Surat Dari Rikha

107 112 7
                                    

Hari ini adalah hari kelabu bagi Kazeo langit yang cerah tidak bisa membuat hatinya cerah juga melainkan mendung yang tidak ada hentinya. Semalaman Kazeo menangis tidak henti-henti kedua matanya. Bahkan di pemakaman Rikha mata Kazeo masih sembab karena terus-terusan menangis tanpa henti.

"Kazeo Ibu tahu nak kamu pasti sedih sekali Ibu tahu kamu juga terpukul atas kepergian Rikha, tapi kamu harus kuat dan ikhlas kalau kamu sedih terus seperti ini arwah Rikha nanti tidak tenang," hibur Ibu Rikha merangkul Kazeo.

"Iya Buk saya janji saya akan selalu tersenyum terus mengikuti kata-kata Rikha."

"Kazeo ini surat untuk kamu surat ini dari Rikha dia titip untuk diserahkan ke kamu." Ibu Rikha menyodorkan sepucuk surat dengan amplop bergambar karakter kartun. Kazeo ingat satu minggu sebelum Rikha rawat inap dia mengantar Rikha pergi ke toko Buku untuk membeli peralatan tulis salah satunya adalah amplop ini.

"Terimakasih Bu."

"Kami harusnya yang berterimakasih ke kamu, karena kamu Rikha bisa pergi tanpa beban dan terus tersenyum bahkan sampai di akhir hayatnya." Ucap Ayah Rikha.

Kazeo akhirnya pulang di perjalanan dia membuka surat tersebut dan membacanya.

Untuk Kazeo:

'Hai Kazeo kalau kamu baca surat ini berarti aku sudah meninggal kamu sedih ya sama kok aku juga sedih. Pertemuan kita memang singkat tapi sangat berkesan andai saja aku nggak punya penyakit ini pasti aku lebih punya banyak waktu sama kamu.

Kamu ingat nggak kapan kali kita bertemu? Pasti kamu sudah lupa soalnya kamu dulu masih ambis banget, kita pertama kali bertemu saat Olimpiade Fisika kamu bikin semua penonton terpana karena kamu dapat sapu bersih semua pertanyaan dan dapat skor sempurna aku langsung jatuh cinta sama kamu dan nyari informasi tentang kamu. Aku kayak stalker? Nggak papa demi bisa ketemu kamu, ternyata setelah lihat kamu ternyata kamu tinggi, kulit kamu lebih putih dari aku, mata kamu sayu, genggaman tangan kamu juga hangat dan lembut, rambut kamu juga lembut dan harum.

Walau sekarang aku sudah nggak ada aku masih tetep ngawasin kamu dari atas jadi jangan di kamar terus kamu sesekali keluar pergi ke alun-alun ke bioskop sendirian nggak papa kok.

Jangan lupa janji kamu buat masuk SMA Garuda kamu harus rubah sekolah itu menjadi lebih seru kasih tahu ke mereka bahwa bersenang-senang itu juga penting.

Maaf ya Kazeo udah ninggalin kamu, maaf aku nggak pernah buatin kamu ayam geprek kesukaan kamu lagi, Sunset yang kita lihat adalah Sunset terbagus yang pernah aku lihat seumur hidup, makasih udah ngajak aku ke bioskop filmnya bagus cuma serem hantunya jadinya kamu yang aku pukul.

Terimakasih Kazeo, aku sayang sama kamu cinta sama kamu suka sama kamu.'

Air mata Kazeo menetes membasahi surat Rikha, Kazeo yang tadinya berusaha untuk tidak menangis akhirnya menangis lagi, kali ini adalah tangisan terkencang dalam kehidupan Kazeo dia sudah tidak peduli kalau dia masih ditempat umum.

"Iya Rikha aku akan meneruskan apa yang kamu mau, aku juga sayang sama kamu."

Flashback off.

"Yup setelah itu kalian tahu sendiri lah kayak apa Kazeo, walau disekolah Kazeo masih suka selengean di rumah Kazeo tetep Kazeo tapi udah nggak kayak dulu sih," ujar Chintya.

"Bagaimana Naz kamu dah puas dengan cerita Kak Chintya?" tanya Eri menyadarkan Nazli yang dari tadi anteng dan fokus.

"Eh? Iya udah cukup banget itu makasih ya kak udah mau berbagi cerita."

"Sama-sama jangan bilang sama Kazeo tapi ini dia paling nggak suka kalau gue cerita hal ini," pesan Chintya.

"Gimana sekarang lo Naz mau tetep lanjut ke Kazeo atau udah nyerah?" tanya Eri.

"Nggak Eri Kazeo belum menegaskan dia nolak gue selama masih ada kesempatan gue bakal tetep kejar dia," ucap Nazli penuh semangat berapi-api.

"Ngejar gue kenapa emang?" tanya Kazeo dari belakang.

"Ehh Ka... Kazeo?"

"Saya Kazeo ada gerangan apa," saut Kazeo meyambut kegugupan Nazli. Melihat Nazli gugup Kazeo malah menggoda Nazli dia mendekatkan wajahnya ke Nazli, Nazli semakin gugup dengan tingkah Kazeo yang tidak seperi biasanya matanya berputar-putar kepalanya panas dan berasap karena terlalu gugup akhirnya Nazli pingsan.

"Iya Pingsan dia!"

NazliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang