Five

45K 3.8K 61
                                    

Aku berjanji akan vote dan comment cerita ini, kemudian aku akan follow author nya.

Ayo loh kalian udah janji
Tepatin janjinya yah
Janji itu hutang loh

Aku gak jebak kok
Maafkan aku

***

Kini motor sport hitam itu berhenti di depan sebuah pagar hitam, dia tidak berniat untuk membuka helm full face nya. Dia hanya menatap ke arah depan dengan tatapan yang kosong.
Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih saking kuatnya dia mengepal. Setelah beberapa menit barulah dia membuka helm full face nya.

Hari sudah gelap, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tapi dia tidak berniat untuk pulang dari rumah tersebut.

Sedangkan Nadyne yang sedang belajar melihat kearah jendela yang terbuka, dia lupa menutup gorden. Nadyne berjalan kearah jendela untuk menutupnya, saat tangannya memegang gorden, dahinya mengernyit saat menemukan motor yang terparkir di depan rumahnya.

Setelah menutup jendela, Nadyne berjalan menuruni anak tangga. Nadyne mencari Nina ke arah dapur "Buuu." Panggil Nadyne.

"Iya sayang." Sahut Nina yang menyimpan makanan ke meja makan.

"Ibu gak pesen makanan gitu?" Tanya Nadyne yang menghampiri Nina.

"Nggak tuh." Jawab Nina.

Nadyne berlari kecil menuju depan rumahnya, dia membuka pagar rumah dengan hati-hati, dia takut jika itu orang jahat. Nadyne tidak ingin berburuk sangka tapi jika dia hati-hati tidak apa kan?

"Genna." Gumam Nadyne saat melihat siapa orangnya.

Sepertinya Genna tidak sadar bahwa pagar itu terbuka, dia masih menatap kosong ke arah depan, tangannya masih terkepal kuat.

"Ngapain?" Tanya Nadyne.

Sebenarnya Nadyne sedikit heran saja mengapa ada Genna di depan rumahnya.

Tapi tidak ada jawaban dari lelaki itu, dia hanya diam. Nadyne melihat raut wajahnya yang penuh amarah, dia melihat tangan lelaki itu terkepal kuat, dan sedikit darah kering di bagian sudut bibirnya.

Refleks Nadyne memegang sebelah tangan Genna yang terkepal dan sebelah tangannya dia tepukkan pelan di punggung Genna. Karena sentuhan lembut di tangan juga tepukkan pelan di punggungnya dapat menyadarkan kesadarannya. Genna menoleh ke arah Nadyne dan beralih ke tangan yang diusap oleh ibu jari Nadyne.

Nadyne yang sadar akan tindakannya kembali menarik tangannya "maaf." Cicitnya menundukkan kepalanya.

Antara malu dan takut menjadi satu. Malu karena dia telah melakukan hal sebodoh itu dan takut mendapatkan tatapan horor dari Genna.

Tidak ada jawaban apapun dari lelaki itu, Nadyne yang sadar tengah diperhatikan mendongak menatap Genna. Genna yang merasa terpergoki memperhatikan langsung memalingkan wajahnya.

"Kak Nadyne makan!" Teriak Satria di depan pintu.

Nadyne tidak menyahuti teriakan Satria, Nadyne menarik Genna memasuki rumahnya, dia melangkahkan kakinya ke ruang makan. Sebelum tiba di ruang makan, dia akan melewati ruang tamu terlebih dahulu, di ruang tamu sudah ada Reynald bersama Satria yang sudah berdiri akan berjalan menuju ruang makan.

Satria yang antusias saat melihat siapa yang bersama Nadyne langsung menghempaskan tangan Reynald yang sedari tadi ditariknya.

"Kak Gennaaa!" Antusias Satria yang berlari kecil, Satria langsung memeluk pinggang Genna. Genna pun mengusap lembut kepala Satria kemudian tersenyum tipis, tapi kali ini senyumnya terlihat semua orang.

GENNAIOS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang