29. Negeri berslimut pelangi

88 5 1
                                    

"Tiada yang tak berdosa tanpa cobaan-Mu"

....

Tubuh Sasa menegang kala seorang anak kecil memeluknya erat. Dia masih terkejut sekaligus rasa bahagia yang saling beradu. Sasa langsung menggendong anak kecil itu, seraya memeluknya erat. Anak kecil itu tertawa, rambut kecoklatan nya berterbangan diterpa angin.

"Hai, apa kabar Seiya?" Tanya Sasa seraya mengusap kepalanya.

Seiya tersenyum, dia melepaskan pelukan tangannya dari leher Sasa kemudian menakup kedua pipi Sasa. "Aku selalu baik, bunda." Ujarnya membuat Sasa tersenyum haru. Bisa-bisa nya Seiya sekarang memanggilnya Bunda.

"Kamu ada luka?" Tanya Sasa lagi memastikan Seiya baik-baik saja.

"Enggak, Seiya selalu baik-baik saja kalau ada Bunda Sasa dan Ayah Antrax." Ujar polos Seiya, membuat pipi Sasa entah mengapa menjadi memanas. Untung saja Antrax tidak berada disini bersama mereka, soalnya tadi Seiya meminta dibelikan rujak di depan sekolahan.

"Yang bawa kamu kesini, Antrax?" Tanya Sasa.

"Iya, Ayah Antrax udah nyuruh om Jovan buat nganterin Seiya kesini. Padahal Seiya habis kemarin pulang dari Singapura." Ujar Seiya lancar.

"Ha kamu kenapa ke Singapura?" Tanya Sasa.

"Dia trauma, itu gak perlu jadi pertanyaan lagi kan." Ujar Antrax yang tiba-tiba seraya berjalan menghampiri mereka.

"Bun, Seiya takut." Ujar Seiya memeluk leher Sasa, Sasa menatap Antrax kemudian menghela nafas.

"Seiya ikut Alan ya. Ini udah malam, kamu pulang dulu." Ujar Antrax meraih Seiya dari gendongan Sasa. seiya mengangguk patuh.

"Lan, bawa mobil gue aja." Ujar Antrax menyerahkan Seiya pada Alan yang berada disebelahnya, Alan mengangguk.

"Nih, dimakan di mobil." Antrax menyerahkan rujak yang tadi dia beli pada Seiya, Seiya tertawa senang kemudian mengangguk.

"Makasih, bye Bunda." Seiya melambai pada Sasa, Sasa membalasnya dengan senyuman tipis.

"Gue pamit dulu, Sa, An." Pamit Alan diangguki oleh keduanya.

Setelah kepergian Alan dan Seiya, Sasa dan Antrax saling diam untuk beberapa lama. Mereka tengah berada di depan gerbang SMA Gemilang, tetapi suara riuh itu masih terdengar sampai sini.

"Lo, gak bahagia?" Tanya Antrax memecah keheningan.

"Ya lo pikir, gue gak bahagia?" Balas Sasa berganti menanyai.

"Wajah lo datar aja."

"Terus gue harus gimana? Tertawa, nangis, atau sujud di kaki lo?" Balas Sasa ngegas.

"Enggak si," Ujar Antrax datar.

"Yaudah."

"Iya."

Sasa menghela nafas, entah kenapa dia pengen marah aja kali ini. Ah ini pasti gara-gara Antrax iya pasti gara-gara dia nihh.

"Btw, gimana bisa lo nemuin Seiya?" Tanya Sasa kepo.

"Apa sih yang gue gak bisa." Balas Antrax sombong menaikkan alisnya.

My Mysterious Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang