Thirty Four

14K 965 6
                                    

Pencet bintang di bawah sebelah kiri gak susah kan?Tinggalkan jejakYok bisa yok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pencet bintang di bawah sebelah kiri gak susah kan?
Tinggalkan jejak
Yok bisa yok

Aku gak maksa kalian buat ngebayangin kalo Bright itu emang Genna atau visual lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku gak maksa kalian buat ngebayangin kalo Bright itu emang Genna atau visual lainnya.
Itu terserah kalian, kalo emang gak cocok yaudah. Kalian aja sendiri ngebayangin visualnya hehe.

Tapi nanti aku bakal nanya sama kalian visual Indo yang bagus buat Genna, Nadyne dan semuanya siapa?

Happy reading

Langit mulai menggelap, matahari mulai terbenam dan akan berganti tugas dengan bulan yang memberikan cahaya ditengah gelapnya malam.

Sore hari yang begitu membingungkan perasaan, antara senang dan sedih. Senang karena bisa bersama dengan orang yang sangat dicintai, apalagi sudah lama tidak bisa bertegur sapa juga bercengkrama dan sedih mendapat kabar yang sangat menyakitkan bagi hati.

Pagar hitam yang menjulang tinggi sudah ada dihadapan mereka berdua sekarang. Gadis itu membuka helm yang ia pakai, sedari tadi dia tidak membuka suara, rasanya tenggorokannya tercekat, dadanya begitu sakit seperti dihujani ratusan anak panah. Dia tidak berhenti mengedipkan kedua matanya berkali-kali menahan air yang akan keluar dari matanya.

Menyodorkan helm "Aku masuk dulu." Tidak ada senyuman yang indah seperti biasanya.

"Aku mau mampir." Ucap Genna cepat.

Nadyne menundukkan kepalanya, tangannya memilin ujung baju yang ia pakai.

"Aku mau jelasin Nad." Ujar Genna karena Nadyne masih diam.

Nadyne menghembuskan napasnya gusar "Nanti yah aku butuh waktu." Suaranya begitu lemah lembut.

"Aku mau sekarang." Keras kepala Genna masih melekat dalam dirinya ternyata.

"Please give me time." Nadyne berusaha sekuat mungkin untuk tidak menjatuhkan air matanya dan sekarang dia tersenyum tipis.

Genna memegang kedua pundak Nadyne "Mau yah dengerin aku?" Tanyanya sangat lembut.

Tidak ada wajah datar, tidak ada wajah galak, dan tidak ada wajah dingin sekarang.

Genna tidak bisa menahan untuk tidak memeluk Nadyne, apalagi mata Nadyne yang sudah berkaca-kaca. Dia mendekap tubuh kecil yang selalu dia rindukan dan mencium aroma yang selalu menjadi candu baginya.

GENNAIOS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang