Di Sini Aku pakai Kanza aja yah. Dia udah ingat soalnya🤣😂 tapi nama Eneng tetap ada kok.
Bohong jika sekarang ia bisa menahan tangisnya. Baru di depan pintu rumah Rega Kanza berjongkok. Tangisnya semakin kejer. Kanza memukul dadanya. Kenapa kenyataan begitu menyakitkan. Ia rindu mamanya. Tapi sekarang hatinya benar-benar kecewa. Mamanya ternyata sudah punya keluarga lain. Selama ini ia hidup keras di jalanan, tidak ada yang mencarinya.
"Astaga, Eneng saya cari kamu dimana-mana. Saya pikir kamu diculik."
Kanza masih menunduk sambil menangis. Tidak peduli dengan omelan kapten detektif satu ini.
"Neng kamu kenapa? Kamu dilecehkan siapa?"
Rega ikut berjongkok memegang dua lengan Kanza. Ia panik, tidak biasanya ia melihat perempuan ini menangis.
"Aku gak apa-apa. Hanya hati aku sakit banget."
Kanza semakin menangis kejer. Ia tipe yang menangis panjang jika ada orang yang tepat menjadi sandarannya.
"Kita ke dokter, hati kamu sakit sekali? Jangan sampai infeksi?"
Kanza berhenti menangis. Berapa tahun pria ini menjadi detektif? Kenapa tidak tahu sakit hati?
"Hati aku sakit Om. Bukannya infeksi. Saya hanya ingin menangis."
Kanza mengambil ujung bajunya Rega, lalu melap ingusnya.
Ekspresi Rega jangan tanya lagi. Ia harus kembali ke kantor polisi. Ia harus melakukan investigasi atas kasus yang ia tangani. Sekarang ia harus menangani bocah yang mulanya pemberontak sekarang menjadi cengeng.
"Maaf ya om. Aza pinjam bentar lengan bajunya."
"Hah Aza?"
Kanza tersadar langsung kicep."Apa sih om. Aku bilang asal pinjam lengan bajunya."
Rega yang mulanya curiga, langsung berdiri. Mungkin telinganya bermasalah karena mendengar tangisan Eneng.
"Ya sudah masuk. Kamu bandel ya dibilangin jangan keluar rumah."
Kanza hanya mengangguk. Dalam hatinya bersyukur. Rega bukan orang yang mudah dikelabuhi. Lain kali ia harus lebih berhati-hati. Ia harus menyimpan fakta ini baik-baik. Sudah terlalu lama, ia bahkan lupa sebagian kisah masa kecilnya. Ia belum siap kembali pada mamanya. Apalagi ada pria itu. Jangan bilang mamanya adalah istri kedua. Pria itu semakin ia benci.
Bugghh
"Aaaawsh."
Kanza memegang kepalanya yang menabrak benda keras di hadapannya.
"Kamu punya masalah?"
Kanza mengangkat wajahnya. Tangannya masih memegang keningnya yang terbentur punggung Rega.
"Hah? Om kenapa berhenti gak bilang-bilang?"
Rega mengangkat alisnya.
"Kamu yang jalannya melamun. Jangan teledor lagi, ini rumah, kalau di jalan kamu bisa mati digilas truk."
Kanza bergidik ngeri, bisa-bissnya pria ini punya pikiran mengerikan itu. Tapi benar kata Rega. Ternyata masalah bisa bikin orang hilang arah.
Kanza kembali menunduk. Sedangkan Rega mengangkat wajah Kanza hingga mata mereka bersitatap.
Kanza menelan ludahnya kasar. Kenapa mendadak jadi canggung begini.
"Mata kamu benar-benar bengkak."
Kanza meneliti wajah Rega dengan seksama. Ia seperti mengenal tapi lupa dimana. Mungkin hanya perasaannya saja. Kanza langsung berjaga jarak. Sungguh jantungnya berdetak lebih kencang. Ini salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate And Love(END)
RomanceAku dan segala kenangan di kota metropolitan. Segala pergaulan anak muda. Membawaku pada rumah kecil di kota ini. Dengan pelitaku yang cantik. Buah hatiku yang hadir tanpa sosok ayah. Tentu saja sampai detik ini aku sendiri tidak tahu siapa ayah bay...