38

7.5K 562 97
                                    


Kanza bahkan masih terpaku dengan kalimat Akio.

'Papa yang sama.'

Berati Akio menyadari jika ia adalah Kanza. Dan papa kandungnya adalah Pria itu. Lalu dimana Melodi?
Banyak pertanyaan di kepalanya yang hanya memusingkan kepalanya.

"Ada orang di sini."

Aku membelakkan mataku. Suara itu, salah satu pengawal rumah ini.

Aaaaaaaaaawww.

Kanza berteriak kencang. Ia akan terjatuh, sial kakinya tergelincir karena kaget.

Kanza menutup matanya dengan kuat. Ia yakin kaki atau tangannya patah. Tapi jelang berapa menit ia tidak merasahkan apa-apa.
Perlahan matanya terbuka. Yang ia lihat pertama adalah pria asing, salah satu pengawal Akio, sial kenapa tampan sekali. Bahkan lebih tanpan dari Om Rega. Ia belum pernah melihat pengawal ini sebelumnya.

"Kau sangat berat."

Kanza tersadar ketika suara berat itu terdengar. Kenapa suasana makin akward, tatapan mata pria inipun berbeda kesannya menyebalkan.

"Ukhuuumm." Hiro berdehem kuat.

Kanza tersadar, yang sekarang sedang menatapnya bukan satu orang. Ada banyak. Ada Akio juga. Pria itu ia harus berbicara dengannya. Sepertinya memang ia tidak bisa menyembunyikan semua ini.

Hiro cepat menarik Kanza dari tubuh Azka.

"Kayak monyet."

Kanza melotot lalu menendang Akio tapi remaja itu langsung bergeser.

"Benar-benar tidak berubah."

Kanza yang tersadar langsung menarik tangannya lalu berlari pergi. Ia baru sadar anjing galak di bawah pohon itu telah hilang.

Kanza langsung menghentikan langkah larinya saat di hadapannya Rani sedang menatapnya dengan tersenyum. Merentangkan tangannya lebar.

Kanza berkaca-kaca. Mungkinkah kesadaran mamanya telah kembali. Perempuan itu bahkan berdiri merentangkan tangannya lebar-lebar.

Kanza perlahan mendekat, ia seperti berjalan di atas beling. Untuk sampai dititik ini, ia benar-benar berjalan di atas banyaknya rintangan.
Kanza menangis saat mamanya berlari lalu memeluknya sambil menangis.

"Mama tahu ini kamu. Kanza anak mama yang malang."

Kanza tak kuasa menahan tangisnya. Seberapapun ia kecewa tapi takdir Tuhan tidak ada yang tahu.

"Mama tahu anak mama masih hidup. Mama tahu anak mama cuman main petak umpet."

Kanza menatap mamanya yang tertaa dalam tangisnya.

"Mama harus buatin Aza telur pakai sosiskan?!"

Rani begitu bersemangat.

"Ah, mama tidak pernah lupa. Tapi ini dimana? Ini bukan rumah kita!"

Kanza berbalik menatap Akio dan pria itu yang juga menatap mereka berdua sedari tadi.
Benar kata Akio mamanya bahkan tak mengetahui siapa Akio. Ia ingin membawa mamanya pergi, tapi kalimat Akio tadi benar-benar mengganggunya.

"Mama tunggu di sini."

Rani tercekat saat matanya bertemu pandang dengan Hiro. Pria itu menatapnya dengan sedih.

"Aku ingin tanya sesuatu sama Om."

Hiro menatap Kanza. Dari awal ia yakin Eneng adalah Kanza. Hingga ia melakukam tes DNA. Terbukti jika Eneng adalah Kanza. Sebelum ia mengatakan pada gadis ini. Semua terbuka begitu saja. Takdir Tuhan memang tak ada yang tahu.

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang