15

7.5K 569 43
                                    

Jangan lupa follow IG aku ya.
@dewhylhoe

Rani mengerutkan dahinya saat membaca pesan dari nomor asing.

+62xxxxxx

Maaf tidak memberitahumu, Kanza dirumuahku.

Hiro

"Hallo." Terdengar jawaban di seberang sana.

"Maaf, kenapa kau membawa Kanza tampa memberitahuku?" Rani tidak ingin berbasa-basi dengan Hiro. Kenpa Hiro selalu mengganggu dirinya. Kenapa Hiro terlihat ingin dekat dengan Kanza. Selama ini ia diam, tapi jika seperti ini terus Dian akan terus menyudutkannya sebagai wanita penggoda. Wanita mana yang ingin dicap seperti itu.

"Maaf, sebelumnya. Tapi bisahkah-"

"Aku akan menjemputnya sekarang. Tolong kirim alamat rumahmu." Potong Rani cepat sebelum Hiro menyelesaikan pembicaraannya.

Rani mematikan telpon begitu saja. Segera ia menahan taxi dan pergi ke alamat yang diberi Hiro lewat pesan.

Ia baru saja dikejutkan dengan pernyataan aneh dari Hans yang ingin mengenal Kanza lebih jauh. Lebih tepatnya Hans baru saja menyatakan perasaanya. Ini memusingkan pikirannya, Hans mereka baru bertemu kembali. Hatinya belum bisa menerima segala yang terjadi hari ini.

Dua pria ini sangat memusinhgkannya. Hiro, pria itu ingin apa sebenarnya. Tidak puaskah ia sudah memiliki istri yang cantik? Dasar pria tidak tahu bersyukur. Awalnya ia ingin menjemput Kanza, tapi ia harus sedikit terlambat karena berbicara dengan Hans. Hans pria yang baik, ia tidak ingin masuk dihidup pria itu. Sedangkan Hiro, pria itu pernah dan sangat ia cinta. Tapin ia harus menguburkan segalanya karena kehadiran Kanza, dan Hiro sudah punya istri.

*

Di rumah besar bercat kuning gading ini Kanza menatap sekekiling takjub. Rumah ini begitu mewah. Bukan mewah, tapi sangat mewah. Bahkan rumah mewah om Rega kalah dengan rumah Melodi. Pantas saja Melodi selalu memamerkan boneka-boneka mahalnya. Papanya sekaya ini.

"Kanza, ayo kita main boneka."

Kanza menatap Melodi yang tersenyum senang sambil membawa kotak berisi boneka, di belakangnya ada dua pembantu yang membawakan mainan Melodi ke ruang tamu.

Kanza bangkit dari duduknya, ia ingin segera pulang. Lebih baik ia mengajak tente Briona main game dari pada main boneka. 

Ia benci Melodi karena cengeng dan manja. Kalau bukan karena oma Kanza yang memaksanya untuk datang ke rumah ini, ia pasti tidak akan datang. Kata mamanya jangan bersikap tidak sopan dengan orang yang lebih tua, apa lagi seperti omanya Melodi yang sudah keriputan.

"Odi, ajak Kanza makan dulu."

Wanita tua yang dipanggil oma oleh Melodi tersenyum lebar menatap Kanza. Kanza masih setia dengan wajah datarnya.

"Papa."

Melodi berlarian menju papanya yang baru tiba. Tubuh lemahnya berlarian merentangkan tangannya lebar meminta sang papa untuk memeluknya.

Sontak Hiro langsung mengangkat Melodi.

"Papa pulang sedu hari ini. Biasanya papa pulang larut."

Hiro tertegun, benar dirinya selalu pulang larut saat puterinya tidur. Bukan tampa alas an dirinya memang selalu seperti ini, bukan karena pekerjaan, tapi menghindari Dian. Mungkin mereka diluar sana pikir mereka baik-baik saja. Tidak hubungannya Dian jauh dari kata baik. Perjodohan yang dilakukan mamanya membuat ia muak dengan hubungan ini. Jika bukan kerena kehadiran Melodi, ia pasti sudah menceraikan Dian sejak dulu. Hubungan mereka bertahan karena Melodi.

"Papa hanya sebentar."

"Kamu benar-benar pulang, hanya kerena kehadirannya." Mama Hiro tersenyum menyindir Hiro.

Hiro menurunkan Melodi, lalu berjalan menuju Kanza yang masih setia berdiri di ruang tamu.

"Kanza sudah makan?"

Kanza menggeleng. Lalu menata polo oma Melodi.

"Oma, apa Aza sudah bisa pulang. Mama pasti menghawatirkanku."

"Kenapa harus pulang ini rumah pa-"

"MAMA."

Sontak saja Kanza dan Melodi kaget. Kanza melirik Melodi, yang memegang dadanya.

"Marina bawa Melodi masuk." Hiro menyuruh pengasuh Melodi membawanya puterinya pergi. Kanza bingung dengan situasi ini, ia ingin pulang tapi tidak tahu harus kemana. ia takut nyasar. Kenapa mamanya lama sekali menjemputnya? Kata nenek tua ini mama akan segera datang.

"Kamu bentak mama?"

"Berhenti ikut campur urusan Hiro ma, Hiro udah ikut semua yang mama mau." Hiro menggosok wajahnya frustasi. 

"Hiro belum siap ma. Please."

"Kamu tahu betapa syok dan stresnya Dian sekarang?"

"Bukankah sejak dulu mama yang paksa aku nikah sama Dian?  Mama nggak bisa maksa perasaan aku."

Mama Hiro menahan kekesalanya. Dian yang berdiri tidak jauh dari mereka memegang dadanya terluka. Semuanya ia korbankan agar rumah tangga mereka bertahan. Perempuan mana nggak bakal kecewa, hampir enam tahun mas Hiro menjauhinya, bahkan mereka tidur terpisah. Hanya di depan Melodi mereka seolah-olah dekat. 

"Terserah kamu, tapi ingat jangan sampai melukai Melodi. Cucu mama sudah sangat menderita."

Ibu dan anak itu bertengkar tanpa sadar jika Kanza masih menatap mereka berdua. Gadis kecil itu merasa ia tidak diinginkan di sini. Tidak ada yang peduli padanya. Perlahan ia melangkah pergi, membiarkan orang rumah ini yang masih bertengkar. 

Kanza keluar dari rumah besar ini, ada beberapa bodyguard yang menjaga pintu masuk tadi. Kanza keluar dengan ling-lung. Ia takut, sangat takut  tapi kaki kecilnya tetap melangkah pergi.

*

"Kenapa mama selalu bertingkah seenaknya? Kenapa mama bertindak seakan hanya Melodi yang butuh aku."

"Kanza anak kamu kan? Mama tidak ingin ada cucu yang lahir dari perempuan nggak jelas kayak wanita itu. Lebih baik kamu menyetujui jantung Kanza diberikan untuk Melodi."

"MAMA." Hiro mengepalkan dua tangannya, wajahnya memerah menahan amarah yang sebentar lagi akan meledak. 

"Apa maksud kalian?" 

Hiro langsung berbalik, matanya melebar melihat Rani ada tepat di belakang mereka.

"Jantung puteriku? Dimana puteriku?" Rani menatap marah orang-orang rumah ini. 

"SAYA BILANG DIMANA PUTERI SAYA ?"

"SAYA BILANG DIMANA PUTERI SAYA ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang