35

7.1K 554 36
                                    

"Kanza."

Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Hiro. Sedangkan Akio langsung berbalik menatap gadis yang tadi membantingnya seakan membanting boneka. Tidak mungkinkan dia Kanza.

"Maaf om. Saya Eneng."

Eneng mnggaruk kepalanya yang tak gatal. Rasanya aneh.

"Maaf Tuan. Gadis ini memukul tuan muda hingga terjatuh."

Akio mendelik sebal pada salah satu pengawal papanya. Bisa-bisanya ia berbicara seakan gadis ini telah mengalahkannya.

"Siapa yang menjatuhkan siapa?" Tanya Akio sebal.
Akio melototi pengawal agar tidak sembarangan bicara. Hiro mengamati wajah Eneng dengan seksama, ia benar-benar tidak bisa berpaling menatap wajah gadis muda ini. Hatinya berteriak ingin memeluk, tapi ia tidak bisa melakukan hal gila seperti itu. 

"Tuan, Tuan. Nyonya, itu di belakang ngamuk!"

Teriak salah satu pembantu rumah ini membuat atensi Hiro langsung berganti. Segera ia berlari di susul Akio. Begitu juga dengan para pengawal. Eneng yang merasa ditinggal sendirian ikut berlari ke belakang. ia merasa bodoh amat, walau bukan rumah Rega.

Entahlah ia merasa aneh dengan keluarga ini. Sikap Akio yang terlihat berbeda.

Eneng menghentikan langkah kakinya saat melihat Akio dan papanya yang berusaha menghentikan wanita paruh baya yang masih cantik walau terlihat aneh. Mungkinkah wanita itu gila.
Eneng menelan ludahnya. Masih ada ternyata orang kaya yang gila, padahal dikelilingi harta berlimpah atau lebih tepatnya tidur di atas uang.

Mata keduanya berhenti. Rani yang awalnya berontak menggila berhenti seketika.

Mata Rani berkaca-kaca. Eneng yang melihat tatapan sedih itu tiba-tiba terhentak kaget. Ia menghapus air mata yang tiba-tiba keluar. Eneng menatap air mata di tangannya. Ia menangis.

"Tapi kenapa? "

Eneng menatap keluarga itu lalu berlari pergi. Kenapa ia harus menangis tiba-tiba hanya karena menatap mata wanita itu?

Eneng bersandar di balik pagar rumah Rega. Kenapa jantungnya berdetak kencang? Waktu abahnya meninggal ia tidak menangis. Ia tidak pernah menangis. Ia jarang menangis. Ah, bahka tidak pernah menangis. Ia tak tahu kapan terakhir kali ia menangis. Tapi, hanya melihat tatapan mata itu ia menangis.

Setelah kejadian di rumah Akio. Eneng banyak pikiran. Bahkan nasinya terus saja ia aduk-aduk. Yang ia pikirkan hanya satu. Air matanya. Kenapa ia bisa menangis? Memikirkan hal itu terus hanya membuat kepalanya sakit. 

Eneng tercekat saat matanya menatap Akio yang berdiri seperti mayat hidup di ujung sana.

Pria itu bahkan tidak bergerak dan terus saja menatapnya.

"Maaf, aku masuk tanpa izin. Pintu tidak ditutup. Aku mau antar ini."

Nafas Eneng yang tadinya ia tahan, perlahan ia keluarkan pelan-pelan.

"Gila gak sih kamu? Bisa-bisanya berdiri kayak patung seperti itu."

Eneng membuang mlnafasnya kasar. Untung ia tidak melempar Akio dengan pisau. Ia tidak bisa membayangkan jika pisau tertancap pada tubuh Akio. Otomatis penjara menjadi rumahnya.

Eneng melangkah mendekat. Ia menatap benda yang Akio sodorkan.
Gelangnya lagi.

Eneng mengangkat sebelah alisnya, kenapa wajah Akio seperti es batu. Eneng mengambil gelang di tangan Akio dan menatap wajah Akio kesal.

"Wajahmu jelek sekali!"
Akio mendengkus malas. Kenapa perempuan ini malah menghinanya. Hanya perempuan ini saja yang berani mengatainya.

"Lain kali jangan masuk rumah orang sembarangan. Belum aja kamu ditangkap sama anjing rumah ini!"

Belum tahu saja jika Rega galak seperti anjing rumah Akio. Apalagi Rega belum pulang.
Akio mengendikkan bahunya dan melangkah pergi. Sedangkan Eneng sudah meneriaki Akio yang bertindak kurang ajar, bisa-bisanya ia pergi begitu saja.

**

Setelah kejadian itu, satu minggu telah terlewati. Ia tidak pernah lagi keluar dari rumah Rega. Bukan kehendaknya, tapi detektif itu benar-benar mengurungnya. Saat pria itu keluar, ia di sini menghabisi waktu dengan menonton TV. Sudah satu minggu juga ia tidak melihat Akio. Entah mengapa ia malah ingin mengusili si manusia datar Akio.
Entah mengapa Rega melarangnya keluar. Satu minggu serasa disekap. Orang sepertinya mana bisa tenang. Tapi Rega benar-benar menyewa orang untuk memata-matainya. Gila kali tuh cowok.

Belum lagi pernikahannya. Entah mengapa hatinya risau. Ia tidak pernah berfikir akan menikah. Tidak sekalipun bermimpi. Ia masih muda tapi tidak punya masa depan. Selama ini ia hanya mencopet dan lari dari kejaran masa atau preman. Hidupnya benar-benar menyedihkan. Jika cinderella kehilangan sepatunya, lalu menikah dengan pangeran. Maka dirinya berbalik mencuri lalu terjebak pernikahan.

Sekarang hidupnya benar-benar akan sempurna. Ini bagai mimpi. Siapa yang tidak akan senang jika hidup menderita dan naik tingkat menjadi seorang puteri. Apa lagi, mama Rega sering mengirimnya gaun-gaun mewah.

Merasa bosan karena terus larut dalam pikirannya. Eneng memilih keluar. Bodoh amat dengan larangan Rega.

Menghirup udara kompleks sore yang segar. Eneng berjalan-jalan. Matanya melirik rumah besar Akio. Entah mengapa ia terus saja menatap rumah besar di hadapannya.
Di depan rumah matanya menangkap sosok wanita yang duduk di kursi rodanya. Menatap kosong ke arah depan tanpa ada pengasuh yang pernah ia lihat.  Entah mengapa kakinya perlahan melangkah mendekat. Perlahan mendekat wanita cantik itu bahkan tak bergerak sama sekali. Ia berjongkok dan memperbaiki sendal perempuan paru baya yang ia tahu adalah mama Akio.

Eneng mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu.

"Ma Kanza lapar!"

"Kanza jangan nakal!

"Pilih samsak atau sepeda?!"

Eneng memegang kepalanya yang mulai sakit. Bayangan itu. Kenapa nama perempuan itu selalu muncul di kepalanya.

"Aza!"

Jantung Eneng serasa direnggut. Wanita itu mengelus rambutnya.

"Mama, Aza mau ke taman."

"Aza nakal lagi hah?!"

Eneng makin memekik sakit memegang kepalanya.
Wanita itu adalah wanita di hadapannya.

"Mama?"

Kaimat itu keluar begitu saja dari mulut Eneng. Hingga ia tak sadarkan diri.

Maaf cuman dikit. Aku sibuk banget😣😣

 Aku sibuk banget😣😣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang