Selamat anda kena prank

32 21 44
                                    

Pagi, ini. Jika sesuai jadwal. Bos besar Arvino akan membawa mesin penghancur. Banyak sekali kendaraan besar yang dibawa. Ada mesin kontruksi yang membawa bola besi yang besar. Siap menghantam seluruh bangunan sekolah.

"Hahahah! SMA Garuda, akhirnya jadi milikku!" congkaknya. Sepanjang perjalanan ke SMA Garuda, dia tertawa sombong, sambil mengisap cerutu. "Apakah, tidak bisa menunda Bos." Salah satu karyawannya, tergopoh-gopoh, mengejar bosnya yang duduk santai di salah satu mesinnya.

"Buat apa menunggu, lama-lama? Aku, sudah menunggu momen ini." Bosnya keras kepala. Dipikirannya, hanyalah cepat-cepat menghancurkan SMA Garuda. "Bos, saya merasa ada yang tidak beres. Saya meragukan keabsahan dokumen ini." Karyawannya menunjukkan dokumen yang diberikan Arvino.

"Aku, tidak peduli. Kalaupun benar itu palsu lagi. Aku, tetap akan menghancurkan SMA Garuda." Bosnya itu masih keras kepala. Sudah besar badan, kepalanya keras. Sungguh paket lengkap.

Tetapi laju dari mobil konstruksi harus berhenti. Bangunan SMA Garuda, tertutup kain selambu yang besar. Satu bangunan tertutupi, tidak ada celah sama sekali. SMA Garuda seperti terbungkus.

"Apa-apaan, ini." Pegawai, yang sedang menyetir, mengernyitkan dahinya. Seumur hidup dia kerja baru kali ini, dia menemui kasus seperti ini. "Bagaimana Bos, kita tetap kesana?" Tanya pegawainya.

Bos besarnya, sempat berpikir sejenak. Menimang-nimang. Akhirnya keputusannya sudah bulat, sebulat badannya. "Lanjutkan, mungkin mereka ssudah pasrah dan menyerahkan sekolahnya dengan sedikit kado." Pegawainya, mengangguk paham. Dia, melanjutkan laju yang sempat terhenti. Sesampainya disana. Tiba-tiba mesin mereka mati mendadak.

"Kenapa berhenti?" Tanya bos besar. "Saya, tidak tahu. Tiba-tiba mesin mati. Saya sudah berusaha menghidupkannya, tapi percuma berbunyi saja tidak. Mesinnya benar-benar mati." Bosnya menyergah kasar. Wajahnya menjadi merah padam. Moodnya yang tadinya senang berubah menjadi suram. Selain kendaraan mereka yang mati. Peralatan elektronik merek juga mati. Handphone, laptop. Semuanya mati tidak bisa dihidupkan.

"Apa yang terjadi? Kenapa semuanya mati?" Bos besar, sudah seperti monster. Jika ini novel fantasi, sepertinya dia akan berubah wujud. "Benar kata saya, kan bos. Ada yang aneh dengan SMA Garuda." Pegawai yang tadi memperingati bosnya datang lagi. Wajahnya penuh peluh keringat. Sepertinya dia, berlari dari rombongan belakang.

"Mesin kita mati, kemungkinan karena jamer. Dengan frekuensi rendah mesin dan gawai kita tidak berfungsi sama sekali. Aku, tidak tahu siapa yang melakukan. Tapi pastinya dia, sangat jenius." Pegawainya, menjelaskan dengan masuk akal. Tapi bos besar masih tidak paham. Kenapa dia masih dihalangi. "Bos, dari awal saya sudah peringatkan. Ada yang tidak beres. Pertama, dokumen ini saya, ragukan. Kedua, Nirvana dan Arvino tidak hadir. Padahal biasanya mereka datang lebih awal. Apa anda tidak curiga?"

Bosnya mangut-mangut paham. Dan memukul dudukannya. Dia sangat kesal. Saking kesalnya dia tidak sadar akan sesuatu hal. "Ayo kita kesana. Aku ingin melihat siapa yang berani melawan ku." Bos besar sepertinya sudah gelap mata. Dia turun dan mengambil palu besar. Sepertinya dia mau menghancurkan SMA Garuda dengan satu palu saja. Gila? Emang dia gila.

"Bos, tenang dulu Bos." Karyawannya mencegah tindakan gegabah bosnya. Tapi tindakannya sia-sia. Bosnya, tidak mengindahkan peringatan dari pegawainya. Dia, bahkan mendorong kasar karyawannya yang berusaha mencegahnya.

Dia, melanjutkan langkahnya. Dengan perut sebesar itu sudah pasti akan bergoyang-goyang. Karyawannya yang melihat berusaha menahan tawa agar tidak tahu bosnya. Bisa-bisa sebelum SMA Garuda yang hancur. Kepala merekalah yang lebih dulu dihantam palu.

Bos besar, berhenti tepat didepan bangunan. Matanya mengedar ke seluruh sudut bangunan. Semua tertutup kain selambu raksasa. Dia memegang kainya dan menariknya. Tapi kain itu sangat besar dan berat. Dia tidak kuat menariknya. Karena tidak sabar, dia merobeknya dengan pisau saku. Dia merobek kasar kain selambu itu dan. Boom!

NazliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang