Kok Bisa?

33 29 81
                                    

Halo para pembaca. Aku mau nyampein kabar gembira. Nazli akan diterbitkan segera. Buat kapannya, aku belum tahu. Jadi tunggu kabar selanjutnya.

Kazeo sedang duduk termenung memandang awan. Guratan senyum muncul dari bibirnya yang merah.

"Ahh, hari ini hangat banget sih, jadi hoamm, ngantuk." Sejak tadi Kazeo menguap. Cuaca yang cerah ini sangat mendukung untuk tidur siang. Apalagi, Kazeo sedang berada di Gazebo sekolah. Pohon rindang semakin membuat mata Kazeo berat. Akhirnya Kazeo merebahkan badanya, dan memejamkan matanya.

"Kazeo!" panggil seseorang. Belum sempat memejamkan mata, Kazeo langsung bangkit, celingukan mencari sumber suara sumbang ini. Kazeo tahu suara siapa ini.

"Disini rupanya kamu," tegurnya basa-basi.

"Maaf, anda siapa? Saya tidak punya urusan dengan penagih hutang." Kazeo sedang menyindir dua orang yang bersama Nirvana. Pakaian mereka bukan seperti siswa sekolah, lupakan tentang pakaian mereka, wajah mereka saja sangat menyeramkan.

"Aku kesini untuk menyampaikan penawaran..."

"Jika kau mengajak ku ikut MLM, maaf aku tidak ikut." Kazeo memotong Nirvana. Nirvana yang sedari tadi berusaha tenang, hampir tersulut emosinya karena Kazeo.

"Kazeo, aku serius!" seru Nirvana. "Aku punya penawaran menarik, kamu mendengarkan?" Kazeo tidak menjawab. Dia hanya memberikan gestur tubuh untuk Nirvana agar melanjutkannya.

"Pertama aku ingin kamu jadi Wakil ku. Maaf kalau memaksa, tapi OSIS kami membutuhkan orang sepertimu."

"Maaf, aku menolak." Jawaban singkat dan pastinya bukan jawaban yang diinginkan Nirvana. Otot wajah Nirvana mengencang, uratnya saja kelihatan. Bernegosiasi dengan Kazeo sangatlah susah, bahkan sampai ada urban legend. Bagi yang bisa menang dalam berargumen dengan Kazeo, niscaya dia bisa menguasai dunia.

"Kazeo, kamu mengabaikan tawaran menarik ini."

"Maaf Nirvana, tawaranmu ku tolak mentah-mentah, aku lebih suka menghabiskan waktu ku disekolah dengan bersantai, daripada harus jadi babu berkedok OSIS," jawab Kazeo menohok. Wajah Nirvana berwarna merah padam. Ingin rasanya Nirvana menghantam Kazeo dengan beberapa pukulan. Tapi niatnya urung.

"Kalian pergi aja, aku mau lanjutin tidur," suruh Kazeo dengan nada malas.

"Kalau begitu, ini adalah penawaran kedua ku, aku mau kamu jadi Pacarku." Kazeo hampir terkena serangan jantung. Dia tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Nirvana.

"Kamu serius?" tanya Kazeo, dengan wajah yang masih tegang.

"Tentu saja Kazeo, baru kali ini aku merasakan cinta," jawabnya semangat. Ternyata sedari tadi, banyak siswa yang melihat pertikaian Kazeo dan Nirvana. Termasuk Nirvana yang menyatakan perasaannya.

"Maaf, anda harus menerima permintaan Nona Nirvana." Akhirnya dua pelayanan Nirvana bersuara. Hampir saja Kazeo mengira mereka bisu.

"Maaf, kenapa aku harus menerimanya? Menolak adalah opsi ku, terlebih aku sudah punya pacar," jawab Kazeo tegas. Bak petir disiang bolong Nirvana terkejut setengah mati, mulutnya ternganga lebar, ini adalah momen dimana dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau.

"Pengawal tangkap dia!" Nirvana mengacungkan jarinya kearah Kazeo. Pengawal Nirvana langsung sigap dan menggenggam lengan Kazeo di kiri dan kanan.

"Oioi, kalian cuma memegangi ku dengan cengkeraman lemah begini?" tanya Kazeo meremehkan. Kazeo menaikan alisnya, nafas Kazeo berderu. Selang beberapa detik, Kazeo langsung menghantamkan mereka berdua. Belum puas, Kazeo melakukan tendangan berputar. Dua pengawal Nirvana langsung terpental sejauh 2 meter.

"Apakah itu kemampuan kalian?" remeh Kazeo. Salah satu pengawal dengan rambut dikuncir langsung bangkit. Dia memasang Knuckle. "Rasakan ini!"

Buk.

Tanpa menggerakkan tangannya, Kazeo menghadiahkan si kuncir dengan tendangan kaki depan. Tepat dikepala.

"Ada lagi?" tantang Kazeo. Pengawal yang tersisa cuma bisa diam. Wajahnya masih meringis kesakitan karena tendangan Kazeo. Dari balik tubuhnya pengawal berkepala botak, melemparkan debu. Itu cukup untuk membuat Kazeo kehilangan pandangan.

"Rasakan ini!" Si botak langsung menerjang Kazeo, dan mengkunci Kazeo. Tapi itu bukan hal yang susah bagi Kazeo. Karena dengan mudah Kazeo melepaskan kuncian si Botak.

Kazeo langsung membalikkan keadan. Gantian dia yang mengkunci pergelangan tangan si botak.

"Lepaskan! Tangaku bisa patah!" rintih Si botak kesakitan. Kazeo mengkunci dengan kuat. Tidak ada celah untuk lepas dari kuncian Kazeo.

Krakk

Suara renyah tulang patah, membuat heboh. Para siswa yang tadinya menonton lari ketakutan. Baru kali ini Kazeo bisa sebrutal ini.

Si botak meraung-raung kesakitan. Dia memegangi tanganya yang dipatahkan Kazeo.

Dengan tatapan dingin, Kazeo menatap Nirvana. Badan Nirvana bergetar ketakutan, sendi-sendi menjadi lemas. Kazeo mendekati Nirvana perlahan-lahan.

"Jangan, kesini." Perintah Nirvana dengan suara bergetar. Saat ini Nirvana sangat ketakutan, dia berjalan mundur ketakutan.

"Nirvana," panggil Kazeo dengan nada datar, dan tatapan dingin. "Aku punya penawaran menarik untukmu."

"Apa?"

"Aku ingin kau berhenti menganggu Nazli. Kedua, aku ingin kau menghentikan rencana mu untuk menghancurkan sekolah. Kau bisa?" Nirvana langsung mengangguk cepat. Yang dia inginkan sekarang hanyalah sesegera mungkin lepas dari Kazeo.

"Iya, aku sanggup."

"Bagus." Kazeo tersenyum lagi. Ekspresi wajahnya langsung berganti, seperti orang yang berbeda.

"Kazeo!" Panggil seseorang. Kazeo sangat hafal nada dan intonasi suara ini.

"Kazeo, kamu ini kenapa sih? Kamu nggak kenapa-napa kan?"

"Seharusnya yang kamu khawatirkan bukan Kazeo, lihat mereka berdua, terkapar cukup parah. Yang satu malah patah tangan, dan yang satu kayaknya dia kena mental." Potong Navi menunjuk para pengawal dan Nirvana.

"Sudah, aku nggak papa kok Naz, baju aku doang sih yang kotor," jawab Kazeo, berusaha menghibur Nazli.

"Baru aja pacaran, tapi kamu udah mau direbut orang," keluh Nazli. Matanya berair, sepertinya akan ada hujan dicuaca yang panas.

"Idih, mewek." Ledek Kazeo.

"Biarin."

"Dasar pasangan muda, masih romantis." Celoteh Navi. Sekarang dia sudah mirip ibu-ibu komplek.

"Biarin, makanya jangan jomblo, tuh Eri, sana pacarin." Usul Kazeo asal ceplos.

"Mau Er?" tanya Navi dengan watados.

"Eh-gima-na bukannya nggak mau, tapi..."

"Ok, aku anggap iya."

"Ehh?"

"Kenapa? Nggak mau?"

Eri menggeleng kencang. "Mau, aku mau kok."

"Gila!"

NazliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang