25. Dia dan asal usulnya menarik

108 6 0
                                    

|Mau berbicara bukan berarti memaafkan,
Tetapi dia masih mau menghargai.|

-Natasya Gevanda S.G.

....


Rafi menguap lebar seraya menepuk kepala seseorang disebelah nya. Orang disebelah nya menepis kasar tangan Rafi yang sangat kurang ajar.

"Anjim rambut gue brantakan!" Ujar Revan ya ditepuk kepalanya oleh Rafi.

"Lo gak sopan banget sama senior." Balas Rafi angkuh.

"Ini diluar sekolah bro, serah gue dong!" Revan nyolot, seraya mengusap rambut Rafi kasar. Rafi menatap ketus Revan, kemudian menendang kakinya dibawah meja.

Kini Rafi, Hendra, Ersen, dan Revan tengah berada di sebuah Cafe dekat sekolahan. Sebenarnya mereka mengajak Sasa juga tapi dirinya ada urusan.

Revan hanya bisa mendekus mengelus kakinya yang sakit, lebih baik mengalah. Hendra, dan Ersen menggeleng kepala, sudah biasa.

"Mengalah bukan berarti kalah," ujar Revan sinis, Rafi menaikan satu alisnya kemudian memakan makanan di depannya dengan rakus.

"Serah." Ujarnya.

"Besok kita tampil urutan berapa?" Tanya Hendra, pada Rafi yang tengah makan.

Rafi meletakkan sendoknya, "terakhir sebelum acara utama." Ujarnya sambil menepuk Ersen di sampingnya, Ersen mengangguk.

"Kalian udah nyiapin lagu buat tampil?" Tanya Ersen, dia hanya sedikit tidak percaya jika Rafi dan Sasa bakal ikut tampil pada acara tahun ini. Dia masih tidak percaya, bagaimanapun Rafi si pengacau dan Sasa si menyeramkan bagi murid SMA.

"Kalo belum, gue bisa Request nih. Lagu Cheating on you, pasti bakal seru tuh. Terlebih yang nyanyi bang Rafi, asik ah..." sahut Revan sambil tertawa.

"Sialan, gue gak suka sama Rina!" Ujar Rafi kesal.

"Padahal gue gak ngomongin Rina loh," ledek Revan, Rafi berdecak.

"Pokoknya gitu!" Balas Rafi malas, dia menghabiskan jus di dapanya dalam 3 kali teguk, membuat yang lain menatap Rafi tak percaya.

"Lo beneran haus?" Tanya Revan.

"Iya! Mau, lo gue minum?" Rafi nyolot, kemudian menyambar tas nya diatas meja.

"Gue cabut!" Serunya seraya berjalan keluar cafe, dirinya merasa malas jika harus membahas soal Rina. Entahlah, kini gadis itu sepertinya benar-benar menjauh darinya sejak saat itu.

"Parah banget, hidupnya." Prihatin Revan.

"Kasihan mana masih muda." Tambah Ersen, kemudian terkekeh.

"Gimana dengan lo?" Tanya Ersen pada Revan.

"Gue lagi males pacaran." Balas Revan santai.

"Devan," ujar Hendra tiba-tiba.

"Si galak itu? Denger namanya aja gue udah pengen nampol kepala abangnya." Ujar Revan, Ersen dan Hendra terkekeh pelan.

"Tapi, biasanya kalo cewek galak itu jatuhnya bakal sayang banget sama cowoknya." Revan tertawa garing mendengar ucapan Ersen.

"Hahaha, kata junaedi dipercaya lo!" Ujarnya.

"Tapi Devan cantik kan?" Goda Ersen.

"Ngeri, mainannya banyak." Jawab Revan.

"Kayak lo enggak aja anjim."

"Parah dia lah, nurun Rafi banget. Playgirl." Revan terkekeh mengingat Devan yang tak lain adalah adiknya Rafi.

My Mysterious Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang