Six

44.4K 2.2K 30
                                    

Sudah larut malam, jam pun sudah menunjukan pukul setengah satu malam. Seorang lelaki dengan jaket hitam dan celana jeans ini terus saja mengendarai motornya tanpa tujuan. Dia masih kecewa jika mengingat kejadian di rumahnya. Dia kecewa dengan dirinya sendiri.

Setelah dia berpamitan pulang dari rumah Nadyne pukul sembilan malam. Dia kembali mengingat kejadian itu, otaknya selalu berputar mengingat kejadian tadi sore, dimana papah kesayangannya telah dikecewakan oleh dirinya. Dia merasa menjadi anak yang tidak berguna dan tidak tahu diri.

Dia telah memukuli kakaknya sendiri, dia yang membuat kakaknya masuk rumah sakit, dia yang membuat papahnya terkena serangan jantung. Setelah sekian lama penyakit papahnya tidak pernah kambuh, sekarang dia yang menyebabkannya.

Jika saja tadi kakaknya tidak datang dengan memukul sudut bibirnya hingga mengeluarkan darah. Jika saja kakaknya tidak bicara yang menyayat hatinya, dia tidak akan memukuli kakaknya sampai dia masuk rumah sakit.

Dia bukan orang yang sabar, dia bukan orang yang mampu menahan emosinya.

Dia menyayangi kakaknya tapi mengapa kakaknya sangat membencinya sampai tidak mengakuinya seorang adik. Dia ingin memiliki keluarga yang harmonis, dia ingin memiliki kakak yang selalu ada di sisinya.

"Maaf pah." Lirihnya.

Angin malam yang dingin memasuki pori-porinya, tapi tidak sedikit pun dia merasakannya. Tubuhnya seakan mati rasa, dia tidak merasakan apapun, dia hanya merasa bersalah. Dia lelah, dia ingin istirahat selamanya, tapi dia ingin membuktikan bahwa dia bisa membuat papahnya bahagia. Dia ingin melihat senyum papahnya ketika dia sukses nanti. Dia ingin membuktikannya.

Dia akan pulang malam ini, tapi bukan ke rumahnya melainkan ke rumah keduanya.

Motor hitam itu pun memasuki rumah yang didominasi warna putih tulang. Di luar pun masih terlihat ramai orang yang sedang bernyanyi, salah satu dari mereka memegangi gitar.

Genna tidak sedikitpun melihat ke arah mereka, dia berjalan memasuki rumah itu dengan wajah datar. Wajah datar yang menyimpan banyak luka, wajah datar yang menutupi setiap apa yang dia rasakan.

Genna duduk di sofa, dia ingin beristirahat sebentar sebelum menuju ruangan khusus untuk para inti.

"Gak pulang bang?" Tanya Udin anggota geng Skliros dari kelas 10.

"Bego banget sih, kalau Bang Genna ada disini berarti dia gak pulang." Sahut Mamat sambil menoyor kepala Udin. Mamat juga sama seperti Udin anggota geng Skliros dari kelas 10.

"Sakit Markonah!" Sebal Udin.

"Lo bego Syafruddin!" Balas Mamat tak mau kalah.

Tadinya mereka berdua akan ke halaman untuk nongkrong bersama teman-temannya, karena mereka mendapatkan tugas untuk menjaga markas malam ini bersama teman-temannya yang berada di luar. Tapi Udin dan Mamat malah melihat Genna yang duduk di sofa dengan menyandarkan punggung dan kepalanya pada sandararan sofa.

Genna hanya melihat mereka berdua datar, raut wajahnya sangat tidak bersahabat, raut wajahnya tidak seperti biasanya. Wajah datarnya kali ini berkali-kali lipat menyeramkan dari biasanya.

Genna lelah tidak ingin mendengarkan apapun. Apalagi ocehan Udin dan Mamat, dia ingin beristirahat. Genna berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju ruangan inti dengan memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa berat, ditambah Udin dan Mamat.

🐼🐼🐼

"Malem gak pulang lo?" Tanya Nishad yang mendapat kabar dari anak-anak bahwa Genna datang tengah malam, dan semalam Genna bermalam di sana.

GENNAIOS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang