Antrax masuk apartemen Sasa tanpa permisi, didalam ada Sasa, Rafi juga Hendra tengah bermain game. Semua pandangan tertuju pada Antrax yang diam menatap mereka tajam. Rafi meneguk ludah melihat wajah Antrax yang tidak bersahabat, dia berdiri.
"Gue gak ikut-ikut, beneran." Ujar Rafi ngawur, Antrax menatap tajam Rafi sekilas kemudian beralih ke Sasa.
"Gue mau ngomong sama lo." Ujarnya pada Sasa, Sasa mendongak kemudian beralih ke game lagi.
"Ngomong aja." Ujarnya, Hendra masih duduk tenang dengan ponselnya.
"Berdua, lo gak mau kan kalo mereka tau." Sasa mematikan ponselnya, kemudian berdiri.
"Gue keluar dulu. Kalian disini aja." Rafi dan Hendra mengangguk.
Sasa berjalan keluar diikuti Antrax di belakangnya, sesampai di luar Antrax langsung menarik tangan Sasa untuk menghadapnya. Antrax menatap Sasa dingin, Sasa hanya diam. Tidak biasanya Antrax seperti itu padanya.
"Gue putus asa sama lo, bisa-bisanya. Gak nyangka gue sama lo, topeng apa yang lo pake selama ini?" Ujar Antrax sinis, Sasa menyingit bingung.
"Maksud lo?" Tanya Sasa.
"Gak usah sok gak tau, lo mau hancurin keluarga gue kan? Ternyata masih ada ya, musuh dalam selimut." Sasa menatap Antrax bingung, dia tidak pernah ada niatan untuk menghancurkan keluarganya. Bahkan dia juga salah satu anggota keluarga itu kan, bagaimana bisa dia mau menghancurkan keluarganya sendiri.
"Hancurin? Gue gak pernah ada nia-"
"Jelasin sama gue, apa maksud lo!" Potong Antrax seraya melempar sesuatu pada Sasa yang belum sigap Sasa tangkap sehingga benda itu terjatuh di lantai hingga pecah dan cairan benda itu berserakan di lantai.
Sasa meneguk ludahnya, bagaimana Antrax tau. Tetapi jujur sejujurnya Sasa tidak ada niatan menghancurkan keluarga Gyorge. "An, gue bisa jelasin..." Sasa memegang tangan Antrax.
"Jelasin apa? Lo tau gara-gara itu bokap gue sekarat. Bunda pergi waktu itu jenguk ayah yang tiba-tiba sekarat. Lo sengaja kan? Gue gak pernah larang lo lakuin apapun, ayah juga gak pernah larang lo. Tapi lo keterlaluan, bisa-bisanya lo jadiin ayah sebagai bahan percobaan pertama. Dia ayah lo juga! Lo gak ingat siapa yang udah jadiin lo seperti sekarang?" Semprot Antrax dengan wajah memerahnya.
Dada Sasa berdesir, dia tidak menyangka jika Jons terkena virus itu. "Sekarang ayah ada dimana An, gue mau ketemu!?"
Antrax mendorong tubuh Sasa hingga dia hampir terjatuh. "Buat apa? Buat jadiin dia lebih sekarat? Masih untung gue belum ngomong masalah ini sama Bunda."
Sasa memegangi dadanya, dia sedikit sesak. " An gue mau ketemu sama Ayahh, plis kasih tau gue." Sasa menatap Antrax dengan wajah memelas.
Antrax malah berdecih, "lo gak pantes buat liat bokap gue. Gak usah panggil bokap gue ayah, dia bukan ayah lo. Sadar diri, lo anaknya Regan mending balik aja sama dia. Sesama jahat dan gak tau diri." Ujar Antrax nyeklit di hati Sasa.
Sasa menatap Antrax yang mulai berjalan pergi, tangannya masih memegangi dadanya sesak. Ditambah sakit dengan perkataan Antrax, seandainya Antrax tau jika dia bukan anaknya Regan. Dia pasti menarik lagi ucapannya, dia tidak sama dengan Regan.
"Gak bokap gak anak sama saja." Decih Antrax sebelum benar-benar pergi dari sana.
Air mata Sasa tiba-tiba mengalir, dia takut terjadi sesuatu pada Jons. Tetapi dia juga sakit hati dengan perkataan Antrax, dia harus segera menemui Jons. Walau Antrax melarangnya, dia akan menemui Jons. Jons adalah ayahnya kan? Dia masih menjadi Ayah angkatnya.
Sasa menghapus air matanya, kemudian berjalan masuk ke apartemen tergesa-gesa. Rafi dan Hendra terkejut dengan kedatangan Sasa tiba-tiba. Mereka berdiri khawatir melihat wajah Sasa yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Girl
General Fiction▪Buat gue cinta untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bahagia untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bebas untuk kedua kalinnya, buat gue merasakan nyaman akan keluarga untuk kedua kalinnya▪ -Natasya Gevanda S. G. Sebut nama " SASA" di SMA Gemilang m...