36

7.1K 570 48
                                    

Disini aku tetap makai Eneng ya.

Orang bilang firasat hati seorang ibu itu begitu kuat. Berbanggalah menjadi seorang perempuan yang akan menjadi seorang ibu.

Kanza.....

"Hiks, ma. Tolong Aza."

Tubuh gadis kecil itu terikat. Tubuhnya dipenuhi beberapa luka siksaan. Beberapa kali suara lemahnya terdengar. Ia ketakutan. Jika selama ini ia terlihat kuat. Tapi kali ini ia ketakutan. Ia disiksa oleh orang asing. Wajah itu tidak terlihat.

Lalu dalam perjalanan mobil yang dikemudi para penculik kecelakaan. Tubuhnya terhempas keluar dengan kuat.

Kedua matanya terbuka dengan lebar. Nafanya ngos-ngosan. Keringat menyucur di dahinya.   Mimpi itu seperti nyata.
Kembali tertidur seperti puteri tidur lalu kembali tersadar. Berulang kali terbangun dan menyadari pingsan hanya karena mengingat ingatan itu.

Itu adalah ingatannya.  Ingatan masa kecilnya yang mengerikan. Ia ingat semuanya. Tapi ia tidak ingat orang yang menculiknya. Ia merindukan mamanya. Ia rindu nyanyian tidur mamanya. Kenangan masa kecilnya perlahan kembali. Tapi ia tidak tahu bagaimana mengatakannya. Mungkin saja mereka telah melupakan Kanza.

Namanya Eneng. Tidak mungkin ia pergi dan mengatakan namanya Kanza.

Eneng menghapus air matanya. Masa kecilnya berubah jadi kenangan mengerikan. Keberaniannya mendadak hilang seketika. Ia yang tak pernah kenal takut kini menjadi panik. Bagaiamana jika mereka menangkapnya dan kembali menyiksanya, atau mereka membunuhnya. Eneng memegang selimut semakin erat. Nafasnya memburu. Ia takut, siapa yang tidak takut jika kenangan buruk itu tergambar jelas di kepalanya.

"Kamu sudah sadar?!"

Eneng mengangkat kepalanya. Matanya menyorot tajam pada pria di hadapannya ini. Jika ada pria ini maka kamar ini bukan kamarnya di rumah Rega.

Eneng menatap Hiro dengan tatapan tidak suka. Rasa benci keluar begitu saja dari hatinya. Datang di rumah Melodi, ia ingat dengan jelas ia hilang tidak jauh dari rumah papa Melodi ini. Ia ingat betul, nenek tua itu. Nenek tua itu bahkan mengatakan dengan jelas kalimat yang menusuk hatinya.

"Kamu dilahirkan hanya sebagai aib. Jadilah berharga dengan jantung kamu."

Eneng menatap benci Hiro yang menatapnya dalam.

"Jangan sentuh saya Om."

Eneng menepis tangan Hiro yang mengelus surainya dengan lembut.

Hiro menatap tangannya yang ditepis kuat oleh gadis muda di hadapannya ini. Tatapan itu kembali. Mungkinkah Rani benar jika gadis ini adalah Kanza?

Eneng lekas bangun dan melangkah pergi. Ia tidak ingin melihat Hiro. Tapi kenapa mamanya bisa di sini bersama pria itu.

"Kamu butuh istirahat yang banyak. Lebih baik ke rumah sakit. Kita periksa kepala kamu. Saya sudah dua kali melihat kamu pingsan sambil memegang kepala kamu."

Eneng menghentikan langkah kakinya, ketika matanya menangkap sosok wanita yang duduk di atas kursi roda sedang didorong pengasuh, datang dari arah berlawanan. Kakinya seperti mati rasa. Matanya benar-benar tak sanggup menahan air mata. Ia ingin memeluk mamanya, kenapa mamanya bisa seperti ini. Ia ingin berteriak ia rindu. Lalu Akio? Anak mamanya juga, dan papa Akio adalah Pria itu. Bagaimana bisa terjadi? Mamanya menikah dengan pria itu disaat ia hilang?

Eneng menunduk menatap sendalnya. Ia kecewa, sangat kecewa. Lebih baik kebenaran ini ia simpan rapat-rapat. Mamanya telah punya keluarga lain. Punya suami dari pria yang sangat ia benci.

"Kanza. Aza mau kemana? KANZA JANGAN PERGI. KANZA. KANZA."

Rani menggila. Ia bahkan ingin lari mengejar Eneng yang telah berlari pergi. Hiro menahan tubuh Rani sekuat tenaga. Rani begitu menggila jika menyangkut Kanza. Obat untuk menyembuhkan Rani adalah Kanza. Sejak sore Rani terlihat agak baik setelah bertemu gadis bernama Eneng itu. Tapi setelah kepergian Eneng Rani kembali berteriak tak terkendali.

Hiro memeluk Rani yang telah disuntik obat penenang. Ia tahu betul Rani sangat membencinya hingga nadinya. Sangat membencinya, ia bahkan menikahi Rani dengan paksa. Menikah saat wanita itu gila. Ia tidak peduli seperti apa Rani. Ia benar-benar mencintai Rani begitu banyak. Tidak peduli orang menghinanya. Takdir Tuhan tidak ada yang tahu. Tuhan mempermainkan takdirnya. Ia terpaksa menikah dengan Dian karena mamanya. Bagaimana bisa ia menolak permintaan mamanya, orang yang melahirkannya. Pernikahannya tanpa cinta hingga Melodi hadir. Ia pikir Melodi adalah puterinya, ternyata malam itu hanya jebakan. Melodi bukan puterinya. Mama yang begitu ia sayangi ternyata berubah begitu banyak. Gelap mata demi kehormatan keluarga bahkan menjual cucunya sendiri. Darah dagingnya.

Ia begitu bajingan. Ia tidak membenarkan perbuatannya. Tapi ia juga ingin semuanya baik-baik saja. Siapa yang tidak ingin bahagia? Semua orang ingin bahagia. Walau caranya salah. Tapi hanya itu yang bisa ia lakukan. Hiro menatap Rani yang tertidur dalam pelukannya. Ia masih punya janji untuk membawa Kanza pulang. Ia akan menepatinya sebelum ia mati.

*

Eneng yang berjalan sambil menunduk di ruang tamu, langsung diberhentikan tangan putih seorang cowok. Rani menatap Akio yang menahan tangannya. Tatapan pria itu berbeda, bukan datar tapi terlihat menyedihkan. Mengingat wajah ini duplikat Pria itu, Eneng langsung menghempaskan dengan kuat. Ia benci sangat benci pria itu. Ia yakin mamanya gila karena pria itu. Eneng menatap tak suka Akio yang juga menatapnya kecewa.

"Jika kamu Kanza. Kembalilah ke mama. Dia lebih menganggap kamu istimewa dibanding aku yang tak pernah sedikitpun diharapkan."

Akio melangkah pergi dengan gontai. Ia sadar, tidak ada yang menginginkan dirinya sama sekali.
Tapi ia kembali berhenti tanpa berbalik.

"Mama sayang sama yang namanya Kanza. Hingga aku iri, mama bahkan gak tahu aku anaknya."

Untuk apa mamanya melahirkannya? Ah ia lupa, jika ia hadir karena kesalahan papanya. Ia selalu menyebut kata mama. Tapi mamaya bahkan tidak pernah tahu ia anaknya.

Eneng terpaku mendengar kalimat Akio. Apa ia jahat membenci cowok remaja itu?

Kenapa semua jadi seperti ini?
Kenapa takdir kembali mempermainkan kehidupan mamanya. Eneng menghapus air matanya. Kenapa kalimat Akio seperti pisau yang menusuk jantungnya. Ini menyakitkan untuknya, juga menyakitkan untuk Akio. Mereka sama-sama tersakiti. Hatinya belum bisa menerima semua ini.

Jika tahu kenyataan pahit seperti ini, ia memilih tidak mengingat semuanya. Semua berubah dalam sekejap setelah ia menghilang. Pikirannya kacau. Apa yang harus ia lakukan? Kali ini ia benar-benar menangis setelah keluar dari rumah Akio.

Makasih banget yang setia nunggu. Komennya juga bagus-bagus. Jangan lupa komentar dan votenya.

Oh iya, maaf ya cuman dikit. Buat pembaca baru salam kenal.🤗❤
Buat yang setia dari awal saranghae❤

🤗❤Buat yang setia dari awal saranghae❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang