8

7.2K 559 17
                                    

Sudah Up yah. Jangan lupa vote dan commennya. Sangat membantu aku untuk semangat nulis.

Satu minggu telah berlalu. Benar dirinya kini jadi bahan gosipan para ibu-ibu kompleks. Dirinya sudah mncoba untuk menjauh dari Hiro. Tapi kini gadis kecil berkepang dua memeluk tas entah berisi apa. Menatapnya polos.

"Ante, Kanza ada?"

Rani mendesah bingung. Sebenarnya dari apa hati anak ini dibuat. Begitu gigih mengejar Kanza. Tapi puterinya terlihat masa bodoh. Lihat sajah Kanza meimilih memukul samsak yang dibuat satpam penjaga komplek rumah mereka. Awalnya ia juga kesal dengan permintaan aneh puterinya. Tapi apa daya dirinya. Mengikuti semua kemauan Kanza lebih baik dari pada anak gadisnya ngelunjak. Kanzanya gadis yang keras kepala.

Aku menunjuk ke arah samping dimana Kanza sedang memukul samsak dengan tangan kecilnya.

Melodi gadis kecil itu tersenyum senang, ketika melihat sosok Kanza.

"Anza ayok main berbie sama aku."

Rani mendesah berat. Melodi anak itu datang diantar supir keluarga mereka. Bagaimana ia mengusir anak ini. Ia tidak sejahat itu. Hanya sajah dirinya sedang jadi bahan omongan para tetangga. Bisa sajah mereka beranggapan dirinya sedang berusaha  berdekatan dengan puteri Hiro.

Rani menatap Kanza yang masih setia dengan samsak dihadapannya. Kanzanya juga ikut kelas karate. Awalnya ia tolak mentah-mentah, hanya sajah Kanza keras kepala. Jadi membiarkan Kanza bahagia dengan pilihannya. Mengamati sajah, jika berbahaya maka kemauan yang tidak masuk akal akan ia tolak.

Rani mendesah lagi, kenapa akhir-akhir ini banyak sekali gangguan. Rani menatap Melodi yang berdiri tidak jauh dari Kanza. Terus sajah berceloteh, mengajak Kanza bermain barbie bersama.
Rani menggeleng dan tersenyum kecil. Lucu sekali tingkah keduanya. Sepertinya Melodi begitu tulus berteman dengan Kanza. Sudah berapa banyak penolakkan tapi Melodi tetap kukuh benar-benar keras kepala anak Hiro itu.
Rani kembali memjaga tokonya bersama Briona.
Membiarkan dua gadis kecil itu bermain dihalaman kecil rumahnya.

*
Melodi terus sajah berceloteh. Kanza yang kesal memilih diam dan terus sajah memukul samsak kecil yang dipasang pak satpam kompleks.

"Za, ayok main sama aku. Aku bawa banyak mainan dari rumah."

"Kok cuman diam sih."

"Anza marah ya sama Odi. Maafin Odi yah."

"Odi, jauh dari sini. Nanti kena."  Teriak Kanza kesal.

"Yeeey, akhir Anza ngomong."

"Minggir Odi." Kanza mengeram kesal. Walau ia terlihat kejam. Tapi tidak untuk mencelakai orang.
Kenapa juga gadis manja ini terus saja mengintil dirinya.

"Odi awas." Teriak Kanza. Karena samsak yang ia pukuli akan mengenai Melodi. Jika sajah tubuh orang dewasa tidak menopang Melodi.

Kanza memucat. Hampir sajah mengenai Melodi.

Tubuh dewasa itu menoleh, wajah merah padam. Kanza menelan ludahnya kasar.

"Saya tidak menyangka kamu sekejam ini. Kejiwaan kamu memang terganggu. Kamu mau mencelakai orang lain."

Kanza menatap Hiro papanya Melodi dengan berkaca-kaca. Selama ini ia tidak peduli dengan hinaan orang, walau nanti ia akan menangis juga saat sendirian. Tapi wajah pria ini yang begitu marah, dan kata-kata yang ia keluarkan begitu menyakiti hatinya.

"Pa, jantung Odi."

Hiro yang terkejut segera membopong puterinya kerumah sakit, tidak sengaja menyenggol samsak itu dengan kuat hingga terkena Kanza yang berdiri di belakang samsak. Gadis kecil itu tidak menghindar karena masih terpaku dengan perkataan papanya Melodi.
Rani yang melihat itu berteriak histeris.

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang