22

7.6K 507 38
                                    

Maaf ya baru update. Aku sibuk banget. Jangan lupa vote and commentnya😍

"Kamu benar-benar ular berbisa. rahasia sebesar ini. Kau pikir aku tidak akan tahu surat dan dokter yang mengeluarkan surat DNA ini?"

Dian memucat. Bibirnya keluh, jantungnya berdetak kencang. Tangannya gementar. Ia menatap Hiro yang juga menatapnya dingin. Hiro melangkahkan kakinya kian mendekati Dian. Dengan kaki gemetar  Dian melangkah mundur seiring Hiro yang makin mendekatinya. Kakinya berhenti tepat saat tubuhnya menabrak dinding rumah sakit. Hiro meremas pipi Dian dengan kuat.

"Kenapa kamu diam?"
Dian menaham nafasnya saat Hiro menatapnya semakin dekat. Sedikit lagi kakinya akan benar-benar goyah.
Hiro mengangkat sebelah bibirnya, tersenyum sinis.

Aya yang masih dalam keadaan syok menatap Dian yang masih terdiam. Hiro tidak mungkin berbohong.

"Kamu begitu hebat menyembunyikan semua ini."
Hiro melepaskan tangannya. Memberi jarak. Tubuh Dian merosot jatuh. Air mata berlinang di wajahnya.

"Tenang saja, aku sudah mencari golongan darah untuk puterimu," ujar Hiro dingin.
Aya menghampiri Dian yang masih terduduk. Wanita ini hanya menangis tidak mengucapkan sepata katapun.
"Katakan jika semua yang diucapkan Hiro bohong."
Aya menatap tajam Dian yang hanya menangis.

"Katakan jika ini semua tidak benar."
Aya menguncang tubuh Dian dengan emosi. Wanita tua itu masih berharap jika semua ini bohong.

"KENAPA KAMU HANYA DIAM. JAWAB DIAN."
Aya menguncang tubuh Dian semakin kuat. Dian hanya terisak, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Dirinya tidak bisa membohongi Hiro lagi. Pria itu tidak mungkin bisa mempercayainya lagi. Selama ini ia menahan Hiro dengan adanya Melodi.

"Maaf ma."

Plaaak.

Aya menatap penuh marah Dian yang memegang pipinya. Ia menampar Dian dengan emosi memuncak. Selama ini ia mempercayai Dian. Mendengar Melodi kecelakaan ia kembali ke kota ini. Ia ingin memaki Dian karena tidak bisa menjaga cucunya dengan baik. Tapi kenyataan menamparnya.
Aya terjatuh, tubuhnya melemas. Ia belum bisa menerima kenyataan ini.
Dian menangis, benar selama ini dia berbohong pada kekuarga Hiro. Ia sangat menyukai Hiro. Mengagumi pria itu sejak pertama bertemu dalam acara peresmian perusahaan orangtua Hiro. Ia terus mendesak orangtuanya. Betapa bahagianya ia menikah dengan Hiro. Tapi Hiro tidak  pernah melihatnya ada.
Hingga ia memutuskan untuk melakukan hal bodoh, yaitu tidur dan hamil oleh pria masa lalunya.
Dan sekarang Hiro mengetahui semuanya. Lalu bagaimana nasibnya dan Melodi selanjutnya?
Dian menatap Hiro yang berlarian pergi.

**
Di sisi lain, Rani hampir saja tumbang jika tidak ditahan dua polisi yang datang ke rumahnya. Nafas Rani tercekat. Kakinya melemah,  dengan sekuat tenaga ia berusaha kuat. Tidak mungkin puterinya meninggal.
Rani mengikuti mobil polisi yang akan membawanya menemui puterinya. Rani terpaku menatap para polisi yang berkumpul sambil membawa beberapa anjing pelacak.

"Ada saksi yang menemukan seragam  terbungkus pelastik penuh darah, di danau ini."
Rani mengambil seragam TK mirip sekolah puterinya.

"Mungkin saja puteri ibu tenggelam. Petugas masih berusaha mencari keberadaan puteri ibu."

Rani tidak lagi mendengar ucapan polisi, ia fokus pada name tag pada baju TK yang ia pegang. Tangannya bergetar. Kakinya melemas. Ia jatuh terduduk.
"Kanza." Ia berteriak tapi suaranya tak keluar.
"Kanza."
Sekuat tenaga ia berteriak menyuarakan nama puterinya, suaranya tak kunjung keluar. Air matanya menetes deras. Baju puterinya kering. Ada bekas darah yang begitu banyak. Puterinya dibunuh? Rani menangis histeris. Rani memeluk baju puterinya, memeluk dengan putus asa.
Rani berusaha berdiri kaki kecilnya berusaha berlari menuju danau. Ia ingin berteriak tapi suara tak kunjung keluar. Beberapa polisi berusaha menahan tubuh Rani untuk mencapai tepi danau.
Rani menangis histeris, tubuhnya memberontak. Kakinya goyah terjatuh lagi. Hidupnya benar-benar hancur.

Hiro berlarian keluar dari mobil, kakinya terpaku melihat Rani yang menangis terduduk. Jantungnya berdetak tak karuan.
Rani yang melihat Hiro melangkah mendekat, merangkak dan berlari menuju pria itu. Dengan sisa tenaganya ia menarik kerah baju Hiro. Dengan putus asa, ia berteriak marah tapi suaranya tak keluar.
Rani memukul tubuh Hiro kuat.

'Kanza, kembalikan Kanza.'
Rani menjatuhkan tubuhnya di kaki Hiro. Memohon agar pria ini mengembalikan puterinya. Ia masih percaya mereka yang menyembunyikan Kanza. Ia memegang kaki Hiro dengan putus asa. Hiro memegang pundak Rani dan menatapnya tajam.

"Aku juga papanya. Aku juga sayang Kanza." Hiro menatap Rani, matanya memerah menahan tangis. Dia juga begitu bahagia Kanza adalah puterinya.

Rani mendorong Hiro kuat hingga pria itu tersungkur. Hiro membelakkan matanya saat melihat Rani berlarian menuju danau. Rani benar-benar nekat. Ia masuk ke dalam air. Masih dalam tangisnya, ia meneriaki nama Kanza walau tidak ada suara. Hiro menarik tangan Rani yang ingin masuk semakin dalam. Tubuh keduanya sudah basah.

"Maaf, maafkan aku." Hiro menarik tubuh Rani yang melemah. Air mata jatuh di sudut matanya.
Hiro memeluk Rani yang terisak lemah.

"Maaf aku tidak bisa menjaga dara dagingku sendiri, dan lebih memperhatikan anak orang lain. Maaf."
Hiro menahan air matanya. Selama ini ia tidak pernah menangis. Matanya memerah.
Rani sudah menutup matanya tak sadarkan diri dalam dekapan Hiro.

Informasi buat pencinta Saga Ningrum Novel Istri Ndeso sang dokter udah ada di shopee

Informasi buat pencinta Saga Ningrum Novel Istri Ndeso sang dokter udah ada di shopee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang