24

7.6K 545 28
                                    

Jangan lupa yang mau pesan buku Istri Ndeso sang Dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa yang mau pesan buku Istri Ndeso sang Dokter. Ada di shopee ya😘 Thanks ya.

Sebelum itu please rekomendasiin lagu yang sedih buat author😘 ditunggu. Boleh chat aku😘

Rani membuang muka lalu kembali menangis. Dirinya bukan orang jahat. Tapi Hiro benar-benar mengubahnya menjadi orang jahat. Kenapa pria ini menjebaknya di sini. Tidak puaskah pria ini telah menghancurkan hidupnya. Ia ingin bahagia. Hadirnya Hiro dihidupnya hanya membuat hancur senyumnya. Membuat luka yang tak dapat disembuhkan. Hatinya sudah melebur tak tersisa. Hiro mengambil kotak obat dan mulai mengobati luka dijari Rani. Walau Rani menolak sentuhannya ia tetap teguh. Rani menampar Hiro dengan kuat. Lalu kembali menangis tanpa suara. Ia benci keadaannya seperti ini. Andai saja bukan Hiro mungkin rasa cinta itu masih ada. Tapi kenyataan pahit yang ia terima. Kenyataan pahit yang mematahkan hatinya. Cinta yang ada hanya tertinggal emosi.

Bunyi bel apartemen berbunyi. Hiro selesai mengobati jari Rani, lalu melangkah pergi.
Rani bangun dari ranjang. Ia harus keluar dari sini. Ranin terpaku saat matanya dan Hans bertemu. Matanya berkaca-kaca, Hiro masih menahan Hans agar tidak masuk ke dalam apartemennya. Rani berlari air matanya mengalir deras. Ia hanya ingin menumpahkan segala sakitnya. Hiro menatap tajam Rani yang memeluk Hans dengan kuat. Hiro memegang pintu apartemenya dengan kuat. Urat-urat lehernya menonjol.

"Ran kamu gak apa-apa?"

'Aku-"

Rani menatap Hans penuh kesedihan. Air matanya terus mengalir. Kalimatnya tidak keluar sama sekali. Ia putus asa.

Hans dan Hiro saling tatap dengan tajam.

"Kita pergi dari sini."
Rani mengangguk dengan cepat. Tapi dengan Cepat Hiro menarik Rani dan mengunci apartemennya. Rani memukul tubuh Hiro dengan kuat. Ia berusaha menjangkau pintu. Tapi Hiro sama sekali tak memberi kesempatan.

Hiro tidak peduli jika Rani terus berontak. Ia berjanji akan membahagiakan orang yang ia cintai. Walau ia tahu betul sudah terlalu terlambat. Sampai sekarang Kanza belum ditemukan.

"Bisakah kita mulai dari awal lagi."
Rani makin syok, tubuhnya kaku. Ia menatap Hiro tak percaya. Kanzanya masih dalam pencarian, dan bisa saja Kanza telah tiada. Pria tak punya hati ini. Semua karena dia.

Rani menggeleng kuat. Ia tidak mau berurusan dengan pembunuh puterinya. Baginya Hiro adalah pembunuh. Puterinya berada di rumah itu, lalu hilang dalam sekejap. Rani berusaha menggapai pintu, tapi dengan cepat Hiro membopongnya walau Rani tak henti-hentinya memukul belakang tubuhnya.

Hiro membanting tubuh Rani di kasur dan merantai tangan Rani.
Hiro tidak peduli orang menyebutnya bajingan. Tidak peduli dengan Rani yang akan semakin membencinya. Apa yang sebenarnya adalah miliknya akan tetap miliknya. Rani adalah miliknya, sampai kapanpun akan tetap di sisinya.
Rani sudah lelah membrontak. Ia capek dengan semua ini. Hiro benar-benar pria gila. Kenapa Tuhan menakdirkan pria itu dihidupnya?
Ia capek menangis setiap hari. Tiada hari tanpa menangis. Ia sudah capek dengan semua ini. Ia hanya ingin Kanzanya kembali. Kembali dalam pelukannya.
Ia sudah capek dengan Hiro yang memperlakukannya seperti binatang. Tenaganya sudah terkuras habis. Semangat hidupnya telah hilang. Lebih baik dirinya mati. Matanya menatap sayu tangannya yang dirantai. Ia terkekeh hambar. Ia selalu berdoa agar Hiro cepat mati. Tapi Tuhan tidak mendengar doanya sedikit juga. Ia selalu menderita.

"Makan dulu ya!"
Rani hanya diam. Ia memilih menatap gorden jendela. Ia capek dengan semua keadaan ini.

Rani menutup mulutnya rapat saat Hiro menyuapnya nasi. Jika dua tangannya tidak dirantai, ia akan melempar piring berisi nasi yang dipegang Hiro.

"Setidaknya makan demi Kanza."
Mendengar nama Kanza disebut. Rani menatap murka Hiro. Hiro tidak pantas menyebut nama puterinya. Pria bajingan ini tidak pantas menjadi papa Kanza.

"Kamu harus makan, supaya kita bisa mencari Kanza sama-sama. Kamu percayakan Kanza masih hidup. Aku janji akan menemukan Kanza."
Rani membuang wajahnya ke samping. Ia capek menangis. Ia capek dengan sikap Hiro. Pernahkah pria ini berpikir hatinya terluka? Tidak lihatkah hidupnya semenderita ini.

Hiro membuang nafas berat. Rani benar-benar memilih diam. Tidak mau makan, dan tidak mau berbicara.

"Maafkan aku, kamu makan ya!" Hiro kembali memegang sendok.
Tapi Rani memilih menatap lain. Biar saja ia mati. Toh, mereka tidak akan mengembalikan puterinya. Jujur ia sangat takut. Takut jika Kanzanya benar-benar telah tiada.

Hiro melangkah pergi. Rani tidak peduli. Rasa di hatinya telah mati. Senyumnya telah hilang. Wajahnya semakin tirus. Ia hanya ingin Kanzanya kembali. Jika Kanza tidak kembali, maka ia memilih mati. Tidak ada guna lagi untuk hidup. Apa lagi harus terjebak bersama Hiro.

Rani masih tetap sama, matanya menatap fokus ke arah gorden jendela. Tidak memperhatikan jika Hiro telah kembali dengan seorang dokter. Raganya seakan telah pergi. Ia hanya memikirkan puterinya yang hilang.

"Gila lo Hir." Dean sahabat baik Hiro sewaktu kuliah, menatap tak percaya Hiro. Tentu saja siapa yang tidak akan terkejut, jika seorang wanita dirantai layaknya seorang tahanan.
Dean mendesah berat. Ia tahu betul tabiat Hiro yang posesif dan obsesi. Ia ingat dulu ia hampir menghancurkan hidup Renata. Tapi akhirnya orang lain yang meniduri perempuan malang itu. Sekarang wanita lain lagi. Setelah beberapa tahun ini, ia pikir adanya Melodi dan Dian Hiro akan berubah.

"Kalau Dian tahu, lo mau rumah tangga lo hancur gara-gara cewek ini ?"

Dean menarik rambut frustasi. Yang membuat masalah adalah Hiro. Tapi yang pusing adalah dirinya.

"Gue sama Dian dalam proses perceraian."

Dean yang awalnya menatap wanita yang yang Hiro rantai, begitu sangat mengenaskan kondisinya, berbalik menatap Hiro.

"Maksud lo cerai? Gila lo, terus Melodi gimana?"

Hiro menatap Dean, lalu menatap Rani yang masih sama posisinya. Tidak terusik dengan suara mereka berdua.

"Melodi bukan anak gue, dan dia cewek yang selama ini gue cari."

Dean membuka mulutnya menatap lurus ke arah Rani yang dirantai. Ia hanya menatap samping, jadi tidak tahu jika yang Hiro rantai adalah Rani.

"Maksud lo, cewek yang hamil dan pergi dari hidup lo? Dia?"

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang