Penyelesaian

24 21 45
                                    

Terjadi, keributan besar di kantor Arvino. Kegagalannya, mendapatkan surat kuasa SMA Garuda. Membuatnya, dalam masalah besar. Pagi ini saja dia, sudah dicaci maki. Bosnya itu, "Dasar, anak buah tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya, kalian gagal. Aku, tidak mau tahu. Kalian harus bisa mendapatkan sekolah itu." Perintahnya.

"Baik, saya akan mengusahakan." Arvino, hanya bisa mengangguk pasrah. Wajahnya sudah letih. Kemarin saat dia memberikan dokumen palsu tersebut. Dia, dihajar habis-habisan ajudan bosnya.

Arvino, pamit keluar dari ruangan neraka. Didepan pintu, Nirvana tengah menunggu cemas. Keringat dingin bercucuran dari sekujur tubuhnya. Dia ketakutan akan disiksa Bos besarnya dengan cara apalagi. Tubuhnya, penuh dengan bekas cambukan, lebam ungu sudah menjadi tato baginya.

"Nirvana, tidak usah takut." Arvino, berusaha menghibur Nirvana. Dia memegang pundak Nirvana dan memeluknya. "Kakak, minta maaf. Tidak bisa melindungi kamu. Kakak, juga tidak tahan bekerja seperti ini terus. Jika kita diberi kesempatan berubah, aku pasti akan mengambilnya.

Sorot mata sedih terpancar dari Arvino. Ternyata Arvino dan Nirvana adalah saudara. Dia menyesal dan lelah bekerja dengan Bos besarnya itu. Tapi faktor ekonomi memaksanya harus bisa menghasilkan uang untuk Bos besarnya.

Nirvana, menyeka air matanya. "Kakak, mungkin kita bisa meminta bantuannya." usul Nirvana. "Dia, siapa yang kamu maksud." Tanya Arvino, tidak mengerti maksud Nirvana.

"Kazeo, kak. Dia pasti yang menggagalkan rencana kita. Dia adalah Ketua OSIS bawah, dia berkali-kali menggagalkan rencanaku. Intiusi dan deduksinya sangat tinggi. Mungkin dia bisa melepaskan kita, dari penderitaan ini." Nirvana, menjelaskan dengan semangat. Wajahnya menyimpan harapan pada, Kazeo.

"Tapi apa, dia mau? Kita ini mau menghancurkan sekolahnya," ujar Arvino khawatir. Dia paham Kazeo, tidak akan semudah itu mempercayai mereka. Tidak setelah deklarasi penggusuran SMA Garuda.

"Kita, jelaskan baik-baik. Mereka pasti akan mengerti. Apa salahnya mencoba? Kakak mau begini terus? Setidaknya kita, ada perjuangan." Arvino, mengusap rambut panjang adiknya itu. Dia, tidak menyangka Nirvana bisa berubah. "Baik, mari kita temui teman mu itu yang bernama Kazeo, itu."

"Secara teknis, dia bukan temanku. Tapi lupakan saja," celetuk Nirvana.

***

Kazeo, datang ke sekolah tanpa seragam. Dia sedang mengecek bangunan sekolahnya. Kazeo, bisa bernafas lega. Sekolahnya masih utuh, belum rata dengan tanah. Hanya saja penuh dengan sekat-sekat dan pagar pembatas, bertuliskan 'sekolah disita'.

"Dasar, buaya kok mau dikadalin. Sorry bos, bukan kelasnya." Kazeo bergumam sombong. Dia tertawa-tawa tidak jelas.

"Sudah kuduga, kamu pasti kesini." Tiba-tiba ada suara yang Kazeo, tidak asing. Kazeo langsung menoleh mencari empunya. "Apa, yang kamu lakukan disini?" sinis Kazeo. Melihat Nirvana sekaligus Arvino, membuat mata Kazeo gatal.

"Maafkan, perbuatan kami," Arvino, membuka suara dulu. "Kami, terpaksa. Aku, juga tidak mau melakukan semua ini."

"Baiklah, jelaskan maksud kalian kesini."

"Lusa, mobil buldozer akan meruntuhkan sekolahan. Sebelum itu terjadi aku meminta bantuanmu. Runtuhkan tirani dari bos ku. Sudah banyak korban berjatuhan. Dia selalu memaksa para warga miskin untuk menjual tanah mereka dengan harga sangat murah. Aku dan Nirvana, ditugaskan untuk melakukan mediasi dengan warga setempat, tetapi bukan mediasi yang kami lakukan, melainkan menipu para warga agar menjual tanahnya.

"Jika, masih ada yang membantah. Kami akan melakukan cara paksa, yaitu mencurinya, meneror,membuat hidup mereka sengsara. Aku, tidak tega. Tapi aku, juga tidak punya kekuatan untuk melawan tirani bos ku. Kamu adalah satu-satunya harapan kami. Aku sudah punya banyak bukti untuk menjebloskan dia dipenjara. Apa yang akan kamu lakukan?"

"Tenang saja, aku mengerti dengan kalian. Bukti itu bisa aku pegang dulu. Kita tidak bisa asal langsung melaporkannya, dia adalah penjahat licik. Dia bisa, menghapus rekam jejak buktinya dengan cepat. Kita, harus ada pendekatan lain." Kazeo, mengambil flashdisk dari tangan Arvino. Flashdisk itu berisi, bukti-bukti kejahatan Bos Arvino.

"Lalu dengan cara apa?" tanya Arvino, penasaran apa gagasan Kazeo.

"OSIS bawah yang akan mengurusnya." jawab Kazeo singkat.

"OSIS bawah?" Bingung Arvino.

"Tidak usah dipikirkan, aku memiliki ide yang bagus untuk menyiksanya." Kazeo menunjuk kepalanya. Seperti memberi kode bahwa dia itu pintar. Arvino tersenyum melihat itu. Harus dia akui, Kazeo memang cerdik. Dia, saja dikibuli Kazeo.

NazliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang