Hari senin 12, Mei. Seharusnya hari ini, diadakan ujian kenaikan kelas. Tetapi hal itu tidak bisa terlaksana, karena SMA Garuda disegel.
"Anjir beneran, harusnya kita ujian buat naik kelas. Sekolahnya malah tutup," gerutu Simon. Para anggota OSIS bawah sekarang sedang berkumpul di rumah Kazeo. "Jangan ngeluh, yang kita lakuin sekarang adalah mikirin gimana caranya, buat nyelesain nih masalah." Sekarang Kazeo, yang bersuara.
Dari tadi dia lelah mendengar keluhan teman-temanya. Navi, yang temenung tidak jelas, Windy yang ngomel tidak berhenti-henti, Ayu yang menangis dan Kyla yang takut mengulang sekolah. Semua jadi satu. Kepala Kazeo, serasa pecah. Kazeo, yang biasanya tenang, harus terusik dikarenakan teman-temanya.
"Oi Navi, jangan diam terus," tegur Kazeo. Tatapan Navi kosong, seperti kehilangan harapan. Padahal beberapa minggu yang lalu dia punya pacar.
"Aku, diputusin, sekolah ditutup. Apakah, ada yang lebih parah dari itu?" Navi berbicara dengan nada sendu. "Aku tidak tahu Nav, kalau kamu diputusin? Sejak kapan?"
"Baru kemarin."
"Kok bisa?"
"Lupa tanggal jadian," jawab Navi, singkat.
"Pfft." Kazeo berusaha menahan tawa. Dia geli mendengar alasan putus Navi dengan Eri. "Wahahahaha, Navi dari berbagai alasan. Kamu lupa tanggal jadian. Pasti Eri tipe yang suka sensitif tentang tanggal jadian."
Navi, mengangguk setuju. "Nih, buktinya." Navi menunjukkan bekas tamparan Eri yang masih membekas.
"Gila, ceplakanya Eri," ledek Kazeo, yang diiringi tawa dari yang lain.
"Navi, welcome to jomblo," hibur Ken. Walau tidak terlalu membantu sih. Tapi setidaknya Navi bisa sedikit lupa.
"Kalian jangan sampai lupa, apa tujuan kita kesini," Windy, mengingatkan para anak cowok, yang malah santai saja dan mengambil Ps.
"Tentu saja kita ingat." saut Kazeo.
"Apa, memangnya?"
"Bermain, adalah jalan ninja kami!" jawab mereka serempak. Windy yang geram langsung menghantam semuanya tanpa terkecuali.
"Masih, membantah?" tanya Windy. Dengan intonasi mengancam. Kazeo dan yang lainnya tertunduk lesulesu, dipojoan. Nazli, menatap para anak laki-laki dengan tertawa.
"Kazeo, memangnya tidak ada tindakan yang bisa kita lakukan?" Tanya Chintya.
"Apa emangnya? Apakah kita kesekolah dan menyapa mereka semua. Hai, kami siswa SMA Garuda. Kami ingin surat kuasa sekolah kami, terimakasih." beo Kazeo. "Lagipula, bukannya kalian sudah ku peringatkan tempo hari? Saat rapat edisi 77. Tapi kalian mengindahkan himbauan ku."
"Kami, tidak mengira sampai seserius ini," kilah Kyla.
"Untungnya, aku selalu berpikir 2,3 langkah lebih maju dari kalian. Aku sudah menugaskan Windy untuk mencari informasi tentang, Arvino. Windy jelaskan," perintah Kazeo. Windy menghela nafas dan membenarkan posisi kacamatanya.
"Arvino Ardawinata. Dia bergerak dalam bisnis real estate. Dalam sepak terjang karirnya, dia memang suka mengambil paksa tanah, dia tidak segan-segan menggunakan cara kejam, demi mendapatkan tujuannya." Windy berhenti sejenak. Dia mengambil proyektor dan menghidupkannya. Muncul banyak gambar dan video. Semuanya berisi perampasan tanah secara paksa, dari sawah, sekolah dan pemukiman.
Tapi ada satu hal yang membuat semuanya terkejut. Yaitu fakta bahwa, setiap perampasan tanah selalu ada Nirvana. "Benar sekali dengan apa yang kalian pikirkan," sela Kazeo, melanjutkan. "Nirvana, adalah biang semuanya. Dia ditugaskan untuk mencari informasi dari tempat yang akan direbut paksa, Arvino. Dia bukan anak remaja, dia ini sudah berumur. Mungkin sekitar 25-26, dia pasti penyamar handal."
"Melihat fakta di lapangan. Apakah kita bisa menyelamatkan sekolah?" tanya Nazli, penasaran.
"Tentu saja bisa. Ini akan jadi kali pertama, Arvino gagal dalam rencananya. Dia sudah berurusan dengan orang yang salah."
"Bagaimana caranya Kazeo? Sedangkan Arvino memiliki dokumennya," sanggah Nazli.
"Kita memang tidak bisa, jika dia punya dokumen aslinya," ujar, Kazeo. Sudut mulutnya terangkat. "Apa, maksud kamu?"
"Dokumen yang dibawa Arvino, adalah dokumen palsu. Nirvana pernah memberi dokumen palsu, maka kita balas dia dengan dokumen palsu." Seluruh teman-temanya langsung berubah. Mereka punya secercah harapan. "Bagaimana caranya, Ketua?" tanya Ken, kegirangan campur tidak percaya.
"Mudah saja, untung saja Windy, percaya omonganku. Dia mengetahui sebenarnya Nirvana bukanya tidak datang sekolah, melainkan mengendap-ngendap, berusaha mencuri dokumen sekolah. Kalian bertanya bagaimana caranya aku menukarnya? Tentu saja dengan cara mengambilnya terlebih dahulu.
"Aku selangkah lebih maju. OSIS bawah tidak bisa diintervensi dan kami punya wewenang untuk melakukan apa saja, selama kami tidak melanggar batas norma. Aku mengambil dokumen yang asli. Dokumen yang hilang sebelumnya, hanya dokumen minor, yang tidak bisa dipakai untuk merebut sekolah. Aku menukar dokumen tersebut dan menggantikannya dengan dokumen palsu."
Semua yang berada disana bertepuk tangan berdecak kagum. Mereka tidak menyangka Kazeo, bisa se cerdik ini. Padahal dari luar, Kazeo hanyalah murid urakan yang tidak pernah mengerjakan tugas. Padahal Kazeo adalah siswa tercerdas di SMA Garuda.
"Terus, kenapa Arvino bisa sepongkak itu?" Nazli masih penasaran. "Itu mudah Nas, dari luar itu memang mirip dokumen asli, tapi aku memakai sedikit trik sulap. Tinta dokumen palsu itu, berbeda dari tinta pada biasanya. Tinta palsu itu akan berubah bentuk setelah beberapa hari dan hari ini tepat tinta itu akan berubah. Dan aku sangat ingin mengetahui bagaimana wajah Arvino. Jika kalian penasaran dimana dokumen yang asli, aku sudah menyimpan dokumen itu di brankas ku." Nazli, akhirnya bisa bernafas lega. Dia langsung duduk di sofa empuk.
***
Ditempat lain
"Hahahah, aku bangga dengan kalian," puji pria berbadan besar. Tampilannya sangat buruk dengan wajah yang sangat mengerikan. Dia sedang berbicara di ruangannya.
"Bagus Nirvana dan Arvino. Kalian selalu berhasil. Akhirnya, aku mendapatkan SMA Garuda," imbuhnya. Rupanya dia adalah atasan dari Arvino dan Nirvana. Dengan sebatang cerutu dia bersenang-senang atas keberhasilannya.
"Tentu saja Tuan, kami tidak akan pernah mengecewakan anda. Jika tidak ada hambatan, besok SMA Garuda hanya akan meninggalkan puing-puing saja. Nirvana, serahkan dokumennya." Nirvana hanya diam saja tanpa menjawab. Dia langsung memberikan dokumen itu ke Bos besarnya, secara harfiah dia memang besar. Dengan uang sebanyak itu seharusnya dia bisa diet, atau sedot lemak.
"Terimakasih Nirvana." Bos besar itu melihat dokumen sekolah. Tapi raut wajahnya langsung berubah, yang tadinya senang menjadi suram, saat membuka dokumen sekolah. "Apa, maksudnya ini? Kau mau bermain-main dengan ku?" Bos besar geram. Dia menarik dasi Arvino, sampai tercekik. "Maaf, Tuan. Saya tidak paham maksud anda."
"Pura-pura, tidak tahu. Lihat!" Arvino melihat dokumen yang dipegang Bosnya. Arvino, langsung terkejut, matanya melotot tajam. Dia sendiri tidak percaya. Dokumen yang kemarin masih berisikan tulisan sekarang didepan matanya berubah jadi gambar emot 🗿.
Nirvana, yang mengerti situasi cuma bisa mengigit jarinya geram. Dia tahu ini pasti ulah Kazeo.
"Sialan! Kalian harus bisa membawakan dokumen yang asli. Aku tidak peduli caranya, jika kalian gagal, kalian akan tanggung konsekuensinya!" perintah Bos besar dengan intonasi tinggi.
Widih, Kazeo emang pintar. Arvino aja sampai dikibulin. Gimana ya nasib SMA Garuda? Apakah akan selamat? Atau tetap akan dihancurkan? Terus pantau Nazli, karena sebentar lagi akan tamat. Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Nazli
Teen Fiction[Akan Direvisi setelah tamat, semoga kalian suka dengan karyaku] Nazli Wanita paling sempurna. Seperti itulah yang dilihat oleh orang lain. Pintar cantik memiliki banyak segudang prestasi dikagumi oleh semua murid diseluruh SMA Garuda. Tapi Nazli m...