#Cinta itu ada karena terbiasa, terkadang datang tanpa kita sadari. Karna itulah cinta, unik.
......
Bara mengajak Sasa menuju danau. Mereka memang sering mengunjungi danau ini, hanya sekedar singgah untuk menenangkan hati ketika ada masalah. Hanya Bara dan Sasa yang tau tempat ini. Karena dulu Bara mengajak Sasa kesini untuk menghibur Sasa yang sedang ada masalah dengan hidupnya.
Sasa turun lalu mengikuti Bara naik keatas rumah pohon. Ya, di pinggir danau ada rumah pohon. Itu Bara yang membuat, didalam ada buku-buku dan gitar. Karena gak muat kalo sofa barang masuk....
Sasa duduk di samping Bara sambil menatap matahari terbenam di ujung danau yang sangat indah. Hening, Bara dan Sasa hanya diam menatap depan. Bara melirik ke Sasa yang tengah terdiam menatap matahari terbenam. Lucu, ketika melihat Sasa tidak berbuat ulah.
Bara merangkulkan tangannya kepundak Sasa, Sasa terkejut karena perlakuan Bara yang tiba-tiba. Tapi dia tidak menolak, Sasa malah membalas dengan tangan satunya memeluk pinggang Bara. Seperti menyalurkan energi satu sama lain.
"Maaf"kata Bara singkat. Sasa menaikan salah satu alisnya.
"Untuk?"tanya Sasa.
"Tadi, gue kasar bawa lo kesini. Gimana tangan lo? Sakit? Bodoh, pasti sakit dong. Kan udah mukul Yudha sama teman-temannya yang keras kayak batu"ujar Bara lalu tersenyum, Sasa tersenyum membalas Bara.
"Enggak, lo tapi yang sakit. Sori gue tadi lama nolongin lo, lukanya jadi banyak kan! Um.. sama tadi gue kelepasan"ujar Sasa menyesal.
Bara mengusap kepala Sasa tenang. "Gue tau, harusnya gue yang lindungin lo. Gue bodoh, gue lemah Sa"
"Enggak, lo gak lemah. Mungkin karna lo sudah dikroyok 2 kali hari ini. Mereka pengecut Bar, lo gak salah. Gue yang salah, harusnya gue minta lo gak ikut. Lo kan masih sakit" kata Sasa.
"Gue yang salah Sa, gue cowok harusnya bisa lindungin lo"
"Heh, liat gue. Gue gak apa-apa gak ada yang luka. Justru lo yang banyak lukanya."
"Oke adilnya kita sama-sama salah. Bosen bertengkar tak ada ujungnya"tawa Bara.
"Siapa dulu yang ngajak, pertengkaran yang gak bermutu tau gak si"ujar Sasa sebal.
"Iya, siapa sih yang ngajak. Mana rebutan 'salah' lagi" tambah Bara, Sasa hanya menatap Bara datar.
"Lo lah, dasar gak tau diri" sinis Sasa, Bara tertawa lalu mengusap rambut Sasa gemas.
"Ya deh sori, senyum dong. Gue ngajak lo kesini biar lo senyum, masa masih cemberut sih" Sasa lalu tersenyum, ingin sekali dia mengecup wajah Bara hari ini, eh ups...
Cup...
Tanpa diduga Bara mengecup pipi Sasa singkat. Lalu tersenyum dengan tampang watados. "Bara...bangsad" ujar Sasa sambil memegani pipinya yang memerah karena blush.
"Gitu aja baper" ledek Bara, Sasa semakin gemas, kesal, senang bercampur aduk.
"Dasar"umpat Sasa. Bara mengambil gitar yang ada di belakang mereka. Itu adalah gitar pemberian almarhum Ibunya, Bara menaruh disini supaya tidak diusik oleh ibu tirinnya.
Bara memetik gitarnya lembut sambil menatap Sasa. Lalu bernyanyi dengan suara berat khas cowok bodohnya itu disukai oleh Sasa.
Bulan terdampar di pelataran
Hati yang temaram
Matamu juga mata-mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarangSatu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Girl
General Fiction▪Buat gue cinta untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bahagia untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bebas untuk kedua kalinnya, buat gue merasakan nyaman akan keluarga untuk kedua kalinnya▪ -Natasya Gevanda S. G. Sebut nama " SASA" di SMA Gemilang m...