27

7.2K 483 23
                                    

Maaf ya baru up. Lagi sibuk banget. Wkwk. Jangan lupa komen dan votenya.
Love banget buat yang selalu setia😍

Satu minggu kemudian.

Rani sedikit demi sedikit mulai membaik. Dengan bantuan Brioana dan Hans, Rani perlahan bangkit. Ia harus berpikir positif tentang Kanzanya. Puteri nakalnya pasti baik-baik saja. Sudah satu minggu juga ia tidak melihat Hiro. Itu lebih baik dari pada, ia melempar pria itu dengan benda yang ada di hadapannya. Walau hatinya begitu sedih, tapi ia harus kuat. Entah kenapa polisi belum memberi kabar tentang puterinya. Suaranya juga sudah kembali. Sangat disayangkan suaranya kembali terlambat. Seharusnya suaranya kembali waktu Hiro merantainya. Pria bajingan itu merantainya seperti binatang. Ia jijik dengan tubuhnya. Pria itu tidur di sampingnya. Memeluknya erat. Rani memegang gelas berisi air dengan kuat. Wajahnya memerah marah. Ia ingin memaki pria bajingan itu. Ia akan membenci pria itu, hingga mereka mengembalikan puterinya. Walau ia tampak baik-baik saja, tidak dengan hatinya. Ibu mana yang tak khwatir jika puterinya belum ditemukan.

Rani berdiri di depan branda. Matanya menatap halaman depan rumahnya. Biasanya jam seperti ini Kanza akan pulang menuntun sepedanya. Jika tidak bikin ulah bukan Kanza namanya. Kadang gadis kecil nakalnya pulang dengan keadaan penuh lumpur. Jika ditanya akan dijawab dengan satu kata, jatuh.
Rani membelakkan matanya saat menatap sosok yang tidak jauh darinya. Hiro berdiri di hadapan Rani.

Rani merasa muak melihat Hiro. Ia bahkan berharap pria ini mati. Rasa bencinya tak akan membaik lagi. Hiro  benar-benar bajingan.

"Maaf."

Rani mengangkat sudut bibirnya, tersenyum hambar. Kata maaf yang Hiro ucapkan tak akan bisa mengembalikan keadaan. Jika Hiro mengembalikan Kanza ia akan memaafkan tapi ia akan pergi jauh bersama puterinya dan takan kembali lagi.

Arah mata Rani mengikuti kelakuan Hiro. Matanya membelak saat Hiro berlutut di halaman rumahnya.

"Maafkan ibu ku."

Rani makin syok. Ia belum bisah mencernah semua ini. Tapi apakah mungkin mama Hiro dalang dibalik hilangnya Kanza ? Tapi kenapa polisi belum memberinya kabar ?

"Jangan katakan jika-"

Hiro menunduk. Pria itu hanya diam. Satu minggu berlalu dengan cepat. Satu minggu ini juga ia mencari puterinya. Tapi belum ditemukan.

"Dimana Kanza?"

Rani pikir Hiro telah membawa puterinya kembali. Matanya melirik ke arah depan berharap puterinya telah ditemukan.

"Maaf."

Rani mendekati Hiro. Rasanya kesal mendengar kalimat maaf Hiro. Ia bosan dan muak. Menyesal tiada guna. Semuanya tidak akan sama seperti dulu. Ia pernah mencintai pria di hadapannya ini begitu dalam. Tapi kenyataannya Hiro tidak mengharapkannya.

"Mama dalang dibalik hilangnya Kanza. Kemungkinan kecil Kanza kembali. Kanza..."
Rani membelakkan matanya. Dengan perasaan kesal ia ikut jongkok. Menatap tepat di mata Hiro. Pria ini menangis.

"Maksud kamu?"

"Mama jual Kanza, pada pembeli organ manusia."

Rani jatuh lemas. Kenyataan model apa ini ? Dengan cepat ia bangkit memegang kerah baju Hiro.

"Kamu bilang akan mencari Kanza. Please bilang sama mama kamu, kembaliin Kanza ya," ujar Rani begitu lembut. Ia capek untuk sedih. Ia capek keluarga Hiro mempermainkan kehidupannya. Ia menangis lagi.

"Kenapa diam hmm? Aku gak minta harta kamu. Aku minta Kanza. Tolong dia hidup aku. Jangan kayak gini dong." Rani terisak pelan. Ia tidak ingin apa pun dari keluarga Hiro. Ia hanya ingin Kanza. Rani melepas pegangan erat di kerah baju Hiro.

Hiro masih tetap berlutut. Matanya juga memerah. Ia tahu Rani tak akan memaafkannya. Tidak akan memaafkan mamanya. Rani berjalan gontai masuk dalam rumah. Ia masih berharap puterinya hidup. Ia terjatuh lemas. Tangisnya makin besar.

'Kanza mama yang malang.'

Rani menatap fotonya dan Kanza yang tergantung di ruang tamu. Ia memegang dadanya yang begitu nyeri. Bahkan untuk bernafaspun ia tak sanggup.

'Kanza maafin mama.'

Rani masih terus berbicara dalam tangisnya. Hidupnya akan berakhir sekarang.

Hari semakin gelap hujan turun dengan lebatnya. Rani masih tersandar di tembok, pintu rumahnya masih terbuka lebar. Dengan jelas matanya menatap Hiro yang masih berlutut di tengah hujan. Kesunyian malam da hujan menemani keduanya yang sama-sama hancur.

.....😀maaf ya cuman dikit.

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang