12

7.2K 549 28
                                    

Hallo, udah Up yah. Jangan lupa vote and commennya.

Rani menatap puterinya yang hanya diam.
Bikin ulah lagi, kali ini bertengkar dengan anak perempuan.

"Kamu itu sebagai ibu bagaimana sih, nggak bisa ajarin anaknya?"
Rani membungkuk dan meminta maaf lagi. Ia mengakui tingkah puterinya yang kelewatan batas.

"Maafkan puteri saya."

Wanita berkepala tiga itu membuang nafas kasar.

"Sebaiknya anda sebagai mamanya memperbaiiki akhlak puteri anda. Untung papanya nggak mau perpanjang masalah ini."

Rani hanya meminta maaaf. Ia sadar kekuasaan bisa mengatasi segalanya. Ia yang orang kecil hanya bisa pasrah. Puterinya sudah banyak dikeluarkan. Jika keluar lagi, mau kemana lagi mereka pergi.
Ia cukup sadar diri, kelakuan puterinya memang tidak bisa dianggap benar.


Rani dan Kanza berjalan keluar dari sekolah Kanza.

Rani menghentikan langkahnya, begitu juga Kanza yang sedari tadi mengikuti mamanya dari belakang ikut berhenti. Rani menatap puterinya yang juga menatapnya polos. Bagaimana bisa puterinya bersikap polos saat ia telah melakukan tindakan kriminal. Benar kata mama Emily, puterinya harus diajari etika dengan benar.

"Mama kecewa, Aza nggak bisa nakal sehari aja? Aza nggak sayang mama?"

Rani menatap puterinya yang juga menatap dirinya.

"Aza sayang sama mama."

"Terus kenapa Aza, mukul anak orang? Kalau Aza dikeluarin mau, hah?"

"Mama terlalu memanjakan Aza."

"Mana tangannya."

Kanza menyerahkan dua tangannya. Membiarkan mamanya memukul dua tangannya.

Rani memukul kuat dua tangan puterinya, lalu air matanya tumpah. Ia terus memukul dua tangan Kanza dengan kuat, tidak peduli sekarang jadi pusat perhatian para guru TK di sekolah elit ini.

"Maafin Kanza ma. Kanza sayang mama, Kanza nggak mau mereka bilang mama rebutin papa Melodi, Kanza."

Rani menghentikan tangannya di udara. Matanya yang penuh air mata menatap puterinya yang menahan air matanya. Mata  Kanza memerah.
Rani menggigit bibirnya. Berita itu terdengar sampai ke telinga puterinya.

"Kanza nggak suka mereka jelekin mama. Hiks. Maaf."

Rani memeluk Kanza dengan rasa penyesalan. Air matanya jatuh lagi.

"Maaf, maafin mama."

Seharusnya ia tidak memukul puterinya. Seorang ibu tidak akan tega memukul puterinya sendiri. Rani  merasa begitu terpukul setelah memukul puterinya. Hatinya juga sakit.

*
Briona menatap ibu dan anak yang terlihat murung. Brioana tidak habis pikir dengan kehidupan Kanza dan ibunya. Dihamili tampa tahu siapa pria itu. Tapi walau begitu, ia salut dengan kedewasaan mbak Rani. Ia selalu memberi wejengan seperti kakaknya.

"Bri, gimana toko kue hari ini?"

Rani duduk menelungkupkan wajahnya di meja.
Kanza telah kembali ke kamarnya. Puterinya sudah baik-baik saja. Hanya  dirinya yang tidak baik-baik saja.

Rasa bersalah begitu besar telah memukul puterinya. Puterinya tidak punya teman sama sekali. Kenapa para orangtua harus bercerita kejelekan orang lain di depan anak-anaknya. Apa mereka tidak sadar jika diumur seperti Kanza mereka meniru tindakan orangtuanya. Rani sadar tindakan Kanza begitu kasar. Tapi mereka tidak boleh hanya menyalakan puterinya.

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang