Maaf baru update ya. Akhir-akhir ini banyak kesibukan.
Thanks setia nunggu😘Mata mereka bertemu. Entah kenapa hatinya jadi sakit. Air matanya tiba-tiba keluar. Selama ini ia tidak pernah menangis, terakhir menangis karena Abahnya meninggal.
"Kanza." Teriak perempuan itu histeris.
Eneng telah turun. Mangga yang menggiurkan di matanya jadi hilang.
"Ma."
Bahkan suara remaja pria yang baru datang itu tak ia hiraukan.
"Kanza."
Makanan yang wanita paru bayah itu pegang dihempaskan begitu saja. Boneka yang ia pegang bahkan jatuh.
Akio mengangkat boneka itu. Menatap mamanya dengan sedih. Sejak ia lahir sampai sebesar ini. Mamanya tidak pernah memanggil namanya. Bahkan tidak pernah melihatnya ada. Ia tidak tahu masalah orang dewasa.
Walau begitu ia begitu menyayangi mamanya. Walau mamanya dianggap gila karena kehilangan anak pertama mama.
"Aku lihat Kanza di sana."
Akio menatap pohon mangga pembatas rumahnya dengan rumah sebelah. Ia paham mamanya begitu kehilangan Kanza. Kata papa itu kakak pertamanya.
"Nya, tenang nyonya. Itu hanya ilusi."
Rani berbalik menatap boneka yang Akio pegang.
"Jangan sentuh puteriku. Pergi kalian."
Rani mendorong tubuh Akio dengan kasar. Lalu memeluk boneka itu dengan sayang.
Akio menatap mamanya dengan terluka. Ia pernah bertanya pada papanya. Apa mamanya tidak pernah menyayanginya? Apa khadirannya tidak diinginkan. Ia bahkan belum pernah dipeluk mamanya satu kali juga.
"Tuan muda."
Beberapa pelayan membangunkan Akio. Sedangkan Rani menatap benci ke arah Akio. Menatap seperti penjahat yang akan menyakiti puterinya.
"Bi Kasih. Bawa mama ke dalam."
Akio menatap punggung mamanya yang peelahan menjauh. Semenderita itu mamanya. Ia tidak marah, ia paham mamanya sakit mental. Bahkan papanya begitu menyayangi mamanya.
**
Dari balik tembok Eneng masih berusaha menetralkan debaran jantungnya. Wanita itu, kenapa tidak asing dalam ingatannya. Kenapa ia begitu merindui wanita itu.
"Kamu ngapain di sana?"
Eneng menetralkan wajahnya saat Rega datang menghampirinya.
"Kamu mau maling mangga tetangga?"
Eneng membelakkan matanya. Tahu aja nih detektif satu ini.
Kebiasaan menangani kasus jadi pintar banget."Gak kok. Cuman jalan-jalan aja."
Rega mengerutkan dahinya. Ia tahu Eneng berbohong. Tapi itu tidak penting sekarang.
"Mama dan papa saya akan datang. Kamu segera bersiap."
Eneng menelan ludahnya kasar. Kenapa secepat ini. Bagaimana jika ia melakukan kesalahan?
"Anu, itu..."
Rega menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap Eneng yang terlihat gelisah.
"Semuanya akan baik-baik saja, asal kamu diam saja."
*
Rega duduk di sofa sambil membaca buku. Membiarkan perias yang ia bayar make over Eneng di kamar utama.Bunyi hak memecah kesunyian. Eneng dengan langkah hampir jatuh karena tidak terbiasa dengan sepatu hak tinggi hampir terjatuh jika saja perias tidak menolongnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/271423004-288-k879039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate And Love(END)
Storie d'amoreAku dan segala kenangan di kota metropolitan. Segala pergaulan anak muda. Membawaku pada rumah kecil di kota ini. Dengan pelitaku yang cantik. Buah hatiku yang hadir tanpa sosok ayah. Tentu saja sampai detik ini aku sendiri tidak tahu siapa ayah bay...