26

7.4K 485 36
                                    

Hiro bangkit berdiri. Dengan jelas ia mendengar nama mamanya disebut. Dengan wajah memerah Hiro mengambil kunci mobil dan keluar dari apartemen.

Dian yang melihat Hiro pergi melangkah masuk ke apartemen. Dengan wajah datar dan langkah penuh keangkuhan menuju kamar yang sedang terbuka.
Brioana yang juga ingin keluar mengambil air berhenti melangkah. Keduanya bersitatap.
Dia kembali masuk dan menatap Rani penuh murka.

"Ternyata pelakor ada di sini. Wah suamiku sedang menyembunyikan anjing di sini."
Brioana yang masih terpaku, menatap tidak suka pada Dian yang sedang menatap Rani. Bagaimanapun keadaan Rani baru sedikit normal.
Rani juga menatap Dian. Wajahnya tanpa ekapresi. 
Dian berdecih sinis dan jijik melihat Rani yang dirantai. Hiro benar-benar bajingan. Hiro benar-benar ingin memiliki wanita ini.

"Kamu bilang kamu wanita baik-baik. Tapi kenyataannya kamu di sini. Kamu membiarkan rumah tanggaku hancur. Puteriku sekarat dan mencari papanya. Sedangkan kamu menahannya di sini. Bukankah kamu wanita menjijikan?"

"Berhenti bicara mbak."

Brioana yang kesal meletakan gelas dengan kasar di atas meja. Dian sudam kelewatan. Kalimatnya begitu kasar.

"Tanya suami mbak, jangan salahin mbak Rani."
Dian menatap marah Brioana. Lalu kembali menatap Rani. Tahu apa gadis muda ini?

"Tolong menjauh dari Hiro. Puteriku membutuhkannya. Kamu juga seorang ibu sepertiku."
Dian melangkah pergi. Sedangkan Rani hanya menatap datar punggung Dian.
*

Di sisi lain. Hiro memasuki pekarangan rumah mewah. Rumah utama keluarga mereka. Wajahnya mengeras. Para penjaga menunduk hormat. Takut merasakan aurah yang tidak menyenangkan dari sang majikan. Kaki panjangnya melangkah lebar.

"Hiro akhirnya kamu pulang juga, ma-"

"Apa yang mama lakuin sama Kanza?"

Hiro menatap Aya yang mematung. Kalimat wanita tua itu tenggelam dalam tenggorokkannya.

"Maksud kamu apa Hiro?"

Hiro tertawa hambar. Ia ketawa begitu menakutkan. Aya menegang.

"Kenapa mama berbohong?"
Hiro menatap mamanya dingin.

"Kenapa mama lakuin itu sama Kanza?"

Aya berusaha menggapai tangan puteranya. Tapi dengan tegas Hiro menepis.

"Mama-"

Aya kembali terdiam. Ia belum pernah mndapat tatapan dingin dan benci dari puteranya sendiri.
Air mata menetes dari dua bola matanya. Ia menyesal.

"Maafin mama. Waktu itu, mama hanya berniat membawanya dan membesarkannya agar bisa menjadi pendonor jantung untuk Melodi."

Hiro tercekat, wajahnya memerah. Ia meremas tangannya begitu kuat. Jika saja yang ada di depannya bukan mamanya sendiri.
Aya terisak, ia tahu ia salah. Ia takut puteranya akan membencinya. Selama ini Hiro adalah puteranya yang penurut.

"Lalu dimana Kanza?"

Aya menunduk. Ia tidak sanggup mengatakan. Bibirnya keluh, tubuhnya gementar. Rasa takut begitu besar.

"Maafin mama. Mama dan Dian menjualnya ke penjual organ tubuh. Mama gak tahu Dian yang bantu mama."
Aya terisak kencang. Hiro menatap mamanya tak percaya.
Aya mententuh tangan Hiro, memohon maaf. Tapi puteranya tak bergeming sama sekali.

Hiro tersenyum pedih. Selama ini ia mengikuti semua kemauan mamanya. Tapi mamanya begitu jahat. Menjual cucunya sendiri. Selang beberapa menit polisi berdatangan.

"Jika Kanza tidak kembali. Aku gak bakal mau lihat mama lagi. Mama benar-benar buat aku kecewa."

Hiro melangkah pergi. Tidak peduli mamanya yang berteriak dan mengejarnya.  Biarkan mamanya dipenjara. Mamanya telah melakukan kejahatan yang tak bisa dimaafkan. Dengan gampangnya mamanya bilang Kanza dijual ke penjual organ tubuh. Sekarang ia tidaka akan mudah menemukan puterinya. Penjahat seperti mereka tidak akan mudah ditemukan. Bahunya gementar, lalu bagaimana ia akan menagatakan kepada Rani. Demi Tuhan ia takut, takut jika Rani akan semakin membencinya.

*

Di sisi lain, Briona mengerutkan dahinya bingung saat salah satu anak buah Hiro membuka rantai. Rani hanya diam. Ia capek dengan semua yang Hiro lakukan.
Tanpa berucap, Briona langsung membawa Rani pergi. Tempat ini terkutuk. Sedangkan Hiro hanya menatap dari luar apartemen saat Rani dan Briona pergi. Ia masih di dalam mobilnya. Pikirannya kacau.
Para polisi juga mengatakan ini mungkin sulit. Karena mamanya tidak tahu siapa yang membeli Kanza. Dan Dian, wanita itu sedang dalam pencarian polisi. Ia tidak menyangka jika Dian juga terlibat.

"Ya, Hallo."
Hiro meremas setir mobilnya.

"Temukan mereka."

Hiro memukul setir mobilnya beberapa kali. Dian benar-benar lebih ular. Wanita itu juga membawa Melodi yang sekarat. Seharusnya ia lebih jeli lagi. Jika Dian melarikan diri, maka ia tidak bisa pergi jauh, kecuali ada orang berkuasa yang menyembunyikannya. Semua ini bisa saja.

Maaf ya cuman dikit😪

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang