1

23.1K 924 27
                                    

"Anak haram, anak haram, anak haram."

Gadis kecil berambut ekor kuda itu mengepalkan kedua tangannya. Wajah putihnya memerah menjalar hingga telinganya.

"APA KATA KALIAN?"

Gadis kecil itu menarik baju salah satu anak cowok seusianya. Sedangkan sekeliling menjadi ricuh. Ia menarik kerah baju anak cowok itu tanpa takut. Bisik-bisik dan teriakkan teman-temannya menambah riuh suasana taman kanak-kanak .

"Katakan, kau bilang Kanza apa?"

Kanza, nama gadis kecil berusia lima tahun yang sedang memegang kerak baju cowok di depannya dengan emosi. 

"Kata ibuku kau tidak punya ayah. Kau anak haram."

Bughh.

Satu pukulan diberikan Kanza pada cowok seusianya. Ia benci sering dipanggil anak haram. Hanya karena ia tidak punya papa.

Keadaan semakin ricuh. Kanza gadis kecil tomboy yang selalu diejek dengan sebutan anak haram, memukul cowok dibawah tubuhnya membabi buta. Hingga beberapa guru melerai mereka. Melihat tubuh temannya tertidur penuh lebam di wajah sontak anak-anak berpekik takut, bagaimanapun mereka hanya anak kecil, yang akan trauma melihat kekerasan didepan mata mereka. Mereka menatap Kanza takut.

"Monster," teriak teman-temannya berlari. Sedangkan Kanza dibawa pergi salah satu guru TK.

*

"Saya minta maaf atas perilaku puteri saya."

Rani menunduk dalam. Ia benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi selain kata maaf. 

Rani masih menunduk memohon maaf. Jantungnya berasa akan copot, ketika mendapat panggilan telepon dari salah satu guru TK puterinya Kanza. 

Kanza Anindiya, puteri kecilnya yang baru berusia lima tahun harus hidup diantara teman sebaya yang tak menyukai dan tak ingin berteman dengannya. Rani menatap wajah puterinya yang terdiam begitu tenang. Puteribya selalu bersikap diam dengan sekitarnya.

 Rani menatap miris ketika matanya bersitatap dengan anak cowok yang menangis dalam pelukan ibunya.  Anak kecil itu babak belur. Kelakuan puterinya benar-benar tidak bisa ditoleri.

"Saya tahu anak saya salah. Tapi putera saya tidak pantas dipukul seperti ini. Lihat wajah putera saya, kamu dan anak kamu bisa membayar biaya rumah sakit hah? Didik anak kamu yang benar," ujar ibu anak cowok itu sambil melihat Kanza dengan sinis.

Rani masih menunduk dalam. Memohon maaf sebesar-besarnya. Rasanya begitu malu, ia tidak mendidik puterinya dengan baik. 

"Kanza ayo minta maaf sama tante Susan dan temannya." 

Rani menarik lembut tangan puterinya.
Bagaimanapun Susan wanita berkepala tiga dihadapannya ini adalah istri salah satu donatur di sekolah ini. Salah satu orang kaya di kota ini. Rani menatap Kanza yang hanya diam tak ingin berbicara.

"Anak kamu tidak bisa bicara? Kamu tidak didik dengan benar, makanya sikapnya kasar seperti ini. Masih kecil sudah begini, bagaimana besarnya?" Sindir wanita berkepala tiga itu menatap sinis Rani.

"AZA MAMA BILANG MINTA MAAF!" Rani benar-benar meneriakki Kanza. Mati-matian ia menahan tangis. Ia tidak pernah meneriaki Kanza, tapi kali ini sikap puterinya sudah keterlaluan. Ia benar-benar kecewa.

Kanza menatap mamanya sebentar lalu menatap ibu Susan dan teman kelasnya bergantian.
Wajahnya yang dingin memerah. Ia begitu kecewa mamanya meneriakinya.

Rani membuang wajah, tak tahan melihat wajah puterinya yang memerah akan menangis.

"Ante, Ares, maafkan Kanza." Napasnya memburu. 

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang