Oh My God

30 23 50
                                    

Cover buat novel Nazli. Udah jadi. Aku, mau kalian bantu vote. Cover mana yang lebih bagus. Yuk dipilih

 Yuk dipilih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Pagi, ini. Kazeo, mengumpulkan para anggota OSIS bawah dan beberapa temannya yang lain. Termasuk Arvino dan Nirvana.

"Kenapa, ada mereka berdua?" Navi, protes dulu. Kazeo, sudah tahu. Pasti akan banyak penolakan, dari temannya. "Aku, tahu kalian pasti tidak terima. Tapi aku, bisa jelaskan. Mereka berkhianat. Mereka, berdua yang datang sendiri padaku, memberikan bukti kejahatan Bos besar mereka." Kazeo memberikan flashdisk, yang berisikan bukti.

"Apa ini?" Tanya Navi.

"Ini bukti, kejahatan dari Bos Arvino."

"Apakah itu saja cukup?" Nazli sekarang yang bertanya

"Sebenarnya cukup. Tapi aku, ingin memberi dia pelajaran. Besok lusa dia, akan mem buldozer sekolah. Tanpa peduli dia punya surat resmi atau tidak." Nazli dan Navi terkejut. Raut wajah mereka ketakutan.

"Apa? Di buldozer. Gila!"

"Kita, harus menghentikannya!"

"Dengan cara apa? Menghadangnya dengan tubuh kalian?" sarkas Kazeo. Kazeo merotasi bola matanya malas. Berusaha mencari ide untuk permasalahan mereka.

"Aku, tahu!" seru Nazli. Raut wajahnya yang tadi masam berubah jadi girang. "Apa memangnya?" ujar Kazeo penasaran.

Nazli, menyuruh yang lain mendekat. Nazli, membisikkan rencananya. Kazeo, terkesiap. Dia tidak menyangka ide tersebut. "Kita bisa emang?" Nazli mengangguk mantap. "Aku, yakin seratus persen. Tapi kita, juga butuh bantuan mereka berdua." Nazli menunjuk malas, Arvino dan Nirvana.

"Kami, siap membantu. Apa yang kami, bisa lakukan? Mungkin memang kurang, tapi ini bisa mengurangi rasa bersalah kami." Arvino, dengan sukarela menawarkan dirinya.

"Baik, kalau begitu kita sudah sepakat. Tinggal eksekusinya!" Ujar Nazli yakin. Para anggota OSIS bawah melakukan tos untuk dimulainya eksekusi Bos besar Arvino.

***

Pagi, di kantor Arvino masih mencekam. Segala sudut di kantor, sudah berantakan tidak karuan. Pot berjatuhan, tempat sampah berserakan, semuanya dirusak oleh Bos mereka sendiri, demi meluapkan rasa emosinya. Karyawan yang tidak ada sangkut pautnya juga terkena imbas. Seperti Pak Koswara, beliau sudah sepuh dan bertugas sebagai cleaning service. Tapi karena emosi Bosnya, Pak Koswara, harus menerima banyak luka lebam di sekujur tubuh.

"Keadaan kantor, sudah sangat parah, Kak." Mata Nirvana pedas, melihat kantornya sendiri dihancurkan bosnya. "Benar Nirvana, kita harus sesegera mungkin menghentikannya, atau korban akan ber tambahan.

"Ayo Nirvana kita harus melaksanakan tugas kita." Arvino mengingatkan Nirvana. Mereka berdua masuk Kantor dengan hati-hati. Semua lantai penuh dengan pecahan kaca dan tanah. Pak Koswara membersihkannya dengan telaten dan ulet.

"Pagi, Pak Koswara." Sapa Arvino. Yang dibalas Pak Koswara dengan senyum. Arvino, sampai depan ruang Bos besar. Langkahnya terhenti tepat, didepan pintu. Arvino masih menyimpan secuil keraguan.

"Kenapa, Kak?" Nirvana bertanya. Dia tahu pasti kakaknya masih ragu. "Kita, tidak bisa berhenti di tengah jalan. Kalau kita stop disini, rencana para siswa SMA Garuda akan gagal." Nirvana menasihati Kakaknya yang ragu. Arvino mengusap puncak rambut adiknya. Sekarang dia sudah mantap.

"Permisi." Arvino, masuk dengan mengetuk terlebih dahulu.

"Masuk Arvino." Bosnya masih marah. Intonasinya masih tinggi. "Bagaimana, progres kalian soal SMA Garuda?" Bos besar, menurunkan intonasinya.

"Lancar Bos, besok anda, bisa mulai mem buldozer SMA Garuda." Tentu saja Arvino, berbohong. Itu sudah termasuk rencana Nazli. Arvino memberi berkas kepada bosnya. "Tenang saja, itu asli Bos. Saya, bisa menjaminnya." Karena masih trauma. Bos besarnya, memeriksa dokumen tersebut. Takut kena prank lagi.

"Ok, baiklah. Kerja bagus." Arvino bernafas lega. Sedari tadi dia takut, bosnya tahu bahwa dokumen yang dia pegang adalah dokumen palsu. "Kalian boleh keluar." Nirvana dan Arvino langsung pamit dan keluar dari kantor neraka.

Setelah dirasa aman dari penguping. "Kakak, beri kode selanjutnya," bisik Nirvana, menyenggol bahu kakaknya. Arvino, yang paham langsung mengangguk. Arvino merogoh saku handphonenya dan mengetik nama Kazeo didaftar kontaknya.

Arvino: aku sudah, memberikan dokumennya. Sisanya aku serahkan padamu.

Kazeo: Ok, terimakasih atas kerjasamanya. Pesan akan diteruskan.

"Sudah, kita beralih ke fase 2."

"Baik, Kak."

***

Kazeo dan yang lainya telah menunggu dirumahnya. "Teman-teman, Arvino sudah berhasil. Sekarang ke fase 2!" seru Kazeo. Navi dan yang lain langsung bersiap-siap.

"Anjrit, aku penasaran dengan wajah bos besarnya, ketika melihat dia dia tertipu dua kali." Nazli, terkekeh. Sekarang sepertinya Nazli sudah tertular virus Kazeo.

NazliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang