3

11K 824 35
                                    

Hay, up yah. Aku sibuk banget. Aku harap masih ada yang setia nunggu cerita Rani dan Hiro😃

"Kadang kita hanya bisa berharap. Walau nyatanya hanya sebagai angan yang tidak bisah diraih."

😣😣
Hiro masih menatap gadis kecil yang bersembunyi di belakang tubuh Rani, sesekali melirik dirinya.

Rani menatap aneh arah mata Hiro yang masih terus menatap puterinya. Ah, mungkin Hiro kaget karena dirinya sudah punya Anak. Apalagi puterinya berusia lima tahun. Aneh bukan waktu itu ia baru menyatakan cinta. Lalu muncul lagi dihadapanya dengan memperkenalkan anak. Sungguh takdir yang manis. Mereka dipertemukan kembali. Padahal ia begitu canggung. Setelah ia jujur tentang perasaannya, ia harus menelan luka penolakan dari Hiro. Sekarang mereka telah punya kehidupan masing-masing.

"Anak kamu?"

Rani mengerutkan dahinya. Benar anaknya. Kenapa Hiro menanyakan lagi. Ah, pria ini pasti begitu kaget. Memang kepergiannya lima tahun yang lalu karena ia hamil. Hamil tanpa tahu pria yang menidurinya malam itu.

"Mas, apa yang terjadi dengan Melodi?"

Rani menatap terkejut wanita berambut pirang dengan tampilan modis. Bukannya dia wanita yang marah-marah hingga ia dipecat. Dunia sesempit daun kelor benar ya.
Wanita itu menatap penuh khwatir puterinya. Sifat wanita ini sangat kasar. Ia tidak menyangka ternyata ini istrinya mas Hiro, pria yang pernah ia kagumkan.

Yang dikagumkan sudah milik orang lain. Sudah menjadi milik orang lain. Pantas saja Hiro menolak pengakuan cintanya. Selera Hiro ternyata wanita cantik ini. Bagaimana bisa ia bersaing dengan kecantikan yang dimiliki istri Hiro. Jauh sekali.

Rani menggelengkan kepalanya, mengusir pemikiran aneh di kepalanya. Semua hanya masa lalu yang harus ia lupakan. Kenangan pahit itu tak pantas untuk ia ingat.

Walau mas Hiro masih sendiri ia tidak ingin berharap lagi. Toh dia sudah punya anak. Rasanya tidak pantas lagi berharap. Biar rasa yang pernah ada terkubur dengan baik. Ia bukan lagi Rani yang dulu. Jika saja malam itu ia tidak pergi ke bar. Jika saja malam itu ia tidak menerima minuman dari teman-teman kampusnya. Semua tinggal penyesalan. Takdir Tuhan memang mengejutkan.

"Kamu lagi. Anak kamu apakan anak saya hah?" Bentak wanita itu tepat di wajahnya.
Rani tersadar dari lamunanya. Perempuan ini benar-benar kasar.

Rani meMegang tangan Kanza yang memeluk kuat pinggangnya. Puterinya benar-benar ketakutan. Sejenak menatap Kanza yang menatapnya penuh rasa bersalah.

"Maaf, apa kita bisa bicarakan ini baik-baik? Tanya Rani pelan.

Mati-matian ia menahan untuk tidak memaki wanita di depannya yang tidak punya etika sama sekali. Bukankah sebagai orangtua harus saling pengertian. Semua punya anak yang disayangi.

"Bicara baik-baik? Kalau terjadi sesuatu sama anak saya, bisa apa kamu?'

Rani benar-benar tak habis pikir. Wajah cantik di hadapannya ini benar-benar angkuh. Dan Hiro pria ini hanya diam, ia jelas melihat tidakan Hiro tadi. Kanzanya juga pasti terluka. Kenapa sebagai orangtua mereka mau menang sendiri.

"Diam Dian. Kamu mau anak kamu mati karena serangan jantung."

Rani mengerutkan keningnya. Kenapa bahasa mas Hiro kayak gitu. Dingin dan terkesan datar. Sontak wanita bernama Dian di hadapannya langsung diam, tapi masih ada kesinisan dalam tatapannya. Rani masa bodoh, perempuan ini memang tabiatnya buruk.

"Melodi udah nggak apa-apa pah. Tadi anak-anak cowok itu yang dorong Odi sama Kanza." Tutur Melodi pada papanya. Ia masih nyaman dalam gendongan sang papa. Sedangkan Kanza sempat melirik lalu kembali memeluk pinggang mamanya.

Hate And Love(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang