal. Kenapa bocah ini selalu mengabaikan perintahnya.
"Turun Kanza. Nanti jatuh."
Rega menahan kekesalannya meminta dengan lembut agar Kanza mau turun. Bisa berabe mama Kanza tahu.
"Rega, anak siapa yang di atas pohon?"
Rega berbalik menatap mamanya yang panik menatap bocah kecil di atas pohon."Loh, Kanza kenapa di atas situ? Nanti jatuh. Ayok turun."
"Tante, om Rega nyuruh aku manjat pohon katanya dikasih seratus ribu."
Rega melotot dan memaki Kanza tanpa suara. Sedangkan Kanza meleletkan lidahnya.
"Rega, kamu bandel banget. Cepat turunin Kanza."
"Aaa,Aww. Mami sakit. Bukan aku, noh dia manjat sendiri."
Rega memegang telinganya yang baru saja dijewer sang mami."Dasar iblis kecil. Turun gak kamu."
Kanza hanya menatap polos Rega yang menatapnya membunuh.
"Makasih om."
Rega ingin mencekik anak ini segera mungkin. Bisa-bisanya ia menatapnya polos tampa kesalahan, lalu mengucapkan kata terimakasih.
"Duh, cantik. Jangan panggil Rega om dong. Panggil mas Rega aja lebih cocok."
Kanza menatap polos Rega yang masih menatapnya kesal. Lalu berbalik menatap mama Rega.
"Gak ah tante. Om aja, soalnya om Rega kalau marah kayak om-om preman."
Kanza tersenyum polos menatap mama Rega yang tertawa dengan kalimatnya.
"Duh, cocok jadi mantu mama."
Kanza yang tidak mengerti hanya mengangguk pikirnya mama Rega mengatakan sesuatu yang baik tentangnya.
"Om Rega, Kanza mau tagih ice cream."
"Boleh, kalau kamu bisa berenang di empang."
"Dasar bandel." Rega ingin protes dengan maminya yang memukul bahunya. Tapi urung dan menarik Kanza pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate And Love(END)
RomanceAku dan segala kenangan di kota metropolitan. Segala pergaulan anak muda. Membawaku pada rumah kecil di kota ini. Dengan pelitaku yang cantik. Buah hatiku yang hadir tanpa sosok ayah. Tentu saja sampai detik ini aku sendiri tidak tahu siapa ayah bay...