Extra Part

10.7K 499 35
                                    

Ikhlas itu hanya pada orang yang hebat.
Hate and Love 2021

Hiro masih terbaring di rumah sakit. Telinganya setia mendengar semua yang Azka katakan.

"Semua sudah disiapkan dengan baik. Ternyata paman juga lemah, pura-pura sakit parah padahal tidak separah yang dulu."

Hiro mendelik sebal ke arah Azka. Pria berwajah datar ini adalah keponakannya. Sebenarnya ia punya kakak laki-laki yang meninggal setelah Azka lahir. Selama ini Azka ikut mamanya, tapi setelah mamanya meninggal 10 tahun lalu ia yang merawat bocah bermulut pedas ini. Karena kematian kakaknya ini, mamanya begitu protektif dan sering mengaturnya.

"Kau ini-"

"Sakit juga masih sempat mengurus pekerjaan." Kalimat Hiro terpotong dengan kehadiran Rani yang menenteng makanan.

"Hallo bibi."

"Bibi?" Rani mengerutkan keningnya.

"Dia anak kakakku yang meninggal 24 tahun yang lalu. Mamanya juga sudah meninggal, aku yang merawatnya dari 10 tahun yang lalu."

Rani melototi Hiro. Pria ini benar-benar bermulut besar.

"Tutup mulutmu. " Rani menatap sinis Hiro.
"Azka sudah makan?"
Hiro melototi Azka yang tersenyum mengejek ke arahnya. Sedangkan Akio dan Kanza hanya berdiri mematung. Mamanya perhatian dengan pria muda dan tanpan pastinya.

"Kok mama perhatian sama dia sih?" Protes Kanza tak terima.

"Dia akan jadi anak pertama mama. Kanza gak boleh gitu. Panggil Azka abang."

Hiro tersenyum melihat Rani yang menarik tangan Azka duduk di sofa lalu membuka bekal yang ia bawa. Rani memang wanita baik, hatinya lapang. Ia bahkan menerima Azka dengan bahagia.

Azka hanya tersenyum canggung. Selama ini ia dirawat pamannya.

"Makasih bibi."

"Panggil mama, dan panggil paman kamu papa."

Azka terpaku. Ia tidak menyangka perempuan yang pamannya pilih adalah perempuan sebaik ini. Pantas saja pamannya selalu sabar walau istrinya gila. Begitu lama penyembuhan hanya dengan kehadirab Kanza semuanya membaik.

"Ran, aku yang sakit. Kenapa anak itu yang kamu beri makan?"

Hiro protes. Sedangkan Akio memutar bola matanya malas. Berapa hari ini papanya memonopoli mamanya. Ia juga ingin mamanya mengusap rambutnya. Tapi papanya bahkan mengusir dirinya saat ia merengek.

"Ma, papa udah sembuh kayaknya. Kita pulang aja ya. Papakan punya banyak pengawal di sini."

Akio datang duduk di samping mamanya. Jadi posisinya Rani duduk di tengah. Sedangkan Kanza duduk di kursi samping tempat tidur papanya.

"Kalian cepat pindah. Rani ke sini!"

"Ngpain, aku nyaman ditemani dua cogan!"

"Akio, Azka keluar kalian!"

Kanza hanya terkekeh melihat wajah papanya yang begitu kesal melihat mamanya duduk diapit oleh dua pria berbeda. Bukannya bangun, Akio dan Azka malah menyandarkan kepala mereka di bahu Rani, dan parahnya wajah Rani malah tersenyum polos.

Kanza menyentuh tangan papanya. Ia tersenyum tipis. Ia tidak tahu selama ini seberapa banyak beban yang papanya pikul. Ia tahu dari Azka papanya sering mabuk dan menangis bercerita semuanya.

"Papa gimana keadaannya?"

Jujur ia merasa aneh. Kata papa terasa sulit. Tapi mamanya bisa ikhlas menerima papanya. Ia juga harus belajar untuk dekat dengan papanya.

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang