•Cover cerita Hendra ada di atas, kayaknya bentar lagi bakal aku publish cerita dia•
.....
"Keluar pakai masker, gak nonton berita tadi?" Ujar Antrax didepan pintu apartemen menatap Sasa yang tengah memakai topi.
"Kenapa?" Tanya Sasa.
"Ada orang bego yang nyebarin virus." Sasa terdiam, kemudian dia berjalan kearah laci meja. Dia mengambil 3 masker untuk dirinya, Seiya, dan Kela yang sudah siap untuk pergi hari ini.
"Hah, orang bego?" Sasa tersenyum miring seraya memasangkan masker pada Seiya dan Kela yang sedang bercanda.
"Berhenti menganggap semua gurauan, lakuin aja tugas lo." Antrax menghela nafas, konspirasi apa lagi yang dibuat oleh seseorang ini.
"Kayaknya tanpa lo suruh, si Jovan sudah mencari tau." Balas Sasa santai melihat wajah berfikir Antrax.
"Atau..." Ucapan Antrax menggantung, dia menatap Sasa yang sudah berdiri dihadapannya. "Dia sudah tau." Tatapan Antrax tertuju kearah Sasa, Sasa membalas tatapan Antrax dalam diam.
"Kenapa?" Tanya Antrax melihat wajah Sasa yang berubah.
Sasa menarik tangan Seiya dan Kela untuk langsung turun, tanpa membalas Antrax. "Jangan lakuin hal bodoh." Gaum Antrax entah pada siapa.
Hari ini niat mereka adalah mengajak Seiya dan Kela ke pondok Kecil. Itu atas usul Seiya sendiri, karena dia ingin bertemu dengan teman-temannya lagi. Semua orang disana sangat bahagia ketika melihat Seiya selamat dari mala bahaya waktu itu. Lama-kelamaan, Seiya dapat melupakan traumanya.
Pukul 8 malam, Langit mengabari kalau dirinya dan Senja sudah sampai dirumah. Antrax mengantarkan Seiya dan Kela tanpa Sasa, karena dia tadi pamit untuk pergi pada Antrax. Ada seseorang yang mau bertemu dengannya.
Sasa kini duduk di bangku sebuah taman, tak lama ada seseorang yang datang menghampiri dengan tergesa-gesa.
"Kenapa!" Bentak orang itu dengan pandangan yang tidak habis pikir.
Sasa menoleh, "maksud lo?" Tanya Sasa, orang itu mengusap rambutnya kasar kemudian duduk di samping Sasa. "Tugas lo udah selesai, Fa. Gue juga udah buat surat pura-pura pindah sekolahan lo. Jadi lo sudah gak usah pura-pura lagi jadi cowok SMA yang aneh. Gue juga-" perkataan Sasa dipotong oleh orang itu yang tak lain adalah Rafa.
"Apa manfaat lo nyebarin ginian?" Tanya Rafa, Sasa tak membalas dia malah meneruskan perkataannya tadi yang tertunda.
"Gue juga udah mikirin, bahwa lo harusnya tidak sampai ikut rencana sejauh ini. Jadi buat hari-hari lalu makasih, anggap aja bonus biar lo makin deket sama cewek itu." Sasa tertawa kecil, "dan maafin gue yang selalu bebani lo. Gue gak nyangka juga si, lo jadi begitu membantu banget gue selama ini. Padahal dulu gue benci banget liat muka lo..."
"Sa! Gue suruh lo datang kesini bukan bahas masalah ini. Tapi gue bahas, sesuatu yang gue curi dari laboratorium. Gue harap lo gak pindah topik lagi." Rafa menoleh ke Sasa dengan wajah serius.
"Oke, gue tau lo bakal tanya masalah ini." Sasa menghela nafas, "gue terpaksa," ujarnya lirih.
"Kenapa?!" Nada suara Rafa meninggi.
"Gue butuh dana Fa! Rencana sebesar ini gak bakal berhasil kalo dana aja masih kurang." Balas Sasa sedikit membentak, Rafa mengusap wajahnya frustasi.
"Jadi lo jual penangkalnya? Bisnis busuk." Cibir Rafa, Sasa tak membalas.
"Lo tenang aja, suruhan gue sudah melakukan tugasnya. Walau ada yang terpapar, tapi gue yakin banyak yang bakal selamat." Ujar Sasa setelah beberapa menit hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Girl
General Fiction▪Buat gue cinta untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bahagia untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bebas untuk kedua kalinnya, buat gue merasakan nyaman akan keluarga untuk kedua kalinnya▪ -Natasya Gevanda S. G. Sebut nama " SASA" di SMA Gemilang m...